BISNIS KECIL DALAM PERSPEKTIF KEWIRAUSAHAAN
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT , atas anugerah dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Kewiraushaan yang dibawakan
oleh Prof. Dr. Chalik Imran Musa, M.Si. Adapun judul makalah yang kami buat ini
adalah Bisnis Kecil dalam Perspektif Kewirausahaan. Adapun yang dibahas dalam
makalah ini adalah, tinjauan jurnal “small
bussines activity does not measure enterpreneur”, pengertian bisnis kecil
dan kewirausahaan, karakteristik bisnis kecil dan kewirausahaan, perbedaan
bisnis kecil dan kewirausahaan, kbentuk-bentuk usaha, tingkatan/lever dari
entrpreneur , bagaimana membangun bisnis menjadi
industri, serta konsepsi dan indikator empiric kewirausahaan.
Makalah
ini dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai perbedaan bisnis
kecil dan kewirausahaan. Tak lupa kami selaku penyusun makalah ini mengucapakan
terima kasih kepada Semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Kami sebagai
Mahasiswi Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar mengucapkan banyak
terima kasih. Jika ada kritikan atau saran dari pembaca yang dapat membangun
demi penyempurnaan makalah yang kami buat ini kami mengucapkan terima kasih,
karena makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, Marilah kita
bekerja sama mengembangkan dan memperbanyak pengetahuan demi kehidupan yang
lebih baik lagi.
Makassar,
07 Desember 2018
Penyusun,
Kelompok 4
DAFTAR
ISI
Halaman
SAMPUL ................................................................................................................ i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. ...... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah.................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan......................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan
Jurnal.......................................................................... ....... 4
B. Pengertian Bisnis Kecil dan kewirausahaan............................. ....... 4
C. Karakteristik Bisnis Kecil dan Kewirausahaan......................... ....... 6
D. Perbedaan Bisnis Kecil dan kewirausahaan.............................. ....... 8
E.
Bentuk-bentuk Usaha............................................................... ....... 8
F.
Tingkatan/Lever dari Entrepeneur............................................ ..... 10
G. Membuat Bisnis Menjadi Sebuah
Industri............................... ..... 13
H. Konsepsi dan Indikator Empirik Kewirausahaan..................... ..... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... ..... 19
B. Saran............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 21
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia ekonomi,
wacana kewirausahaan adalah suatu bidang yang sangat berkaitan erat dengan
wacana ekonomi itu sendiri. Kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi,
mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa
ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil
akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada
kondisi resiko atau ketidakpastian. Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda
antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan
penekanannya. Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu
dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi
definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau
ketidakpastian.
Perkembangan perekonomian di Indonesia telah mengalamai
kemajuan yang sangat pesat. Keberadaaan wirausaha merupakan faktor yang
mendorong kemajuan ekonomi. Diperlukan sinergi antara pemerintah dan
wirausahawan untuk menciptakan iklim bisnis yang mempu menopang perekonomian.
Kewirausahaan itu menerima resiko untuk memulai dan
menjalankan bisnis. Hal-hal yang dibutuhkan untuk menjadi wirausaha dan pemilik
bisnis baru sangatlah tidak mudah, meliputi pemerintahan dirinya untuk disiplin
dalam pekerjaan yang dipilih serta bisa memelihara diri untuk bisa membuat
dirinya dan konsumen percaya dengan usahanya. Hal penting lainnya yaitu
mengorientasikan tindakan,dimana seorang wirausaha wajib bertindak didepan
untuk mencapai tujuannya dan harus penuh semangat dan tolerandengan
ketidakpastian untuk resiko yang telah di perhitungkan dan resiko yang sering
dihadapakan adalah jauh dari keluarga.
Selain itu istilah bisnis (perusahaan) kecil bukan suatu definisi
yang mudah diuraikan. Restoran, salon termasuk contoh bisnis berskala kecil.
Mempertahankan bisnis lebih sulit daripada membuat bisnis yang baru. Sebab saat
ini banyak bisnis baru yang bermunculan, seperti toko-toko kecil, swalayan, dan
lain sebagainya yang memicu adanya persaingan bisnis yang sulit untuk
dipertahankan apabila pelaku bisnis tidak mempunyai modal ilmu pengetahuan dan
teknologi yang kini semakin berkembang dengan pesat. Peranan ilmu pengetahuan
sangat penting tanpa ilmu pengetahuan tentang bisnis seseorang tidak akan tahu
dan tidak akan bias merencanakan atau menyelaraskan kegiatan bisnis, ia pun
tidak akan dapat membaca peluang bisnis yang ada. Karyawan yang tidak dibekali
dengan ilmu pengetahuan (pendidikan) serta tidak memiliki keahlian khusus
berpotensi tertinggal dalam kegiatan bisnis.
Oleh karen itu pada makalah ini akan dijelaskan mengenai
perbedaan kewiraushaan dan bisnis kecil.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan bisnis kecil dan kewirausahaan?
2. Bagaimanakah karakterisistik bisnis kecil dan
kewirausahaan?
3. Apa perbedaan karakterisistik bisnis kecil dan
kewirausahaan?
4. Bagaimanakah bentuk-bentuk usaha?
5. Bagamainakah tingkatan/Level dari entrepeneur?
6. Bagaimanakah membuat bisnis menjadi industri?
7. Bagaiamnakah konsepsi dan indikator empirik
kewirausahaan?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mendeskripsiskan, mempelajari
dan memahami yang dimaksud dengan bisnis
kecil dan kewirausahaan.
2. Untuk mendeskripsiskan, mempelajari
dan memahami karakterisistik bisnis
kecil dan kewirausahaan.
3. Untuk mendeskripsiskan, mempelajari
dan memahami perbedaan karakterisistik
bisnis kecil dan kewirausahaan.
4. Untuk mendeskripsiskan, mempelajari
dan memahami bentuk-bentuk usaha
5. Untuk
mendeskripsiskan, mempelajari dan memahami
tingkatan/Level dari entrepreneur.
6. Untuk mendeskripsiskan, mempelajari
dan memahami membuat bisnis menjadi
industri.
7. Untuk mendeskripsiskan, mempelajari
dan memahami konsepsi dan indikator
empirik kewirausahaan
D. Manfaat
Pembuatan Makalah
1.
Memberikan pengetahuan kepada
mahasiwa maupun pembaca mengenai yang dimaksud dengan bisnis kecil dan kewirausahaan.
2. Memberikan
pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai karakterisistik
bisnis kecil dan kewirausahaan.
3. Memberikan
pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai perbedaan
karakterisistik bisnis kecil dan kewirausahaan.
4. Memberikan
pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai bentuk-bentuk
usaha.
5. Memberikan pengetahuan kepada mahasiwa maupun
pembaca mengenai tingkatan/Level
dari entrepreneur.
6. Memberikan
pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai membuat bisnis menjadi
industri.
7. Memberikan
pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai konsepsi
dan indikator empirik kewirausahaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Jurnal
Dalam
jurnal “Small Bussines Activity Does Not
Measure Entrepeneur” ini dijelaskan bahwa kegiatan bisnis kecil tidak
terhitung sebagai wirausaha, karena dalam teori kewirausahaan yang dianut
adalah teori Schumpeterian
yang mana menurutnya sebagian besar wiraswasta bukan wirausaha, karena mereka
tidak pernah membawa inovasi baru ke pasar dan tidak berencana untuk
mengembangkan bisnis mereka. Menurut pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa
kegiatan usaha kecil tidak terhitung kewirausahaan karena mereka yang tidak
mendaftarkan usaha kecil dan kreatif mereka sehingga usaha kecil mereka tidak
terhitung sebagai kewirausahaan. Oleh karena itu kita harus memahami betul apa
itu kewirausahaan dan binis kecil.
B. Pengertian Bisnis Kecil dan
Kewirausahaan
1.
Pengertian Bisnis Kecil
Bisnis kecil adalah bisnis yang dimiliki dan dikelola secara
mandiri yang tidak mendominasi pasar. Departemen Perdagangan Amerika Serikat
menganggap suatu bisnis “kecil” apabila karyawannya kurang dari 500 orang.
Sedangkan Small Business Administration (SBA) menganggap perusahaan
dengan jumlah karyawan sebanyak 1500 orang adalah perusahaan “kecil”. Definisi
SBA didasarkan pada dua faktor, yaitu jumlah karyawan dan penjualan tahunan
total. Menurut undang-undang Republik Indonesia No 9 tahun 1995 tentang usaha
kecil: “Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria usaha kecil
adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk
kepemilikan tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp 1 milyar, milik warga negara indonesia, berdiri
sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha menengah atau
besar”
M. Tohar mendefinisikan perusahaan kecil adalah “kegiatan
ekonomi rakyat yang berskala kecil, dan memenuhi kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang
(Tohar, 2001:1)”. Sehingga bisa disimpulkan bahwa usaha kecil dan kegiatan
ekonomi rakyat yang mandiri, jumlah pekerjanya kurang dari 50 hasil
penjualan paling banyak Rp. 1 Milyar dalam setahun.
2.
Pengertian Kewirausahaan
Kata Kewirausahaan yang dalam bahasa inggris
“Entrepreneurship” adalah suatu “proses mengidentifikasikan, mengembangkan, dan
membawa visi ke depan, berupa ide inovatif, melihat peluang, dan cara mendapatkan
yang lebih baik dalam melakuan sesuatu hal. Hasil akhir dari proses tersebut
adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau
ketidakpastian. Sedangkan, pengertian wirausaha (entrepreneur) adalah seseorang
yang tangguh melakukan sesuatu” (Suryana,2003). Sedangkan menurut kamus besar
Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali
produk baru, menentukan cara produk baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Wirausahawan
adalah mereka yang menanggung resiko kepemilikan bisnis dengan pertumbuhan dan
ekspansi sebagai tujuan utama.
Banyak pemilik bisnis kecil mencirikan dirinya sebagai
wirausahawan, namun banyak dari mereka tidak bercita-cita memperluas bisnisnya
seperti yang dilakukan wirausahawan sejati. “Kewirausahaan adalah semangat,
sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan
yang mengarah kepada upaya cara kerja teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
keuntungan yang lebih besar” (Inpres no. 4 tahun 1995 (GNMMK)).
C.
Karakter Bisnis Kecil dan
Kewiraushaan
1.
Karakteristik
Bisnis Kecil
Menurut Sofiah et all (2011:210) menyatakan secara umum
sektor bisnis kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Sistem pembukuan yang relative
sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar.
b) Margin yang cenderung tipis
mengingat persaingan yang sangat tinggi.
c) Modal terbatas.
d) Pengalaman manajerial dalam
mengelola perusahaan yang masih terbatas.
e) Skala ekonomi yang terlalu kecil,
sehingga sulit mengharapkan ditekannya biaya mencapai titik efisiensi jangka
panjang.
f) Kemampuan pemasaran dan negosiasi
serta diversifikasi pasar sangat terbatas.
g) Kemampuan untuk memperoleh sumber
dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem
administrasinya.
Selain itu, menurut Pandji (2002:225) secara umum bisnis
kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana
dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar.
2) Margin usaha yang cenderung tipis,
mengingat persaingan yang sangat tinggi.
3) Modal terbatas
4) Pengalaman manajerial dan mengelola
perusahaan masih sangat terbatas
5) Skala ekonomi yang terlalu kecil
6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi
serta diversifikasi pasar sangat terbatas.
7) Kemampuan untuk memperoleh sumber
dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem
administrasinya.
Jika
ditinjau secara khusus menurut Kuta (1994:20), gambaran bisnis kecil di
Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Hampir setengah dari perusahaan kecil hanya mempergunakan kapasitas terpasang 60 persen atau kurang.
- Lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan usaha kecil-kecilan.
- Masalah utama yang dihadapu berbeda menurut pengembangan usaha.
- Pada umumnya sukar meningkatkan pangsa pasar bahkan cenderung mengalami penurunan usaha, hal ini terjadi karena kekurangan modal, pemasaran.
2. Karakteristik Kewirausahaan
Banyak wirausahawan sukses mempunyai serangkaian
karakteristik yang membedakan mereka dari pemilik bisnis kecil lainnya.
Contohnya, sifat banyak akal dan kepedulian terhadap hubungan pelanggan yang
baik, bahkan seringkali bersifat pribadi. Banyak wirausahawan sukses juga
memiliki hasrat kuat untuk menjadi bos bagi diri sendiri.
Wirausahawan di masa lalu dicirikan sebagai “sang bos” (pria
yang percaya diri dan yang membuat keputusan spontan dari belakang meja
kerjanya). Sebaliknya, wirausahawan masa kini justru lebih dilihat sebagai
pemimpin yang berpikiran terbuka, yang bergantung pada jaringan kerja, rencana
bisnis, dan konsensus. Wirausahawan masa kini tidaklah selalu pria, wanita juga
memiliki peluang yang sama. Wirausahawan di masa lalu dan masa kini juga mempunyai
perspektif yang berbeda mengenai bagaimana mereka berhasil, perana otomatisasi
dalam bisnis, dan pentingnya pengalaman versus pengetahuan bisnis.
Dalam kewirausahaan terdapat risiko. Menanggung risiko
hampir selalu menjadi elemen inti kewirausahaan. Akan tetapi, menariknya,
banyak wirausahawan sukses jarang melihat apa yang mereka lakukan itu
berbahaya. Sementara yang lain melihat berbagai kemungkinan kegagalan dan
menolak mempertaruhkan segalanya pada bisnis baru, sebagian wirausahawan justru
bergairah mengenai gagasan mereka dan mereka merasa yakin mengenai rencana
mereka yang dianggap sedikit beresiko atau tidak mungkin gagal. Selain
itu karakteristik kewirausahaan antara lain berani menghadapi resiko, selalu
mencari peluang, memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kemampuan manajerial dan
memiliki keterampilan personal.
D.
Perbedaan
Bisnis Kecil Dengan Kewirausahaan
1.
Kewirausahaan
a) Pelaku bisnis yang menerima resiko
maupun peluang yang ada karena manciptakan dan mengoperasikan bisnis baru yang
membedakan adalah visi, aspirasi dan strategi.
b) Berpikir dan bertindak strategik,
adaptif terhadap perubahan dalam berusaha mencari peluang keuntungan termasuk
yang mengandung resiko agak besar dan dalam mengatasi masalah.
c) Berusaha mengenal dan mengendalikan
kekuatan dan kelemahan perusahaan (dan pengusahanya) serta meningkatkan
kemampuan dengan sistem pengendalian intern.
d) Dikelola bukan oleh pemilik
e) Struktur organisasi kompleks
f) Pemilik hanya mengenal sedikit
karyawan
g) Presentase kegagalan rendah
h) Banyak ahli manajemen
i)
Modal
jangka panjang relatif mudah didapatkan
2. Bisnis
kecil
a)
Tidak
mempunyai rencana untuk pertumbuhan yang hebat dan hanya mencari pendapatan
yang aman dan nyaman
b)
Umumnya
dikelola pemilik.
c)
Struktur
organisasi sederhana.
d)
Prosentase
kegagalan perusahaan tinggi.
e)
Kekurangan
manajer yang ahli.
f)
Modal
jangka panjang sulit diperoleh.
E. Bentuk-bentuk
Usaha
Bentuk-bentuk usaha yang umum ditemukan
a. bisnis jasa
b. bisnis eceran
c. bisnis distribusi
d. agrobisnis atau pertanian
e. bisnis manufaktur.
a. bisnis jasa
b. bisnis eceran
c. bisnis distribusi
d. agrobisnis atau pertanian
e. bisnis manufaktur.
Tohari, M (1999: 03-26)mengungkapkan bahwa fungsi dan peran
usaha kecil sangat besar dalam kegiatan ekonomi masyarakat,fungsi dan peran itu
meliputi :
1. Menyediaan
barang dan jasa Penyediaan barang jualan merupakan salah satu peran dan fungsi
usaha kecil dalam kegiatan ekonomi.dalam
penyediaan barang dan jasa ,yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah :
a. berapa
banyaknya persediaan barang jualan
b. mendeteksi
barang-barang jualan
c. laporan
mutasi barang jualan.
2.
Penyerapan tenaga kerja Tenaga kerja adalah sekelompok
orang yang mampu bekerja,baik didalam maupun diluar hubungan kerja,guna
menghasilkansuatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
3. Pemerataan
pendapatan Dengan adanya usaha kecil menjadika masyarakat mendapatkan akses
untuk mendapatkan pekerjaan sehingga mereka memperoleh pendapatan.
4. Nilai
tambah bagi produk daerah. Setiap daerah tentu memiliki keunggulannya
masing-masing,baik dari segi geografis maupun potensi SDMnya,yang dapat
dikelola oleh pengusaha kecil secara profesional,maka kondisi ini akan
memberikan nilai tambah bagi daerah tersebut.
5. Peningkatan
taraf hidup. Dengan adanya lapangan pekerjaan di berbagai sektor termasuk usaha
kecil,diharapkan dapat menyerap tenaga kerja bangi masyarakat sehingga mereka
dapat menambah penghasilan dan dapat memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.
Berikut ini beberapa bentuk dan jenis usaha kecil menurut jenis serta kegiatan
yang di lakukannya :
a. Ditinjau
dari hakikat dan penggolonganya
1. Industri
kecil, misalnya :industri kerajinan rakyat, industri cor logam, konveksi, dan berbagai
industri kecil lainnya.
2. Perusahaan
berskala kecil, misalnya : took kerajinan, penyalur, koprasi, toserba,
restoran, jasa profesi, took bunga dan lainya
3. Sektor
informal, misalnya : agen barang bekas, warung,kios kaki lima, dan lainnya.
b. Ditinjau
dari bentuknya.
1. Usaha
perorangan
2. Usaha
persekutuan.
c. Ditinjau
dari jenis produk atau jasa yang dihasilkan
1. Usaha
perdagangan, meliputi keagenan, pengecer, ekspor atau impor, sektor informal,
dan lainnya
2. Usaha
pertanian, meliputi pertanian pangan,perkebunanperikanan,dan peternakan.
3. Usaha
industri, meliputi industry logam/ kimia, pertambangan, makanan/ minuman,dan
konveksi.
4. Usaha
jasa,meliputi konsultan, perencanaan, restoran, transportasi, dan konstruksi.
F. Tingkatan/
Level dari Entrepreneur
1. Level
"zero"-unenmploye
Di dalam Rich Dad Poor Dad karangan Robert
T. Kyosaki level ini tidak dibahas secara detail, tetapi orang-orang yang
berada pada level ini juga merupakan entrepreneur yang memilih risiko yang
paling minimal (zero stau risk free) serta manfaat yang juga zero, tetapi yang
paling berisiko. Namun, di dunia ini semuanya berisiko. Hidup ini juga
mempunyai risiko, yaitu kematian, jalan juga juga bisa tertabrak.
Usaha mereka yang terus-menerus
seakan-akan buntu, dan mereka merangkak naik ke level 1 (employee), tetapi
tidak kunjung bisa karena tidak ada selling
point. Strategi dan kiat yang sering mereka lakukan (mungkin) hanya sekadar
mencari kerja dan terus berusaha melamar saja, tetapi tidak ada strategi untuk
berubah, dan ini tidaklah cukup, karena mereka tidak meliakukans dan mempunyai
jiwa entrepreneurship atau "nol". Mereka memilih menjadi dirinya
sendiri, tanpa mengetahui kepada siapa mereka harus bertanggung jawab. Skill entrepreneurship yang sangat
diperlukan di level ini adalah “selling skill, yaitu kemampuan untuk menjual
diri (sell yoursel).
Seharusnya mereka bertanggung jawab kepada
dirinya sendiri (bosnya ialah diri sendiri), bahwa mereka harus berubah dan
terus mencari jalan keluar untuk berubah dan mereka inilah yang kami sebut
sebagai entrepreneurship level "zeto” atau zero skill.
2. Level
1-employee (little risk)
Semua pekerja dari buruh hingga
profesional pasti mempunyai seorang pimpinan (kepala) kepada siapa mereka harus
mempertanggungjawabkan manfaat, risiko (tuntutan dari atasan tersebut untuk memberikan
kontribusi atau manfaat akan mereka terima). Misalnya:
·
Buruh
kepada mandor
·
Pekerja
kepada atasan atau manajer
·
Direktur
kepada komisaris .
·
Manajer
kepada direktur
Bagaimana kalau pengusaha? Mereka juga
harus bertanggung jawab kepada seseorang, yaitu diri mereka sendiri. Inilah
yang disebut business owner atau
komisaris dan pengusaha adalah juga direkturnya (Lihat transformasi
kewirausahaan).
Seorang pekerja juga sama dengan seorang entrepreneur. Hanya di sisi ini, risiko
yang besar ditanggung pemilik perusahaan, begitu juga seluruh kontribusi
dihasilkannya. Seorang pekerja akan mendapatkan proseygntase dari
kontribusinya. Sebaliknya, risiko yang menjadi akibat kesalahan pekerja
ditanggung sepenuhnya oleh pemilik perusahaan. Namun, hal itu pasti tidak
sampai menyebabkan kebangkrutan, karena sebelum itu terjadi, pekerja itu sudah
di pecat terlebih dahulu (jadi bila anda menjadi pengusaha sampai mengalami
kebangkrutan, itu berarti anada tertidur), karena ia tidak memberi sesuai
target, dan perusahaan akan mencari yang lain sehingga kebangkrutan tidak
terjadi.
Inilah yang disebut entrepleneurship level 1. Bila kita memperhatikan entrepleneur
level 1 ini, yaitu employe, maka jika
ia mempunyai visi jauh ke depan, pasti ia akan meningkatkan level entrepleneurnya
ke level diatasnya, yaitu self employe atau yang disebut self bussines (mengapa
saya menyebutnya self bussines? Karena dia menjadi “bos” untuk system
organisasi yang kecil, bahkan yang mungkin tidak ada organisasinya).
3. Level
2-self-business (self-employee)
Pada level ini, ciri-ciri entrepreneur
sejati sudah mulai mu visi yang tidak ingin diatur, ia tidak mudah puas diri,
dan Di dalam suatu organisasi perusahaan, seorang pekeri entrepreneur selalu
mempunyai stfat ingin jadi bos bagi d diatur, sehingga ia bisa keluar dari
sistem karena faktor y'a sendiri dsy ai karakter yang didukung oleh kesukaan
akan sesuatu yang telah laan dan seorang pekerja atau pengusaha 3. muncul,
yaitu ia mempunyai g mempunyai ndiri dan tidak mau ian dan pengalaman faktor keahlian.
Berbeda dengan employee, pada level ini
self-business ingin men dirinya sendiri dan jadi bos bagi in berani menanggung
risiko atas dirinya sendiri. Inilah yang t entrepreneur level 2 (spin out from
the organization system)
4. Level
3-businessman (business owner)
Pada dia ingin benar-benar menjadi bos
dari sebuah tim atau sistem. Ia lebih komplet dan mendekati perfect
organization leader dari suatu unit usaha. Inilah yang disebut entrepreneur
level 3 level ini, bisnisman sedikit mempunyai jiwa challenging" yang
kuat.
5. Level
4-investor (truly speculative businessman)
Mereka yang berada pada level ini sedikit
berbeda dengan bisnisman lainnya. Pada level ini, ada faktor kalkulasi yang
spekulatif untuk menentukan bisnisnya, tetapi penuh dengan perhitungan
(profesional) atau menjurus ke gambling (gambler) namun tidak ada organisasi
yang dipertahankan atau dikelolanya secara langsung dalam waktu yang lama.
Istilahnya membisniskan sebuah bisnis Seorang investor hampir mirip dengan
seorang gambler, hanya berbeda pada alat yang digunakan dan apa yang dibeli
olehnya. Level ini (investor) bisa dicapai secara langsung oleh level-level
yang lain tanpa melalui level 1, 2, dan 3. Misalnya:
·
Level
employee bisa langsung menjadi investor dengan cara membeli saham di bursa
saham atau investasi tanah, emas, properti, dan lain-lain.
·
Level
employee , self - business atau businessman bisa membeli perusahaan orang lain,
saham perusahaan, menanamkan modal, atau membeli franchise tanpa melewati
level-level sebelumnya secara langsung.
Inilah level terakhir dari
entrepreneurship, yaitu investor. Tetapi, bila kita berbicara mengenai
entrepreneurship, ada dua jalan untuk menjadi sukses, namun yang pasti kita
telah mengetahui bahwa inilah salah satu jalan menuju sukses
G.
Bisnis yang Baik itu Dibangun Untuk
Menjadi Sebuah Industri
(
Berskala Industri )
Banyak pengusaha baik
yang baru maupun yang sudah lama, seringkali tidak bertumpu pada visi bsinis
yang baik yaitu mampu mewujudkan sebuah bisnis menjadi sebuah industri. Dalam
hal ini, industri yang dimaksud adalah pasar, organisasi, merek, dan skala
kualitasnya, baik produk, metode, sistem, manajemen maupun wawsannya yang bisa
bersaing di pasar secara kontinu dan terus tumbuh, bukan bentuk perusahannya
saja.
Hal di atas bisa kita
ibaratkan sebagai berikut. Ada dua orang, sebut saja si Asa dan si Rana, yang
ingin membangun sebuah rumah. Keduanya mempunyai tanah didekat pantai. Asa
membangun ruma dengan mencari tanah yang empuk, mudah digali dan dicangkul.
Dapat dilihat bahwa si Asa adalah orang yang spekulasinya kuat dan ingin
mencari mudahnya saja. Si Rana itu adalah orang yang tidak terburu – buru. Ia
melakukan riset terlebih dahulu. Ia melihat dan mencari mana tanah yang
seberapa besar dan tinggi gelombang pasang di tempat itu, sehingga cukup lama
ia memilih tempat yang baik.
Setelah sekian lama
mencari tempat yang baik, si Asa lebih cepat mebangun dan menempati rumahnya
dengan nyaman. Tidurnya pun juga nyenyak, rumahnya dibangun diatas tanah
berpasir karena ingin segera mempunyai rumah. Si Asa selalu mengejek si Rana
karena ia belum selesai juga membangun rumah impiannya. Namun, si Rana begitu
tekun dan ulet untuk menggai tanah cadas sebagai fondasi rumahnya. Sekalipun si
Rana iri melihat si Asa enak – enakan tidur dirumah barunya yang dibuat bagus,
tetapi ia tetap teguh untuk membangun diatas tanah cadas, bukan di tanah
berpasir. Setelah sekian lama bergelut dengan peluh,keringat, lelah, dan letih,
si Rana dapat menyelesaikan rumah nan mungil, tetapi rapi dan tertara asri.
Si Asa tidak pernah
mempredisikan hal itu, sedangkan si Rana justru telah memprediksi gelombang
pasang itu, bahkan bukan pasang tahunan saja, melainkan lima sampai sepuluh
tahunan. Untunglah si Asa masih bisa diselamatkan oleh si Rana karena rumah si
Rana ternyata kokoh dan tegak berdiri. Lalu, si Asa meminta agar diperbolehkan
menginap di rumah si Rana yang sekarang dijuluki si terencana dan si Asa tetap
tidak mempunyai rumah.
Mari kita lihat,
pekerjaan kecil, sederhana dan tidak dipandang sebelah mata, bila berorientasi
visi bisnis industri dan mempunyai filosofi yang kuat akan menjadi dan kokoh
hingga bisa ber – omzet miliaran rupiah. Itulah visi seorang enterpreneur yang
cerdas. Kita menyebutkan beberapa contoh :
a.
Pekerjaan bersih – bersih yang biasa
dikerjakan oleh pembantu rumah tangga bila di buat untuk skala industri bisa
ber – omzet ratusan milian rupiah
b.
Air, yang biasa kita bawa dalam botol
(zaman dahulu) ternyata bisa dibuat industri berskala miliaran rupiah, mungkin
ratusan miliar rupiah, seperti yang dilakukan oleh perusahaan aqua, ades, vit,
dan lain – lain. Kini andapun bisa.
Selain contoh – contoh
diatas, masih banyak contoh lainnya seperti warung kelontong yang dibuat
indutri menjadi hero, superindo, indomaret, carefour, giant, dan lain – lain .
Namun, berhati – hatilah didalam memilih jenis bisnis yang anda ingin tekuni,
karena masing – masing memiliki karakter yang khas, khusus, dan berbeda.
Yang dimaksud bisnis
dibuat menjadi industri ialah bahwa kualitasnya haruslah berorientasi standar
global atau diatas standar kompetisi pasar. Target pasarnya diciptakan untuk
pasar yang berskala luas danbesar. Strategi operasionalnya harus bersifat
kontinu, konsisten, dan berkomitmen kuata atau solid.produksi yang di buat dan
dihasilkan bukanlah sembarang produk yang biasa ditawarkan melainkan sudah
terkemas rapi, dengan warna yang tepat serta logo yang mencerminkan kesan
kualtas yang sangat baik sebagai “corporate identy”, mudah diingat dan
sebagainya.
Bisnis untuk skala
industri adalah bisnis yang bisa dibuat dengan skala produksi yang besar atau
jaringan yang luas, kebutuhan atau dibutuhkan oleh orang banyak, serta memiliki
unsur inovasi dan kreativitas, baik strategi, konsep, maupun produk yang
tentunya berskala organisasi.
Masih berhubungan
dengan enterpreuneurship, bila kita berbicara yang sukses dan tidak, muncullah
satu pertanyaan yang sering menggelayuti pikiran kita, yaitu “mengapa si dia
bisa sukses baik di pekerjaan maupun menjadi pengusaha sedangkan yang lain
tetap tidak berubah kondisi hidupnya sejak 10 tahun yang lalu hinga sekarang.
Memang sulit untuk menjawab, tetapi mari kita melihat jawabannya. Akan tetapi
ada satu aspek yang perlu kita ketahui tentang kewirausahaan, yaitu masalah
ruang lingkupnya. Sekarang kita akan membahas ruang lingkup kewirausahaan.
1. Ruang
lingkup kewirausahaan
Ruang lingkup
kewirauhaan telah dibahas secara singkat dibagian manfaat kewirausahaan. Jika
diuraikan secara lebih detail, ruang lingkup kewirausahaan mencakup :
a) Ruang
lingkup internal
1) Untuk
kehidupan sehari – hari keluar dari kesulitan, untuk tetap bertahan hidup dan
mengatasi keterbatasan.
2) Untuk
bekerja meraih kesuksesan dalam karir
3) Untuk
keluarga menjadi lokomotif ekonomi keluarga
b)
Ruang
lingkup eksternal
1) Dalam
dunia usaha menjadi wirausahaan yang sukses
2) Dalam
dunia masyarakat menjadi contoh orang yang sukses dan menjadi teladan bagi
lingkungan, RT, RW, dan juga membantu orang lain mendapatkna nafkah bagi
keluarganya.
3) Dalam
kehidupan bernegara membantu program pemerintah dalam mengurangi tingkat
pengangguran yang tinggi dan membantu mengatasi pengetasan kemiskinan, serta
menjadi lokomotif kemajuan ekonomi.
Sungguh
suatu pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri, lingkungan, dan bangsa
apabila kita melihat faktor – faktor yang membuat orang gagal untuk menjadi
pengusaha (wirausahawan) dan bahkan enggang unt8uk menjadi pengusah.
H. Konsepsi dan
Indikator Empirik Kewirausahaan
Schumpeter menjelaskan bahwa kapitalisme merupakan proses
“destruksi kreatif” dimana struktur ekonomi masyarakat berubah dari dalam oleh
lahirnya produk, proses, dan pasar baru yang menggantikan struktur lama. Proses
perubahan ekonomi memerlukan apa yang disebutnya “respon adaptif” dan
“tanggapan kreatif.” Respon adaptif adalah jenis perhitungan mekanik yang dapat
menghasilkan peningkatan ukuran ekonomi. Inisiatif para kreator yang membawa
inovasi baru ke pasar sangat penting dalam rangka meningkatkan ukuran ekonomi
relatif terhadap populasinya. Oleh karena itu Schumpeter telah melibatkan aspek
kreativitas dalam menciptakan perubahan ekonomi kewirausahaan, dan telah
mencatat bahwa “mekanisme perubahan ekonomi pada masyarakat kapitalis berporos
pada aktivitas kewirausahaan”. Karakteristik penting dari definisi Schumpeter
tentang kewirausahaan adalah bahwa hal tersebut merupakan suatu proses yang
terdiri dari fungsi yang berbeda. Yang dimaksud dengan proses adalah membawa
ide baru ke pasar, sedangkan yang dimaksud dengan fungsi adalah tindakan
individu yang diambil untuk mencapai proses. Sementara dalam kenyataannya
fungsi-fungsi tersebut sering tumpang tindih yang membawa implikasi pada rumusan
konseptual yang berbeda.
Schumpeter telah mengidentifikasi lima jenis inovasi, atau
suatu tanggapan kreatif yang membentuk fungsi kewirausahaan, yakni: 1)
Pengenalan ide kualitas baru yang baik, yang saat ini tidak diketahui konsumen;
2) Pengenalan metode produksi atau proses operasi baru; 3) Membuka pasar baru
yang belum ada sebelumnya, terlepas apakah pasar tersebut sudah ada sebelumnya
di sejumlah wilayah lain; 4) Penemuan sumber bahan baku atau material baru atau
input lainnya, terlepas dari apakah sumber tersebut sudah ada sebelumnya di
wilayah lain; dan, 5) Mempengaruhi organisasi baru guna penciptaan posisi
monopoli atau guna melepas posisi monopoli.
Dengan demikian, fungsi kewirausahaan adalah melakukan
tindakan kreatif dan menggabungkan sumber daya dengan cara baru. Menurut
Schumpeter, “setiap orang bisa dikatakan sebagai wirausahawan apabila mereka
benar-benar membuat kombinasi baru, dan mereka akan kehilangan karakternya
sebagai wirausahawan ketika mereka mulai menjalankan bisnisnya sebagaimana
orang lain menjalankan bisnisnya”. Meskipun fungsi kewirausahaan kreatif
berbeda dari penemu, dan dari fungsi pengembangan berbagai ide, namun
Schumpeter berpendapat, bahwa penemu menghasilkan ide-ide baru, akan tetapi
seorang wirausahawan mendapat manfaat dari penemuan orang untuk membawanya ke
pasar.
Dengan demikian, fungsi
kewirausahaan, menurut Schumpeter, adalah mengkomersialisasikan berbagai
penemuan. Fungsi lain dari proses kewirausahaan adalah pembiayaan, yang digambarkan
oleh Schumpeter sebagai fungsi kapitalis. Dengan demikian, fungsi tersebut
telah memperkenalkan unsur risiko ke dalam proses kewirausahaan. Dengan adanya
pinjaman uang kepada para wirausahawan melalui pertukaran dan bunga, maka para
kapitalis menanggung risiko dari proses kewirausahaan. Hal ini penting dicatat,
bahwa Schumpeter tidak membatasi teorinya hanya terhadap mereka yang biasanya
dianggap sebagai wirausahawan yang sering disebut dengan “pemimpin industri.”
Singkatnya, menurut Schumpeter, kewirausahaan adalah suatu
proses dimana orang membawa suatu inovasi, baik berupa barang, jasa, proses,
dan sebagainya kepada konsumen. Proses tersebut bersifat dinamik, dalam arti
bahwa para wirausahawan yang membawa inovasi ke pasar merubah bisnis – baik produk
atau proses – yang tidak lagi kompetitif, sekaligus menempatkan tekanan
inovatif pada sejumlah organisasi bisnis yang masih eksis. Pada gilirannya,
tindakan kewirausahaan yang membawa inovasi baru ke pasar dapat menyebabkan
suatu perubahan ekonomi. Berbeda dengan tradisi Chicago yang diwakili oleh
konsep Frank Knight, bahwa kewirausahaan bergantung pada pandangan beberapa
orang yang memiliki karakteristik unik yang membuat mereka menjadi
wirausahawan. Oleh karena itu definisi kewirausahaan dipengaruhi oleh tindakan
yang diambil oleh orang-orang tersebut. Konsep Knight tentang kewirausahaan
dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni: pertama, menetapkan sifat
kewirausahaan, dan yang kedua, menentukan fungsi wirausahawan. Menurut Frank
Knight, semua orang berbeda-beda dalam preferensi, pengetahuan, dan kemampuan
mereka , yang secara bersama-sama menentukan apa yang akan mereka lakukan.
Kejelian, kemampuan manajerial, kepercayaan, dan disposisi untuk mencapai
sukses merupakan karakteristik unik dari para wirausahawan. Mereka yang
memiliki kemampuan unggul dalam kewirausahaan akan membuat sebuah “kelas sosial
spesial” para pelaku bisnis yang memiliki kegiatan langsung dalam ekonomi.
Pandangan ini berbeda dengan Schumpeter, yang berpendapat bahwa potensi
kewirausahaan berada dalam diri setiap orang.
Menurut Knight, aspek kunci dari kewirausahaan adalah
bagaimana bertindak dalam menghadapi ketidakpastian. Para wirausahawan
seyogyanya menggunakan keterampilan unik mereka untuk memberikan produk atau
proses baru, meskipun hasil dari tindakan mereka belum pasti. Para manajer dan
para pekerja dalam organisasi tidak menghadapi ketidakpastian seperti itu,
karena pendapatan mereka sudah dinegosiasikan dan ditetapkan di muka. Sementara
imbalan bagi para pemilik atau para wirausahawan agar menjadi sukses dalam
menghadapi ketidakpastian dihasilkan oleh bisnis yang mereka ciptakan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bisnis kecil adalah bisnis yang dimiliki
dan dikelola secara mandiri yang tidak mendominasi pasar. Kriteria usaha kecil
adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk
kepemilikan tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp 1 milyar, milik warga negara indonesia, berdiri
sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha menengah atau
besar”, sedangakan
wirausaha adalah orang yang pandai
atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produk baru, menyusun
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan
operasinya. Wirausahawan adalah mereka yang menanggung resiko kepemilikan
bisnis dengan pertumbuhan dan ekspansi sebagai tujuan utama.
Adapun Perbedaan
Bisnis Kecil Dengan Kewirausahaan yaitu: Kewirausahaan; Pelaku
bisnis menerima resiko maupun peluang, Berpikir dan bertindak strategic, berusaha
mengenal dan mengendalikan perusahaannya, dikelola bukan oleh pemilik, struktur
organisasi kompleks, pemilik hanya mengenal sedikit karyawan, presentase
kegagalan rendah, banyak ahli manajemen. Sedangkan Bisnis kecil yaitu; tidak mempunyai rencana untuk
pertumbuhan yang hebat dan hanya mencari pendapatan yang aman dan nyaman, umumnya dikelola pemilik, struktur organisasi sederhana, prosentase kegagalan perusahaan tinggi, kekurangan manajer yang ahli, dan modal jangka panjang sulit diperoleh.
Adapun tingkatan level dari
entrepenur yaitu: Level
"zero"-unenmploye, Level 1-employee (little
risk), Level
2-self-business (self-employee), Level 3-businessman
(business owner),
dan Level 4-investor (truly speculative businessman).
Menurut Schumpeter, “setiap orang
bisa dikatakan sebagai wirausahawan apabila mereka benar-benar membuat
kombinasi baru, dan mereka akan kehilangan karakternya sebagai wirausahawan
ketika mereka mulai menjalankan bisnisnya sebagaimana orang lain menjalankan
bisnisnya”. Menurutnya juga ada lima jenis
inovasi, yang kreatif yakni: ide kualitas baru yang baik,
pengenalan metode produksi atau proses operasi baru, membuka pasar baru yang
belum ada sebelumnya, penemuan sumber bahan baku atau material baru atau input
lainnya, dan mempengaruhi organisasi baru guna penciptaan posisi monopoli atau
guna melepas posisi monopoli.
B.
Saran-saran
Untuk memulai suatu usaha memang
terkadang berawal dari membangun usaha kecil, tapi bagaimana kita bisa
mengembangkan usaha kecil kita ini berkembang dan mampu kita pasarkan di
pasaran yang lebih luas dan besar, dengan cara untuk tidak takut mengambil
resiko, dan mampu berpikir inovatif dan kreatif, sebab kebutuhan pasar dan
kebutuhan masyarakat pada masa ini dan pada masa yang akan datang akan lebih
sangat kompleks, sehingga diperlukan inovasi-inovasi terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Alma Buchori. 2007. Kewirausahaan.
Bandung: Afabeta
Damsar. 2002. Sosilogi Ekonomi.
Jakarta: PT RajaGrafindo
Hendro. 2011. Dasar-dasar
Kewirausahaan (Panduan Bagi Mahasiswa Untuk Mengenal,, Memahami dan Memasuki
Dunia Bisnis). Jakarta: Penerbit Erlangga
Kasmir. 2013. Kewirausahaan.
Jakarta: Rajawali pers
Siagian Salim & Asfahani. 1997. Kewirausahaan
Indonesia. Jakarta: PT Kloang Klede
Jaya.
http://alfross.blogspot.com/2018/01/makalah-bisnis-kecil-dan
kewirausahaan.html
/diakses pada tanggal 07 Desember 2018
diakses
pada tanggal 07 Desember 2018
https://sbm.binus.ac.id/2015/02/28/konsepsi-dan-indikator-empirik-kewirausahaan-bagian-4/
diakses pada tanggal 07 Desember 2018
No comments:
Post a Comment