Thursday, June 27, 2019

Materi Sosiologi Kelas X Ragam Gejala Sosial



RAGAM GEJALA SOSIAL

Setelah mempelajari materi yang dibawah ini diharapkan siswa mampu:          
1.      Menjelaskan pengertian gejala sosial menurut Gulo dan Emile Durkheim
2.      Menyebutkan 8 karakteristik gejala sosial
3.      Menguraikan faktor penyebab gejala sosial
4.      Memaparkan 2 Bentuk Gejala sosial
5.      Menggolongkan 4 Jenis gejala sosial
6.      Mendeskripsikan 3 Tingkatan Gejala Sosial
7.      Memaparkan Ragam Gejala Sosial Dalam Masyarakat
8.      Menyebutkan Contoh-Contoh Gejala Sosial di Masyarakat
9.      Menjelaskan Dampak Positif dan Negatif Gejala Sosial
10.  Memaparkan Cara Mengatasi Gejala Sosial

Materi
1.      Pengertian gejala sosial
Gejala sosial menurut Gulo (2010:29) adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun secara kelompok Suatu peristiwa atau proses disebut gejala sosial karena perilaku oleh individu yang terlibat di dalamnya saling terkait.
Gejala sosial menurut Durkheim (2010:29) harus dipahami sebagai fakta obyektif diluar kehidupan subyektif individu. Gejala sosial antara lain mencakup gejala ekonomi,gejala politik, gejala budaya dan gejala moral.
2.      Karakteristik gejala sosial
Ada berbagai karakteristik gejala sosial. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a)      Gejala sosial sangat kompleks. Hal ini terjadi didalam masyarakat yang terbentuk dengan adanya hubungan sosial antar manusia. Hubungan sosial ini terwujud dalam perilaku manusia terhadap sesamanya. Hubungan dan perilaku manusia ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain geografis,ekonomi, sosial, psikologis, politik, agama dan budaya. Faktor-faktor ini membuat perilaku manusia sangat bervariasi dan kompleks. Faktor-faktor ini juga tidak stabil dan universal. Misalnya, faktor ekonomi tidak membawa pengaruh yang sama disemua tempat. Itulah sebabnya faktor-faktor ini tidak dapat dikontrol sedemikian mudah.
b)      Gejala sosial beraneka ragam. Gejala sosial tidak dapat dikelompokkan sesederhana gejala alam. Gejala alam dapat dikelompokkan dalam gejala benda padat, benda cair, dan gas. Gejala sosial menunjukkan berbagai macam sifat. Misalnya gejala ekonomi, sosial, politik, agama dan budaya. Keberagaman ini membuat gejala sosial sangat kompleks.
c)      Gejala sosial tidak bersifat universal. Gejala sosial berbeda dengan gejala alam yang bersifat universal. Universalitas gejala alam membuat hubungan kausal antargejala mudah dibentuk. Hal ini tidak dapat diterapkan dengan sebegitu mudah untuk gejala sosial. Hubungan manusia sangat banyak diatur oleh kondisi budaya. Ciri-ciri budaya berbeda-beda dalam kelompok sosial yang berbeda. Oleh karena itu, prinsip universalitas tidak dapat dengan mudah dirumuskan atas perilaku budaya manusia. Kita hanya bisa sampai pada beberapa kesimpulan formal dan umum.
d)     Gejala sosial bersifat dinamis. Pada gejala sosial, terjadi perubahan yang sangat cepat jika dibandingkan dengan gejala alam. Misalnya model pakaian bisa berubah dengan cepat. Hal yang sama juga terjadi dengan perilaku kita.
e)      Gejala sosial tidak mudah dimengerti. Gejala alam mudah dipahami. Mereka dapat disentuh, dirasakan, dilihat dan diukur. Hal yang sama tidak terjadi dalam kasus gejala sosial yang kompleks dan dinamis. Itulah sebabnya analisis ilmiah yang tepat dari perilaku dan hubungan antar manusia jarang terjadi.
f)       Gejala sosial kurang objektif. Gejala sosial memang berbeda dengan gejala alam yang cukup obyektif. Hal ini karena gejala fisika material dan konkret, sementara gejala sosial bersifat abstrak. Berbeda dengan ilmuan fisika, peneliti sosial tidak dapat benar-benar menghindari subyeknya dalam kasus penelitian sosial. Peneliti sendiri adalah anggota masyarakat, komunitas atau kelompok mana dia melakukan penelitian. Oleh karena itu wajarlah jika dia mungkin diengaruhi oleh sifat subjek penelitiannya, dan tidak terbebaskan dari prasangak tertentu.
g)      Gejala sosial bersifat kualitatif. Gejala sosial seperti hubungan sosial, perilaku, kebiasaan,tradisi dan kegiatan sosial umumnya tidak dapat diukur, ditimbang atau dihitung seperti fenomena alam.sementara itu gejala alam bersifat kuantitatif.
h)      Gejala sosial sulit diprediksi. Hal ini berbeda dengan ilmu alam, dalam ilmu laam prediksi mudah kita lakukan. Misalnya waktu dan tanggal gerhana bulan dan matahari dapat diramalkan dengan tepat, sementara tidak ada prediksi yang tepat dapat dibuat untuk tren perubahan sosial di lembaga-lembaga sosial, seperti keluarga. Gejala sosial sulit diprediksi karena gejala sosial kompleks, abstrak, dinamis, kualitatif, dan spesifik. Hal ini sesuai denga kodrat manusia. Manusia secara alami makhluk yang kompleks dan dinamis.
3.      Faktor-faktor Penyebab Gejala Sosial
Gejala sosial dimasyarakat, tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi terdapat faktor penyebab. Faktor-faktor tersebut menurut Sunarto (1993, 25) antara lain sebagai berikut :
1.      Faktor kultural, yaitu merupakan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dilingkungan masyarakat / komunitas. Ada beberapa contoh gejala sosial berdasarkan faktor cultural antara lain kemiskinan, kerja bakti, perilaku menyimpang dsb
2.      Faktor struktural merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi struktur, struktur yang dimaksud adalah sesuatu yang disusun oleh pola tertentu. Faktor struktural dapat dilihat dari pola-pola hubungan antar individu dan kelompok yang  terjalin dilingkungan masyarakat. Seperti penyuluhan sosial, interaksi dengan orang lain dsb.
4.      Bentuk Gejala Sosial
Ada berbagai gejala sosial yang dapat ditemukan didalam masyarakat. Berbagai gejala sosial itu, menurut Guglielmo Carchedi (2013,31) dapat dikelompokkan dalam bentuk gejala sosial yang menentukan (the determinant social phenomenon ) dan bentuk gejala sosial yang ditentuka (the determenied social phenomenon).
Gejala sosial yang menentukan merupakan bentuk gejala sosial yang mengkondisikan keberadaan gejala sosial yang ditentukan. Gejala sosial yang ditentukan merupakan bentuk gejala sosial yang menjadi kondisi reprodiksi atau menggantikan gejala sosial yang menentukan. Misalnya, gejala sosial relasi kepemilikan menentukan gejala sosial akumulasi modal. Kapitalisme ditentukan oleh gejala sosial akumulasi modal.
5.      jenis Gejala Sosial
Gejala-gejala sosial menurut Pritim A.Sorokin (2013,31) dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Gejala sosial religius. Misalnya suku Pygym di daerah Ktulistiwa Afriaka melakukan suatu perayaan tahunan di akhir musim hujan dalam suatu upacara keagamaan. Kepala suku menari mengitari perapian. Tarian tersebut melambangkan perputaran matahari setiap hari.
b.      Gejala sosial ekonomi. Misalnya gejala menurunnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pengangguran. Gejala ini menunjukkan bahwa perubahan mendasar dalam bidang ekonomi harus dilakukan.
c.       Gejala sosial politik. Misalnya terjadi praktik politik uang untuk memenangkan pemilu.
d.      Gejala sosial hukum. Misalnya ketidakdisiplinan pengendara sepeda motor dijalan.
6.      Tingkatan gejala sosial
Berdasarkan tingkatannya, menurut Norman Blaikie (2013,32) ada tiga tingkatan gejala sosial. Tingkatan ini bervariasi dalam skala dari individu dan kelompok sosial kecil, organisasi dan masyarakat, sampai lembaga sosial berskala besar, seperti kota, Negara dan badan-badan multi transnasional. Ketiga tingkat gejala sosial itu adalah sebagai berikut :
a.       Gejala sosial mikro terjadi pada individu-individu dalam kehidupan sosial sehari-hari.  Kehidupan sosial ini biasanya ditandai dengan tatap muka. Dalam interaksis sosial ini, para actor sosial memberikan makna bagi tindakan mereka sendiri dan tindakan orang lain yang terlibat. Selain itu mereka membangun kontinuitas. Mereka juga memiliki sejarah bersama. Biasanya keanggotaan masyarakatnya relative permanen, dan warganya mengembangkan serta memproduksi pola, struktur dan institusi.
b.      Gejala sosial meso terjadi pada organisasi, masyarakat, massa dan gerakan sosial. Seperti kelompok sosial besar yang relatif permanen dengan tujuan yang ditetapkan, organisasi ini dapat berupa organisasi pemerintahan  atau swasta, bisnis atau kesenangan. Hubungan sosial dalam organisasi ini sebagian besar bersifat sekunder. Keanggotaannya dapat terlaksana secara wajib. Misalnya, keanggotaan di penjara. Keanggotaannya juga tidak terlaksan secara suka rela. Misalnya keanggotaan di sebuah klub olahraga. Keanggotaannnya juga bisa penuh waktu atau paruh waktu, dibayar atau tidak dibayar, dan jangka panjang atau jangka pendek.
c.       Gejala sosial makro terjadi dalam entitas sosial yang lebih besar, seperti lembaga-lembaga multinasional. Misalnya perubahan transnasional, organisasi internasional non pemerintah, dan PBB di sisni batas-batas nasional dan regional menjadi kurang signifikan.
7.      Ragam gejala sosial dalam masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto (2013) Ragam atau macam-macam gejala sosial yang ada di masyarakat yaitu :
1.      Ekonomi
Ekonomi merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendapatan. Tingkat pendapatan yang dimiliki individu dapat menimbulkan gejala sosial di masyarakat. Gejala sosial yang dilihat dari aspek ekonomi sangat berkaitan dengan perekonomian masyarakat.  Bila ada seseorang yang kurang dapat mencukupi kebutuhan, maka akan terjadi beberapa gejala sosial di lingkungan sekitarnya. Dilihat dari segi ekonomi, gejala sosial yang terjadi dimasyarakat dapat meliputi kemiskinan, pengangguran, masalah kependudukan dsb.
2.      Budaya
Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam sehingga kita harus saling menghormati budaya lain. Adanya perbedaan jangan dijadikan sebagai alat pemecah persatuan, melainkan kita harus bersyukur karena keanekaragaman tersebut dapat menambah kekhasan budaya Indonesia. Keanekaragaman budaya tidak hanya di Indonesia, tetapi setiap Negara juga memiliki budaya dengan krakteristik yang berbeda-beda. Kita juga harus menghormati budaya asing. Keanekaragaman budaya disekitar kita juga dapat menimbulkan gejala sosial, misalnya tindakan peniruan budaya asing yang negative, kenakalan remaja dsb.
Keanekaragaman dalam masyarakat ini memiliki beberapa karakteristik. Menurut Pierre L. Van dan Berghe, karakteristik keberagaman tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Terjadinya segmentasi atau pembagian kedalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama lain.
2.      Memiliki struktur sosial yang terbagi dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer (tidak saling melengkapi)
3.      Kurang pengembangan consensus (kesepakatan) diantara anggotanya tentang nilai-nilai yang bersifat dasar.
4.      Secara relative, sering terjadi konflin antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
5.      Secara relative, integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling tergantung dalam bidang ekonomi.
6.      Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain.
3.      Lingkungan alam
Karakteristik gejala sosial dalam bidang lingkungan alam menyangkut aspek kondisi kesehatan. Seseorang yang terkena penyakit dapat menimbulkan gejala sosial di lingkungan sekitarnya. Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada lingkungan alam sekitar. Tidak dapat disangka bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan kita.Seperti munculnya penyakit menular, pencemaran lingkungan dsb. Selain penularan penyakit dari alam penularan juga dapat berasal dari lingkungan sosial. Manusia yang diciptakan sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, karena dalam pemenuhan kebutuhan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
4.      Psikologis
Perilaku seseorang atau individu dalam kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh aspek biologisnya. Bila seseorang mengalami gangguan kejiwaan dapat menimbulkan gejala sosial di masyarakat, perilaku seseorang juga dapat dipengaruhi dari proses sosialisasi yang kurang baik, misalnya disorganisasi jiwa, aliran ajaran sesat dsb.
Peristiwa sosial, fenomena atau gejala sosial, realitas sosial, fakta sosial, struktur sosial merupakan konsep-konsep dalam sosiologi yang penting. Konsep-kpnsep tersebuh seolah-olah mudah dipahami. Namun, karena dalam kehidupan sehari-hari makna atau artinya sering dipertukarkan, dalam memahami konsep-konsep tersebut terkadang rumit dan sering menimbulkan salah konsep (mis-consept).Jika perilaku atau tindakan dan interaksi di antara para warga masyarakat berlangsung sesuai nilai-nilai dan norma-norma sosial, maka yang terjadi adalah keteraturan sosial atau masyarakat dalam keadaan integrasi sosial.
Proses sosialisasi penting agar warga masyarakat bertindak dan berinteraksi sosial sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku adalah pembelajaran bertindak dan berperilaku yang disebut sosialisasi. Sosialisasi merupakan peristiwa sosial yang relative baku dan terjadi di semua masyarakat, baik di pedesaan, di perkotaan, di Negara berkembang, di Negara maju, di masyarakat tradisional, di masyarakat modern,, orang tua, teman sebaya, sekolah, lingkungan kerja dan media massa mengajarkan atau membelajarkan bagaimana orang harus bersikap dan bertingkah laku sehingga dapat mencapai tujuan-tujuan hidupnya, setidaknya dapat diterima oleh warga masyarakat yang lain.
Sosialisasi sebenarnya seperti proses adaptasi dengan cara berfikir, cara berprasaan, dan cara bertindak yang sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat. Jika proses soialisasi berhasil maka perilaku warga masyarakat sejalan dengan nilai dan norma yang berlaku. Sebagian besar keteraturan sosial dalam masyarakat diajarkan melalui sosialisasi, karena soaialisasi berhubungan dengan pembentukan kepribadian. Ketika keluarga-keluarga, teman sebaya, sekolah, lingkungan kerja dan media massa, menyosialisasikan perlunya ketaatan terhadap norma-norma sosial, kemungkinan besar tindakan dan perilaku orang-orang dalam masyarakat akan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku, sehingga akan menghasilkan gejala-gejala sosial yang mengarah kepada terbentuknya keteraturan sosial. Namun, jika perilaku atau tindakan dan interaksi sosial diantara para warga masyarakat berlangsung tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial, maka yang terjadi adalah disorganisasi (ketidakteraturan) atau bahkan disintegrasi (perpecahan) sosial.
8.      Contoh-contoh gejala sosial di mayarakat
Gejala sosial yang ada didalam masyarakat berawal dari adanya perubahan sosial. Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan di lingkungannya. Perubahan sosial merupakan segala perub ahan yang ada pada lembaga-lembaga kemasyarakat dan dipengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, serta pola prilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial dalam masyarakat dapat berdampak positif maupun negatif. Bagi masyarakat yang tidak dapat menerima perubahan sosial maka akan terjadi masalah sosial. Adapun contoh gejala sosial menurut Soerjono Soekanto (2013,19) yang ada pada masyarakat.

1)      Disorganisasi keluarga
Adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban yang sesuai dengan peran sosialnya. Bentuk-bentuk disorganisasi keluarga adalah adalah keluarga yang tidak lengkap karena hubungan diluar nikah, perceraiannya, buruknya komunikasi antaranggota keluarga, krisis keluarga karena kepala keluarga meninggalkan keluarga (seperti meninggal, dihukum pidana atau berperang), serta terganggunya mental salah satu anggota keluarga.
2)      Masalah remaja 
Masalah remaja adalah suatu penyimpangan yang terjdi pada remaja dimana tindakan remaja bila tidak terkontrol dapat menjadi suatu masalah sosial yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Masalah remaja ini ditandai oleh adanya  keinginan untuk melawan ataupun sikap apatis. Pada masa ini seharusnya mereka mengenal nilai dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Dengan mempelajari norma di masyarakat, diharapkan mereka dapat berprilaku dan tidak melakukan perbuatan yang menyimpang. Dalam masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, generasi muda seolah terjepit antara norma lama dan norma baru (yang kadang belum terbentuk). Generasi tua seperti tidak menyadari bahwa tolak ukur saat ini bukan lagi usia melainkan kemampuan.
Generasi muda sama sekali tidak diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya. Dalam masyarakat perkotaan, kondisi ini diperparah dengan kurangnya perhatian orangtua terhadap anak. Orangtua tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendampingi perkembangan anaknya karena sibuk mencari nafkah atau mengejar prestise. Dalam hal ini remaja cenderung melakukan penyimpangan. Prilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja dapat beragam, sebagai contoh membolos, mencontek, pelanggaran lalu lintas dan lain sebagainya.
3)      Masalah kependudukan
Indonesia adalah negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang padat. Penduduk merupakan sumber penting bagi pembangunan. Hal ini dikarenakan penduduk menjadi subjek dan obyek pembangunan. Dengan adanya pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk disuatu negara. kesejahteraan penduduk juga mengalami gangguan yang dipengaruhi oleh perubahan demografis yang sering sekali tidak dirasakan. Masalah kependudukan dapat berupa kepadatan penduduk, pemerataan penduduk yang tidak rata, ledakan penduduk .
Masalah-masalah diatas perlu adanya penanggulangan, karena dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan penduduk. Adapun beberapa cara untuk mengatasi permasalahan tersebut diantanya:
-          Melalui program keluarga berencana (KB)
-          Transimigrasi,dan
-          Mengatur pertumbuhan jumlah penduduk.
4)      Kejahatan
Dalam pandangan sosiologi kejahatan terjadi karena kondisi dan proses sosial yang sama, tetapi menghasilkan perilaku sosial yang berbeda. Kejahatan terbentuk melalui proses imitasi, pelaksanaan peran sosial, asosiasi deferensial, kompensasi, identifikasi, konsepsi diri dan kekecewaan yang agresif. Perilaku jahat dipelajari melalui pergaulan dekat dengan pelaku kejahatan sebelumnya. Kejahatan juga dapat dipicu oleh pola hidup konsumtif yang tidak diimbangi dengan produktivitas. Kerja keras, kejujuran, dan kemandirian perlu dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat agar kejahatan dapat dicegah.
5)      Perang
Peperangan merupakan sebuah bentuk pertentangan antara kelompok atau masyarakat (termasuk negara) yang umumnya diakhiri dengan akomodasi. Umunya pertentangan tersebut melibatkan beberapa kelompok dari berbagai lapisan masyarakat. Peperangan menyebabkan disorganisasi dalam berbagai aspek kemasyarakatan, baik bagi Negara yang menang maupun yang kalah. Perang selalu mengakibatkan kerugian bagi kedua kelompok yang bertikai. Kerugian yang ditimbulkan akibat perang jauh lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh dari kemenangan.
9.      Dampak gejala sosial di Masyarakat
Terjadinya perubahan sosial-budaya dimasyarakat merupakan salah satu akibat dari gejala sosial. Dampak gejala sosial menurut Soerjono Soekanto (2013,19) ada yang bersifat positif dan negative.
1)      Dampak positif
Jika kita menyikapi dengan baik, bersikap terbuak, dan mengimbangi perubahan sosial-budaya yang ada. Maka perubahan-perubahan yang tersjadi akan memberikan dampak positif. Misalnya kita bersikap terbuka dan mencoba mengikuti perkembangan kemajuan bidang teknologi seperti telephone, handphone, telegram, email, dsb. Dengan adanya alat komunikasi yang modern tersebut, maka kita dapat melakukan interaksi jarak jauh tanpa harus bertemu secara langsung. Kita juga tidak dikatakan sebagai orang yang ketinggalan jaman. Serta kita bisa dengan mudah dan cepat menerima informasi.
2)      Dampak negatif
Seseorang yang tidak dapat menerima perubahan yang terjadi akan mengalami keguncangan culture shock. Ketidak sanggupan seseorang dalam menghadapi gejala sosial akan membawa kearah prilaku menyimpang. Bentuk cultural shock misalnya, seseorang yang merantau dari desa ke kota. Karena terbiasa di desa dengan pegangan nilai dan norma yang kuat, ketika berhadapan dengan kehidupan kota yang bebas dan tidak ada larangan, maka orang tersebut tidak dapat beradaptasi dengan baik. Akibatnya orang tersebut merasa khawatir dan galau yang berlebihan yang berakibat pada perilaku menyimpang.
 
10.  Cara Mengatasi Gejala Sosial
Dalam mengatasi masalah gejala sosial yang terjadi di lingkungan kita yaitu sebagai berikut :
1.      Adanya komunikasi yang baik antara anak dan orangtua.
2.      Orangtua / keluarga agar lebih memperhatikan anaknya agar tidak melakukan perilaku yang menyimpang yang dapat menyebabkan munculnya gejala sosial di masyarakat
3.      Sering diadaknnya penyuluhan untuk member pengetahuan mengenai gejala sosial
4.      Adanya kerjasama antara pihak keamanan dengan masyarakat.

No comments:

Post a Comment