MODEL
PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013
Ø MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY
1. Pengertian
model pembelajaran inquiry
“Model
pembelajaran inquiry adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan” (Sanjaya, 2006:194).
Menurut
piaget (mulyasa, 2008:108) bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang
terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari
jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang
lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa
lain.
Dengan
melihat kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara
kritis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
Pembelajaran
inquiry banyak dipengaruhi oleh
aliran belajar kognitif, menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah
proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki setiap individu secara optimal.
Teori
belajar lain yang mendasari pembelajaran inquiry
adalah teori belajar konstruktivistik.
Menurut Piaget (Sanjaya,2006:194) pengetahuan itu dapat bermakna manakala
dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Setiap individu berusaha dan mampu
mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur
kognitifnya. Skema itu secara terus menerus diperbarui dan diubah melalui
proses asimilasi dan akomodasi. Di sisi lain (Kunandar, 2007:309) pengetahuan
dan kemampuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dengan demikian tugas guru
adalah merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi
yang diajarkannya, dan juga mendorong siswa untuk mengembangkan skema yang
terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi.
2.
Karakteristik atau ciri-ciri model
pembelajaran inquiry
Menurut
Muslich (2008), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik atau ciri-ciri utama pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran inquiry menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya pembelajaran inquiry
menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan
siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan sendiri sesuatu yang dipertanyakan sehingga dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self belief).
c. Membuka intelegensi siswa dan
mengembangkan daya kreativitas siswa.
d. Memberikan kebebasan pada siswa
untuk berinisiatif dan bertindak.
e. Mendorong siswa untuk berfikir
intensif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
f. Proses interaksi belajar mengajar
mengarahkan pada perubahan dari teacher
centered kepada student centered.
3.
Tujuan dan manfaat model
pembelajaran inquiry
Model
pembelajaran inquiry berorientasi
pada siswa yang bertujuan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis,
logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inquiry siswa tak hanya di tuntut agar menguasai materi pelajaran,
akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang di milikinya secara
optimal (Sanjaya, 2006:195). Adapun manfaat model pembelajaran inquiry ini adalah meningkatkan
kemampuan berfikir siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi yang akan
di pelajarinya, melatih kepekaan diri, mengurangi rasa kecemasan, menumbuhkan
rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan partisipasi belajar, meningkatkan
tingkah laku yang positif, meningkatkan prestasi dan hasil belajar.
4.
Teknik model pembelajaran inquiry
Adapun
teknik model pembelajaran inquiry dapat
dikemukakan atau dapat dilihat sebagai berikut:
a. Dapat membantu dan mengembangkan
konsep pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan
ide-ide lebih baik.
b. Membantu dan menggunakan ingatan dan
transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c. Membantu siswa untuk berfikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.
d. Memberi kepuasan yang bersifat
intrinsik.
e. Situasi proses belajar menjadi lebih
merangsang.
f. Dapat mengembangkan bakat dan
kecakapan individu.
g. Memberi kebebasan siswa untuk
belajar sendiri.
5.
Keunggulan dan kelemahan model
pembelajaran inquiry
a) Keunggulan
1) Model
pembelajaran inquiry merupakan model
pembelajaran yang banyak di anjurkan dan digunakan di sekolah khususnya sekolah
dasar. Menurut sanjaya (2006) ada beberapa keunggulan dari model pembelajaran
ini diantaranya adalah:
2) Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara
seimbang sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna.
3) Model pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
4) Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran
yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi moderen yang mengagap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
5) Dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan diatas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan
belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
b)
Kelemahan
Disamping
memiliki keunggulan, model pembelajaran inquiry
juga memiliki kelemahan. Sebagaimana dikemukakan oleh sanjaya (2006)
kelemahannya antara lain:
1) Jika model pembelajaran inquiry digunakan sebagai model
pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Model ini sulit dalam merencanakan
pembelajaran oleh karena itu terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam
mengimplementasikanya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4) Selama kriteria keberhasilan belajar
ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model
pembelajaran inquiry akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
6.
Langkah-langkah model pembelajaran inquiry
Pada
dasarnya model pembelajaran inquiry di lakukan atau ditekankan
kepada proses mencari dan menemukan, dimana materi pelajaran tidak diberikan
secara langsung kepada siswa. Menurut Sanjaya (2006:202) langkah-langkah model
pembelajaran inquiry ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
a) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Langkah ini guru
mengondisikan siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.Beberapa hal yang
dapat dilakukan dalam tahap ini adalah: (a) menjelaskan topik, tujuan dan hasil
belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, (b) menjelaskan pokok-pokok
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
b) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah adalah langkah
membawa siswa kepada persoalan yang mengadung teka teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka
teki itu.
c) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis
perlu diuji kebenarannya.
d) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
e) Menguji hipotesis
Menguji
hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
f) Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis.
Dengan
melihat langkah-langkah di atas, maka model pembelajaran inquiry akan efektif manakala:
a)
Guru
mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang
ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam pembelajaran inquiry penguasan, materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama
pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
b)
Jika
bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang
sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
c)
Jika
proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
d)
Jika
guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan
kemampuan berpikir. pembelajaran inquiry
akan kurang berhasil diterapakan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan
untuk berpikir.
e)
Jika
jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh
guru.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
a. Pengertian PBL
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta
didik untuk belajar.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah,
peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real
world)
b.
Kelebihan
PBL
1.
Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta
didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan
yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan.
2.
Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
3.
PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal
untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok.
c. Langkah-langkah
Operasional dalam Proses Pembelajaran
1.
Konsep
Dasar (Basic Concept)
Fasilitator
memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang
akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
2. Pendefinisian
Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario
atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming
dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan
terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam
alternatif pendapat.
3.
Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas
isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel
tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam
bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar
peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut
haruslah relevan dan dapat dipahami.
4.
Pertukaran
Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi
dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya
peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan
merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat
dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan
fasilitatornya.
5.
Penilaian
(Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis,
PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat
bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian.
Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas,
peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena
terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang
muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk
berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah
mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan
pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai
konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan
masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman
belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembelajaran.
d.
Tahapan-Tahapan
Model PBL
1.
Orientasi
peserta didik terhadap masalah
Pada tahap ini, guru harus
menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang akan dilakukan agar peserta
didik tahu apa tujuan utama pembelajaran, apa permasalahan yang akan dibahas,
bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini untuk memberi
konsep dasar kepada peserta didik. Guru harus bisa memberikan motivasi peserta
didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2.
Mengorganisasikan
peserta didik
Pada tahap ini, guru membantu
peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang telah diorientasi, misalnya membantu peserta
didik membentuk kelompok kecil, membantu peserta didik membaca masalah yang ditemukan
pada tahap sebelumnya, kemudian mencoba untuk membuat hipotesis atas masalah
yang ditemukan tersebut..
3.
Membimbing
penyelidikan individu dan kelompok
Pada tahap ini, guru mendorong
peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, melaksanakan
eksperimen, menciptakan dan membagikan ide mereka sendiri untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
4.
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini guru membantu peerta
didik dalam menganalisis data yang telah terkumpul pada tahap sebelumnya,
sesuaikah data dengan masalah yang telah dirumuskan, kemudian dikelompokkan
berdasarkan kategorinya. Peserta didik memberi argumen terhadap jawaban
pemecahan masalah. Karya bisa dibuat dalam bentuk laporan, video, atau model.
5.
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk
merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses
kegiatan belajarnya. Guru dan peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
terhadap pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap kelompok. Setelah
selesai pembelajaran, jangan lupa agar guru memberikan penguatan,
MODEL
PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING
1.
Pengertian Model
Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL)
adalah metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas
secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi
dan memahaminya.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung
peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip
dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi
dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar
yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada
para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai
cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah
topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai
operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk
menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat
membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk
bekerja dibidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta
didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di
dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah
pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran
Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. peserta didik membuat
keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2. adanya permasalahan atau
tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
3. peserta didik mendesain
proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan;
4. peserta didik secara
kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk
memecahkan permasalahan;
5. proses evaluasi
dijalankan secara kontinyu;
6. peserta didik secara
berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
7. produk akhir aktivitas
belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8. situasi pembelajaran
sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai
fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang
optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan
dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain berikut ini.
1.
Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan
untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2.
Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena
menambah biaya untuk memasuki system baru.
3.
Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana
instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang
sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
4.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan
listrik bertambah.
Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam
proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar
tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional
class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian
tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle
(presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi
dapat dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang
kelas.
2.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Meningkatkan motivasi
belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan
pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
b. Meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik
menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
d. Meningkatkan kolaborasi.
e. Mendorong peserta didik
untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
f. Meningkatkan
keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g. Memberikan pengalaman
kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
h. Menyediakan pengalaman
belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk
berkembang sesuai dunia nyata.
i.
Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi
dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan
dunia nyata.
j.
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta
didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
3.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Memerlukan banyak waktu
untuk menyelesaikan masalah.
b. Membutuhkan biaya yang
cukup banyak.
c. Banyak instruktur yang
merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama
di kelas.
d. Banyaknya peralatan yang
harus disediakan.
e. Peserta didik yang
memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami
kesulitan.
f. Ada kemungkinan peserta
didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g. Ketika topik yang
diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik
tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
4.
Langkah-Langkah Operasional
Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
dijelaskan dengan diagram sebagai berikut.
a. Penentuan Pertanyaan
Mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan
untuk para peserta didik.
b. Mendesain Perencanaan
Proyek (Design a Plan for the Project).
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan
peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial,
dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek.
c. Menyusun Jadwal (Create
a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal
aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1)
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian
proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek,
dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
d. Memonitor peserta didik
dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Pengajar
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi
mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat
sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
e. Menguji Hasil (Assess
the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,
membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Mengevaluasi Pengalaman
(Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini
peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama
menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan
yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
MODEL
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
1.
Pengertian Model Pembelajaran Discovery
Learning
Metode Discovery
Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai
strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan
inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang
prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih
menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah
yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru
Dalam
mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan
belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam
Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk
menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli
matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa
dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan.
2. Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
a.
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
b.
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi
dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
c.
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
d.
Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.
e.
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
f.
Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g.
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
h.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
i.
Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
j.
Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru;
k.
Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
l.
Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri;
m.
Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses
belajar menjadi lebih terangsang;
n.
Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya;
o.
Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
p.
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar;
q.
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
3.
Kelemahan Model
Pembelajaran Penemuan
a. Metode
ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa
yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b. Metode
ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah
lainnya.
c. Harapan-harapan
yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru
yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
d. Pengajaran
discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan
aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
e. Pada
beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan
yang dikemukakan oleh para siswa
f. Tidak
menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa
karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
4.
Langkah-Langkah
Operasional
a.
Langkah Persiapan
1)
Menentukan tujuan pembelajaran
2)
Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya)
3)
Memilih materi pelajaran.
4)
Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif
(dari contoh-contoh generalisasi)
5)
Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh- contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
6)
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
b. Pelaksanaan
1)
Stimulation (stimulasi/pemberian
rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu
guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang
dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
2)
Problem statement (pernyataan/
identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah).
c. Data
collection (Pengumpulan Data).
Ketika
eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian
anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi
yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data
Processing (Pengolahan Data)
Menurut
Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Verification
(Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification
menurut Bruner, bertujua
n agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
f. Generalization
(menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi
No comments:
Post a Comment