Tuesday, June 25, 2019

Modul Sosiologi SMA X fungsi sosiologi



FUNGSI SOSIOLOGI
(Sosiologi Sebagai Ilmu Tentang Masyarakat)

Setelah mempelajari materi yang dibawah ini diharapkan siswa mampu:
1.      Menjelaskan secara singkat sejarah lahirnya sosiologi
2.      Menyimpulkan pengertian sosiologi menurut 3 ahli.
3.      Menjelaskan sifat hakikat sosiologi.
4.      Mengidentifikasi objek kajian sosiologi
5.      Menjelaskan 4 ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
6.      Menjelaskan perkembangan sosiologi di Indonesia.
7.      Menjelaskan Hubungan sosiologi dengan ilmu sosial lain
8.      Menganalisis 4 fungsi sosiologi
9.      Menganalisis 4 peran sosiologi

A.    Sejarah Perkembangan Sosiologi
Menurut Idianto Muin (2006: 2), Sosiologi lahir Sejak manusia bertanya tentang masyraakat, terutama tentang perubahannya. Ratusan tahun sebelum masehi, pertanyaan tentang masyarakat sudah muncul. Namun sosiologi dalam pengertian sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir belasan abad kemudian
1.      Perkembangan Awal
Para pemikir yannai kuno, terutama Sokrates, Plato, dan Aristoteles, beranggapan bahwa masyarakat terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran. Kemakmuran maupun krisis dalam masyarakat merupakan masalah yang tidak terelakan. Anggapan tersebut terus dianut semasa abad pertengahan (abad ke-5 M sampai akhir abad ke-14 M). para pemikir seperti Agustinus, Avicenna, dan Thomas Aquinas menegaskan bahwa nasib masyarakat harus diterima sebagai bagian dari kehendak ilahi. Sebgai makhluk yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi pada masyarakatnya. Pertanyaan (mengapa bisa begini atau mengapa bisa begitu) dan pertanggungjawaban ilmiah (buktinya ini atau itu) tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa itu
2.      Abad Pencerahan: Rintisan Kelahiran Sosiologi
Sosiologi modern berakar pada karya pemikir abad pencerahan, pada abad ke-17 M. abad itu ditandai oleh beragam penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Derasnya perkembangan ilmu pengetahuan membawa pengaruh terhadap pandanagn mengenai perubahan masyarakat. Pandanag itu juga harus bercirikan ilmiah. Artinya, perubahan yang terjadi dalam masyarakat harus dapat dijelaskan secara masuk akal (rasional), berpedoman pada akal budi manusia. Caranya dengan menggunakan metode ilmiah. Francis Bacon dari Inggris, Rene Descartes dari Perancis, dan Wilhelm Leibnitz dari jerman merupakan sejumlah pemikir yang mnenekankan pentingnya metode ilmiah untuk mengamati masyarakat.
3.      Abad Revolusi: Pemicu Lahirnya Sosiologi
Dengan perubahan pada abad pencerahan, terjadi perubahan revolusioner di sepanjang abad ke-18 M. perubhan itu dikatakan revolusioner karena dengan cepat struktur (tatanan) masyarakat lama berganti dengan struktur baru. Revolusi sosial paling jelas tampak dalam revoluis Amerika, Revolusi Industri, dan Revolusi Prancis. Ketiga revolusi itu berpengaruh ke seluruh dunia. Hal ini wajar mengingat kawasan Asia dan afrika ketika itu menjadi koloni Eropa.
Pada Revolusi Amerika, koloni Inggris di Amerika Utara ini membentuk Negara Republik yang demokratis. Pemerintahan jenis ini baru untuk masa itu, ketika kebanyakan negara berbentuk monarki. Gagasan kedaulatan rakyat (rakyat yang berkuasa) dan pentingnya hak asasi manusia (semua orang bermatabat sama) mengubah susunan serta kedudukan orang dan kelompok dalam masyarakat.
Pada masa revolusi industry. Muncul kalangan baru dalam masyarakat, yaitu kaum kapitalis dan kaum buruh. Kaum kapitalis memilki modal untuk membuat usaha, sedangkan kaum buruh bekerja di pabrik. Kaum bangsawan dan kerohanian yang sebelumnya lebih berkuasa, mulai disaingi oleh kaum kapitalis yang mnegendalikan ekonomi.
Kemudian muncul kesadaran akan hak asai manusia dan persamaan semua orang diahdapan hokum yang mengakibtakan teejadinya Revolusi Prancis, pada sat itu rakyat senang diatas penderitaan rakyat lalu membentuk pemerintahan yang demokratis.
Revolusi-revolusi ini mengakibatkan perubahan-perubahan dan gejolak dalam masyarakat tatanan yang telah berusia ratusan tahun dalam masyraakat diobrak-abrik dan dijungkirbalikan. Perubahan ini tak jarang juga disertai peperangan, pemberontakan dan kerusakan yang membawa kemiskinan dan kekacauan. Karena itulah para ilmuwan tergugah untuk mencari cara menganalisis perubahan secra rasional dan ilmiah sehingga dapat diketahui sebab dan akibatnya. Tujuannya agar bencana yang terjdai kabta perubahan-perubhaan dalam masyarakat bida diantisipasi dan dihinadri.
4.      Kelahiran Soiologi
Pada abad ke-19 sejumlah ilmuwan menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisis dan peruabahan sosial. Para ilmuwan itu berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyrakat pada tiap tahap peradaban manusia. Untuk membangun teori itu, perhatian mereka tercurah pada perbandingan masyarakat dan peradaban manusia, dari masa ke masa.
Ilmuwan yang sampai sekarang diakui sebagai bapak sosiologi  adalah Auguste Comte. Dalam bukunya Cours de Philosophie Positive (Filsafat Positif), ilmuwan perancis ini memperkenalkan istilah sosiologi sebagai pendekatan khusus itu sebetulnya metode ilmiah yang bisa digunakn di dalam ilmua alam (sains). Dengan demikian, Comte merintis upaya penelitian terhadap masyarakat, yang selama berabad-abad sebelumnya dianggap mustahil.
Rintisan Comte mendapat sebutan luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Patirim Sorokim, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Gorge Simmel dan Max Weber. Semuanya berasal dari Eropa. Masing-masing berjasa besar menyumbnagkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan sosiologi.
Secara umum pendekatan yang ditawarkan oleh para ilmuwan sosial di abad ke-19 cenderung makro. Bagi mereka, perubhaan suatu masyarakat dapat diprediksi (diramalkan) dari karakteristik (ciri khas) masyarakat itu secara keseluruhan. Alasan mereka, karakteristik suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku para warganya beserta perubahan sosial yang akan terjadi. Pendekatan makro ini kemudian mendapat kritik dari para ilmuwan sosial di abad ke-20.
5.      Kelahiran Sosiologi Modern
Sosiologi memang lahir di Eropa, namun perkembnagn pesat sosiologi modern justru terjadi di Amerika, khuusnya Amerika Serikat  dan Kanada. Kondisi itu erat kaitannya dengan gejolak sosial yang terjadi di kedua negara tersebut.
Memasuki abad ke-20 gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pada pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industry baru, lengkap dengan gejolak kehidupan kota besar, kriminalitas ataupun kerusuhan khas perkotaan, sampai dengan tuntutan hak wanita dan kaum buruh. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubhaan masyarakat yang mencolok pun tak terhindarkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial berpikir keras, untuk samapi pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Merekapun berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi sosial ketika itu. Lahirlah sosiologi modern.
Berkebalikan dengan pendekatan sosiologi sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai darifakto sosial demi fakto sosial yang muncul. Berdasarkan berbgai fakta sosialitu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya  penelitian dalam sosiologi.
B.     Pengertian sosiologi
Dalam Idianto Muin (2006: 7) menjelaskan bahwa, istilah sosiologi pertama kali dikemukakan oleh ahli filsafat moralis, dan sekaligus sosiolog berkebangsaan prancis, Auguste Comte, melaui bukunya yang berjudul “Cours de Philosophie Positive”. Menurut comte sosiologi berasal dari kata latin socius yang artinya teman atau sesame dan logos  dari kata Yunani yang  artinya cerita. Jadi pada awalnya, sosiologi berarti bercerita tentang teman atau kawan (masyarakat),
Adapun pengertian sosiologi menurut para ahli sosiologi (Setiadi dan Kolip, 2013: 2) sebagai berikut:
Ø  Patirim Sorokim mengemukakan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dan ekonomi, gerakan masyarakat dan politik, dan sebagainya, hubungan dan pengaruh timbal balik anatara gejala sosial dan gejala-gejala non sosial seperti gejala geografis, biologis dan sebagainya; dan ciri-ciri umum dari semua jenis gejala-gejala sosial.
Ø  Roucek dan Warren mengemukakan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok.
Ø  William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
Ø  J.A.A. van Doorn dan C.J. Lamers, ia mengemukakan bahwa Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
Ø  Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemantri membatasi sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial (yaitu keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yanag pokok seperti kaidah-kaidah sosial, lemabga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan sosial) dan proses-proses sosial (yang berupa peraruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama seperti kehidupan ekonomi dan kehidupan politik, kehidupan hokum dan kehidupan agama, dan lain sebagainya), termasuk di dalamnya adalah perubahan-perubahan sosial.
Ø  Max Weber mengemukakan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi pada perilaku orang lain.
Ø  Paul B. Horton berpendapat bahwa Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan kajian pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
Ø  Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
Ø  William Kornblum mendefenisikan Sosiologi sebagai suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
Ø  Allan Johnson mendefenisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
Ø  Mayor Polak mendefenisikan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia satu dengan manusia lain, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik kelompok formal maupun kelompok informal atau baik kelompok statis maupun kelompok dinamis.
Dari pengertian para ahli sosiologi kita dapat menarik kesimpulan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dari berbagai aspek kehidupan, baik dari segi interaksinya, sistem dan struktur sosial, maupun gejala-gejala sosial yang ada dalam masyarakat.
C.    Sifat hakikat sosiologi
Dalam Soekanto dan Sulistyowati (2013: 18), Untuk dapat memahami ilmu sosiologi dengan baik, maka kita dapat mempelajari sifat dan hakikat sosiologi, sebagai berikut:
1.      Sosiologi bagian rumpun ilmu sosial yang mempelajari masyarakat sebagai objek kajiannya.
2.      Sosiologi adalah disiplin ilmu yang katagoris, mempelajari apa yang terjadi sekarang dan bukan apa yang seharusnya terjadi .
3.      Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure-science) yaitu merupakan pencarian ilmu pengetahuan bukan pada praktis penggunaanya. Sosiologi juga merupakan ilmu terapan (aplied science), yaitu pencarian cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah guna memecahkan pengetahuan praktis. Sebagai contoh seorang peneliti sedang melakukan peneltian tentang struktur sosial masyarakat Suku di Papua, peneliti menggunakan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan murni. Apabila peneliti melanjutkan pada penelitian bagaimana menyelesaikan konflik antar suku di masyarakat Papua maka kajian ilmu sosiolgi tersebut menjadi ilmu pengetahuan terapan.
4.      Sosiologi bersifat abstrak bukan konkret, maksudnya yang menjadi perhatian sosiologi adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh.
5.      Sosiologi menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum manusia dan masyarakatnya, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum- hukum umum dari interkasi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi dan struktur masyarakat manusia.
6.      Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional, hal ini menyangkut metode yang digunakan.
7.      Sosiologi merupaka ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahaun yang khusus.
D.    Objek kajian sosiologi
Dalam Maryati dan Suryawati (2016: 8), Objek kajian sosiologi sebagaimana kedudukannya sebagai ilmu sosial adalah masyarakat dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia tersebut dalam masyarakat. Dengan demikian, sosiologi pada dasarnya mempelajari masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya.
Dengan kata lain yang menjadi kajian sosiologi adalah sebagai berikut.
1.      Hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia lainnya.
2.      Hubungan antara individu dengan kelompok.
3.      Hubungan antara kelompok satu dengan kelompok lain. Sifat-sifat dari kelompok-kelompok sosial yang bermacam-macam coraknya.
4.      Proses yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut dalam masyarakat.
Meyer F. Nimkoff menyebutkan bahwa lapangan studi sosiologi ada tujuh objek besar, yaitu sebagai berikut.
1.      Faktor-faktor dalam kehidupan manusia.
2.      Kebudayaan.
3.      Human nature (sifat hakiki manusia).
4.      Perilaku kolektif.
5.      Persekutuan hidup.
6.      Lembaga-lembaga sosial (lembaga perkawinan, pemerintah, keagamaan, dan lainnya).
7.      Social change (perubahan sosial).
Ruang lingkup sosiologi mencakup pengetahuan dasar pengkajian kemasyarakatan yang meliputi:
1.      Kedudukan dan peran sosial individu dalam keluarga, kelompok sosial, dan masyarakat.
2.      Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang mendasari atau memengaruhi sikap dan perilaku anggota masyarakat dalam melakukan hubungan sosial.
3.      Masyarakat dan kebudayaan daerah sebagai submasyarakat serta kebudayaan nasional Indonesia.
4.      Perubahan sosial budaya yang terus-menerus berlangsung yang disebabkan oleh faktor-faktor internal maupun eksternal.
5.      Masalah-masalah sosial budaya yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. (http://www.ssbelajar.net/2013/04/objek-kajian-sosiologi.html, diakses pada tanggal 15 September 2016 pukul 22.17.)
E.     Ciri-ciri Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Menurut Maryati dan Suryawati, (2016: 13), dalam uraian sebelumnya kita telah membahas objek dan kajian serta pokok bahasan sosiologi. Namun, apakah sosiologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan?. Pengetahuan muncul karena ada rasa ingin tahu tentang hal-hal dalam kehidupan yang terjadi di masyarakat. Hal ini dapat saja dengan mulai mengamati gejala sosial di masyarakat.
Tidak semua pengetahuan merupakan ilmu. Hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran saja yang dapat disebut ilmu pengetahuan (science). Sistematis berarti ada urutan-urutan tertentu yang bisa menggambarkan garis besar apa yang ada dalam sebuah pengetahuan tersebut juga harus selalu dapat diperiksa (diselidiki) dengan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Penyelidikan harus berdasarkan metode-metode ilmiah. Dengan demikian setiap ilmu pengetahuan memiliki beberapa unsur pokok yang tergabung dalam satu kebulatan yaitu pengetahuan (knowledge), tersusun secara sistematis, mengguanakn pemikiran dan dapat diselidiki oleh orang lain atau umum (objektif). Oleh karena itu sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki fungsi untuk mengkaji gejala sosial di masyarakat. Dengan demikian, sosiologi juga merupakan ilmu sosial. Sosiologi meruapakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan.
Adapun ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
1.      Sosiologi bersifat empiris, yaitu artinya sosiologi didasarkan pada pengamatan (observasi) terhadap kenyataan kenyataan sosial dan hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2.      Sosiologi bersifat teoristis, artinya sosiologi selalu berusaha menyususn abstraksi-abstraksi dan hasil observasi, dan hasil abstraksi itu merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secra logis dan bertujuan menjelaskan hubungan sebab-akibat.
3.      Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang sudah ada lalu diperbaiki, diperluas, serta diperdalam.
4.      Sosiologi bersiaft nonetis, artinya sosiologi tidak mempersoalkan baik buruknya suatu fakta, tetapi yang lebih penting adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis dan apa adanya.
Tokoh pertama yang meletakan sosiologi sebagai ilmu adalah Emile Durkheim. Durkheim menayatakan bahwa sosiologi memiliki objek kajain yang jelas, yaitu fakta sosial. Sementara untuk metodologi, Durkheim mengemukakan konsep bebas nilai (value free). Menurut konsep ini seorang sosiolog dalam melakukan penelitian terhadap masyarakat perlu melakukan batasan antara objek yang diteliti dan peneliti. Seperti layaknya ilmu alam, Durkheim melihat masyarakat sebagai sebuah laboratorium raksasa dan para sosiolog adalah ilmuwan yang mengamati dan bereksperimen sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.
F.     Sejarah berkembangnya sosiologi di Indonesia
Dalam Maryati dan Suryawati (2016: 12). Sosiologi di Indonesia sebenarnya telah berkembang sejak zaman dahulu. Walaupun tidak mempelajari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, para pujangga dan tokoh bangsa Indonesia telah banyak memasukkan unsur-unsur sosiologi dalam ajaran-ajaran mereka. Sri Paduga Mangkunegoro IV, misalnya, telah memasukkan unsur tata hubungan manusia pada berbagai golongan yang berbeda (intergroup relation) dalam ajaran Wulang Reh.
Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara yang di kenal sebagai peletak dasar pendidikan nasinal Indonesia banyak memperaktekan konsep-konsep penting sosiologi seperti kepemimpinandan kekeluargaan dalam proses pendidikan di Taman Siswa yang didirikannya. Hal yang sama dapat juga kita selidiki dari berbagai karya tentang Indonesia yang di tulis oleh beberapa orang Belanda seperti Snouck Hurgronje dan Van Volenhaven sekitar abad 19. Mereka mengemukakan unsur-unsur sosiologi sebagai kerangka berfikir untuk memahami masyarakat Indonesia. Snouck Hurgronje, misalnya, menggunakan pendekatan sosiologi untuk memahami masyarakat Aceh yang hasilnya di pergunakan oleh pemerintah Belanda untuk menguasai daerah tersebut.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa sosiologi di Indonesia pada awalnya, yakni sebelum perang dunia ke II hanya di anggap sebagai ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain, sosiologi belum di anggap cukup penting untuk di pelajari dan di gunakan sebagai ilmu pengetahuan, yang terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Secara formal, sekolah tinggi hukum (Rechts Shoge School) di jakarta pada waktu itu menjadi satu-satunya lembaga perguruan tinggi yang mengajarkan mata kuliah sosiologi di indonesia walaupun hanya sebagai pelengkap mata kuliah ilmu hukum. Namun, seiring perjalanan waktu, mata kuliah tersebut kemudian di tiadakan dengan alasan bahwa pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat beserta proses-proses yang terjadi di dalamnya tidak di perlukan dalam pelajaran hukum. Dalam perdagangan mereka, yang perlu di ketahui adalah perumusan peraturannya dan sistem-sistem untuk menafsirkannya. Sementara, penyebab terjadinya sebuah peraturan dan tujuan sebuah peraturan dianggap tidaklah penting.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, sosiologi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Adalah Soenaryo Kolopaking yang pertama kali memberikan kuliah sosiologi dalam bahasa Indonesia pada tahun 1948 di akademi ilmu politik Yogyakarta (sekarang menjadi Fakultas ilmu Sosial dan Politik UGM). Akibatnya, sosiologi mulai mendapat tempat dalam insan akademi di Indonesia apalagi setelah semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk menuntut ilmu di luar negeri sejak tahun 1950. Banyak para pelajar Indonesia yang khusus memperdalam sosiologi di luar negeri, kemudian mengajarkan ilmu itu di Indonesia.
Buku sosiologi dalam bahasa Indonesia pertama kali di terbitkan oleh Djody Gondokusumo dengan judul Sosiologi Indonesia yang memuat beberapa pengertian mendasar dari sosiologi. kehadiran buku ini mendapatkan sambutan baik dari golongan terpelajar di Indonesia mengingat situasi revolusi yang terjadi saat itu. Buku ini seakan mengobati kehausan mereka akan ilmu yang dapat membantu mereka dalam usaha memahami perubahan-perubahan yang terjadi demikian cepat dalam masyarakat Indonesia saat itu. Selepas itu, muncul buku sosiologi yang di terbitkan oleh Bardosono yang merupakan sebuah diklat kuliah sosiologi yang di tulis oleh seorang mahasiswa.
Selanjutnya bermunculan buku-buku sosiologi baik yang tulis oleh orang Indonesia maupun yang merupakan terjemahan dari bahasa asing. Sebagai contoh, buku Social Changes in Yogyakarta karya Selo Soemardjan yang terbit pada tahun 1962. Tidak kurang pentingnya, tulisan-tulisan tentang masalah-masalah sosiologi yang tersebar di berbagai majalah, koran, dan jurnal. Selain itu, muncul pula Fakultas Ilmu Sosial dan Politik diberbagai Universitas di Indonesia dimana sosiologi mulai di pelajari secara lebih mendalam bahkan pada beberapa Universitas, di dirikan jurusan sosiologi yang di harapkan dapat mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia.
G.    Hubungan Sosiologi dengan Ilmu  Lain
Dalam Triyono dan Hermanto (2014: 14), (Maryati dan Suryawati, 2016: 15), menjelaskan bahwa, seorang sosiolog sama seperti psikolog, antropolog, ilmuwan politik, ahli ekonomi, dan ilmuwan sosial lainnya, mempelajari perilaku sosial dan perubahan sosial. (Anderson, 2007). Perbedaan antara sosiolog dan displin ilmu lainnya tidak dalam topik yang masing-masing penelitian, tetapi dalam perpspektif disiplin, masing-masing terhadap objek kajiannya, psikolog misalnya, melakukan analisis perilaku individu. Sementara itu, unit analisis seseorang sosiolog adalah masyarakat. Orang cenderung berpikir perilaku seseorang selalu berasal dari kepribadian dan motivasi yang berbeda. Dari sudut pandang sosiologis, penjelasan psikologis tidak salah, hanya kurang lengkap. Sosiolog menjelaskan bahwa perilaku masyarakat timbul tidak hanya dipengaruhi oleh motif dan sikap internal seseorang, tetapi juga dari konteks sosial di mana orang hidup,

Ada beberapa hubungan sosiologi dengan ilmu sosial lainnya sebagai berikut:
1.      Hubungan sosiologi dengan ilmu psikologi
Psikologi mempelajari proses mental manusia. Psikologi akan mempelajari tentang operasi pikiran yang logis, alsan, persepsi, mimpi-mimpi, kreativitas, neurosis, konflik mental, dan berbagai macam emosi. Perbedaan antara psikologi dan sosiologi adalah psikologi kajiannya memusatkan pada pengalaman individu dan sosiologi menekankan pengalaman kelompok sosial. Meski demikian, kajian psikologi sosial dapat digunakan sosiolog untuk memahami kepribadian dan perilaku yang dipengaruhi oleh individu-individu.
2.      Hubungan sosiologi dengan ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi mengkaji bagaimana manusia memperoleh barang-barang dan jasa produksi, distribusi, serta konsumsi. Kajian ilmu ekonomi dapat digunakan oleh sosiolog untuk meneliti basis sosial tentang perilaku ekonomi. Melalaui kajian sosiologi, uang tidak hanya dilihat sebagai barang yang keluar masuk bank semata. Kita akan mempelajari mengapa uang disimpan di sana oleh orang-orang. Tentunya keputusan tersebut berdasarkan keptusan sosial. Contohnya orang menabung untuk mengantisipasi sesuatu maupun menabung untuk kepentingan pendidikan, serta persiapan membeli perumahan. Hubungan kedua ilmu ini terletak pada basis perilaku sosial yang ikut menentukan tipe dan bentuk interaksi
3.      Hubungan sosiologi dengan antropologi
Antropologi memusatkan kajiannya pada studi biologi manusia dan kebudayaannya dalam semua periode. Kajian antropologi terbagi menjadi dua. Pertama ilmu antropologi fisik yang berkonsentrasi pada dua spek yakni evolusi biologi manusia dan perbedaan fisik antara orang-orang di dunia. Kedua ilmu antropologi budaya yang mengkaji pengembangan dan kultur yang sebagian besar difokuskan pada masyarakat dan budaya pramodern.
4.      Hubungan sosiologi dengan ilmu politik
Ilmu politik memusatkan kajiannya pada pemerintah dan penggunaan kekuasaan politik. Mereka melihat berbagai gagasan dibelakang sisitem pemerintah terutama pada proses-proses politik. Sedangkan ahli sosiologi, mengkaji berbagai perilaku politik, alasan orang-orang ikut serta berpolitik, mengapa mereka bergabung dalam pergerakan politik, serta hubungan antara politik dan institusi sosial lainnya.
5.      Hubungan sosiologi dengan ilmu sejarah
Ilmu sejarah mempelajari bagaimana suatu peristiwa, urutan dan makna tentang peritiwa lampau. Pada perkembangannya, penyelidikan sejarah tidak hanya membuat laporan tentang orang-orang dan tempat-tempat saja. Mereka juga mempelajari bagaiman kecenderungan sosial yang luas dari waktu ke waktu. Data-data inilah yang banyak digunakan oleh ahli sosiologi pada saat melakukan penyelidikan historis. Contohnya, sosiologi dapat membandingkan pengaruh sosial industrialisasi di negara-negara Barat pada tahun 1800-an dengan pengaruh industrialisasi sekarang di negara-negara yang sedang berkembang artinya melalui acuan historis, sosiolog dapat menjelaskan tentang peristiwa sosial masa sekarang.
H.    Peran dan Fungi Sosiologi
Dalam Maryati dan Suryawati, (2013: 15) menjelaskan dalam setiap bidang ilmiah terdapat perbedaan antara ilmu murni dan dan ilmuterapan. Ilmu murni (pure science) merupakan pencarian pengetahuan. Segi pengunaan praktisnya tidak menjadi perhatian pertama. Sementar itu ilmu terapan (apllied science) merupak pencarian cara-cara untuk menggubakan pengetahuan ilmiah guna memecahkan masalah praktis. Seorang sosiolog yang melakukan penelitian tentang struktur sosial suatu masyarakat pedesaan sedang bekerja sebagai seorang ilmuwan murni. Akan tetapi, ketika penelitian ini diteruskan dengan studi tentang cara mencegah feodalisme  di daerah pedesaan itu, mka penelitiantersebut menjadi ilmu terapan.
Bila diteliti secara mendalam, sosiologi merupakan ilmu murni dan ilmu terapan. Sosiologi merupak ilmu pengetahuan murni, karena sosiologi memiliki pengetahuan (knowledge), sistematis ,dan objektif. Sosiologi disebut sebagai ilmu pengetahuan terapan karena sosiologi menggunakan cara-cara pengetahuan ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Pengetahuan sosiologi telah diterapkan seacra umum. Banyak sosiolog yang bekerja pada instansi-instansi negara maupun menjadi konsultan berbagai perencanaan pembangunan.
Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang objeknya masyarakat, sosiologi memiliki empat macam fungsi atau kegunaan, yaitu dalam bidang perencanaan sosial, penelitian, pembangunan, dan pemecahan masalah sosial. Beberapa fungsi atau kegunaan sosiologi dalam perencanaan sosial adalah sebagai berikut:
1.      Perencanaan Sosial
Sosiologi memahami perkembangan kebudayaan masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern sehingga proses penyusunan dan permasyarakatan suatu perencanaan sosial relatif mudah dilakukan. Sosiologi memahami hubungan manusia dengan lingkungan alam, hubungan antargolongan, juga proses perubahan dan pengaruh penemuan baru terhadap masyarakat. Ini berarti perencanaan ke depan yang disusun atas dasar kenyataan yang faktual dalam masyarakat oleh sosiologi relatif bisa dipercaya.
Sosiologi memiliki disiplin ilmiah yang didasarkan atas objektivitas. Dengan demikian, pelaksanaan suatu perencanaan sosial diharapkan lebih kecil penyimpangannya. Dengan berpikir secara sosiologi, suatu perencanaan sosial dapat dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat ketertinggalan dan tingkat kemajuan masyarakat ditinjau dari sudut kebudayaannya, seperti perkembangan iptek. Hal ini dilakukan agar dapat menyesuaikan dengan pertumbuhan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada. Menurut pandangan sosiologi, perencanaan sosial merupakan alat untuk mengetahui perkembangan masyarakat yang fungsinya untuk menghimpun kekuatan sosial guna menciptakan ketertiban masyarakat.
2.      Penelitian
Dalam bidang penelitian masyarakat, sosiologi memiliki kelebihan dibandingkan ilmu-ilmu yang lain karena memahami simbol kata-kata, kode, serta berbagai istilah yang digunakan oleh masyarakat sebagai objek penelitian empiris, pemahaman terhadap pola-pola tingkah laku manusia dalam masyarakat, kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai fenomena atau gejala sosial yang timbul dalam kehidupan masyarakat, terlepas dari prasangka-prasangka subjektif, kemampuan melihat kecenderungan-kecenderungan arah perubahan pola tingkah laku anggota masyarakat atas sebab-sebab tertentu, kehati-hatian dalam menjaga pemikiran yang rasional sehingga tidak terjebak dalam pola pikir yang tidak jelas.
3.      Pembangunan
Fungsi atau kegunaan sosiologi dalam usaha-usaha pembangunan (dalam Sosiologi Suatu Pengantar edisi kedua, Soerjono Soekanto, 1986) adalah sebagai berikut.
a.       Pada Tahap Perencanaan
Sosiologi dapat berguna di dalam mengadakan identifikasi-identifikasi terhadap berbagai kebutuhan masyarakat. Pada tahap ini diperlukan data yang relatif lengkap mengenai masyarakat yang akan dibangun. Data-data tersebut mencakup pola interaksi sosial, kelompok sosial, kebudayaan yang berintikan pada nilai-nilai, lembaga sosial, dan stratifikasi sosial.
b.      Pada Tahap Pelaksanaan
Pada tahan pelaksanaan perlu diadakan identifikasi terhadap kekuatan dalam masyarakat. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mengadakan penelitian terhadap pola-pola kekuasaan dan wewenang yang ada di masyarakat. Di samping itu, juga harus diadakan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi.
c.       Pada Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi diadakan analisi terhadap efek pembangunan. Kebersihan pembanguna hanya dapat dinilai melalui evaluasi dan dapat diidentifikasi tentang adanya kekurangan, kemacetan, kemunduran, bahkan mungkin kemerosotan. Melalui evaluasi dpaat dilakukan pengadaan, pembetulan, penambahan, dan peningkatan secara proposional (seimbang).
4.      Pemecahan Masalah Sosial
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor berikut.
a.       Ekonomis, misalnya kemiskinan, pengangguran, dan bencana alam.
b.      Biologis, misalnya penyakit menular dan wabah.
c.       Psikologis, misalnya penyakit syaraf, bunuh diri, dan disorganisasi jiwa.
d.      Kebudayaan, misalnya kejahatan, penceraian, kenakalan remaja, konflik etnis, dan konflik agama.
Sebagai ahli ilmu kemasyarakatan, para sosiolog sangat berperan dalam membangun masyarakat terutama di daerah yang berkembang. Bentuk-bentuk peran sosiolog tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Sosiolog sebagai ahli riset
Seperti ilmuwan lainnya, para sosiolog berfokus pada pengumpulan dan penggunaan data. Oleh karena itu, para sosiolog melakukan riset ilmia. Tujuannya adalah untuk mencari data kehidupan sosial masyarakat. Data itu kemudian diolah menjadi karya ilmiah yang berguna bagi pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah di masyarakat.
Dalam kaitan dengan hal ini, seorang sosiolog harus mampu meluruskan berbagai anggapan keliru yang berkembang dalam masyarakat. Dari hasil penelitiannya, sosiolog harus dapat menghadirkan fakta-fakta agar dampak negative yang mungkin ditimbulkan oleh kekeliruan masyarakat dapat dihindari. Berdasarkan hal tersebut, seorang sosiolog bisa menghadirkan prediksi sosial yang memuat pola-pola, kecenderungan, dan perubahan yang paling mungkin terjadi. Seorang sosiolog juga dapat memberi informasi dari hasil kajian tentang gejala sosial dan masalah yang timbul di masyarakat secara obyektif rasional.
2.      Sosiolog sebagai konsultan kebijakan
Prediksi sosiolog dapat membantu memperkirakan pengaruh kebijakan sosial yang yang mungkin terjadi. Setaip kebijakan adalah suatu prediksi. Artinya, kebijakan diambil dengan harapan menghasilkan pengaruh atau dampak yang diinginkan. Namun kebijakan yang diambil tidak selalu memenuhi harapan tersebut. Salah satu penyebabnya adalah ketidak akuratan kesimpulan atau dugaan yang salah terhadap permasalahan. Contohnya, apakah menggusur pedagang kaki lima di suatu temoat untuk dijadikan taman kota adalah keputusan yang tepat? Apakah tawuran remaja dapat diatasi dengan menyediakan lapangan olahraga?.
3.      Sosiolog sebagai praktisi
Beberapa sosiolog terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat. Mereka memberi saran-saran, baik dalam penyelesaian berbagai masalah hubungan masyarakat, hubungan antarkaryawan, masalah moral, maupun hunbungan antarkelompok dalam organisasi.
Dalam kedudukan tersebut, sosiolog bekerja sebagai ilmuwan terapan (applied scientist) yang harus memperhatikan nilai-nilai budaya merupakan  nilai ideal. Mereka dituntut mengguanakn pengetahuan ilmiah dalam mencari nilai-nila tertentu seperti efisiensi kerja, efektivitas program, atau kegiatan masyarakat.
4.      Sosiologi sebagai guru atau pendidik
Mengajar merupakan salah satu kegiatan yang dapat digeluti oleh seorang sosiologi. Sebagai seorang pendidik, sosiolog berperan dalam mengajarkan dan mengembangkan sosiologi sebagai ilmu di berbagai bidang dengan memberikan contoh-contoh yang terdapat di masyarakat.

1 comment: