Friday, June 21, 2019

Makalah Kewirausahaan




 
BISNIS KECIL DALAM PERSPEKTIF KEWIRAUSAHAAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT , atas anugerah dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Kewiraushaan yang dibawakan oleh Prof. Dr. Chalik Imran Musa, M.Si. Adapun judul makalah yang kami buat ini adalah Bisnis Kecil dalam Perspektif Kewirausahaan. Adapun yang dibahas dalam makalah ini adalah, tinjauan jurnal “small bussines activity does not measure enterpreneur”, pengertian bisnis kecil dan kewirausahaan, karakteristik bisnis kecil dan kewirausahaan, perbedaan bisnis kecil dan kewirausahaan, kbentuk-bentuk usaha, tingkatan/lever dari entrpreneur , bagaimana membangun bisnis menjadi industri, serta konsepsi dan indikator empiric kewirausahaan.
Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai perbedaan bisnis kecil dan kewirausahaan. Tak lupa kami selaku penyusun makalah ini mengucapakan terima kasih kepada Semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sebagai Mahasiswi Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar mengucapkan banyak terima kasih. Jika ada kritikan atau saran dari pembaca yang dapat membangun demi penyempurnaan makalah yang kami buat ini kami mengucapkan terima kasih, karena makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, Marilah kita bekerja sama mengembangkan dan memperbanyak pengetahuan demi kehidupan yang lebih baik lagi.

Makassar, 07 Desember 2018
Penyusun, 
Kelompok 4 



DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. ...... iii
BAB I      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C.     Tujuan Masalah.................................................................................. 2
D.    Manfaat Penulisan......................................................................        3
BAB II    PEMBAHASAN
A.       Tinjauan Jurnal.......................................................................... ....... 4
B.       Pengertian Bisnis Kecil dan kewirausahaan............................. ....... 4
C.       Karakteristik Bisnis Kecil dan Kewirausahaan......................... ....... 6
D.       Perbedaan Bisnis Kecil dan kewirausahaan.............................. ....... 8
E.        Bentuk-bentuk Usaha............................................................... ....... 8
F.        Tingkatan/Lever dari Entrepeneur............................................ ..... 10
G.       Membuat Bisnis Menjadi Sebuah Industri............................... ..... 13
H.       Konsepsi dan Indikator Empirik Kewirausahaan..................... ..... 16
BAB III   PENUTUP
A.       Kesimpulan............................................................................... ..... 19
B.       Saran............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 21

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam dunia ekonomi, wacana kewirausahaan adalah suatu bidang yang sangat berkaitan erat dengan wacana ekonomi itu sendiri. Kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian. Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.
Perkembangan perekonomian di Indonesia telah mengalamai kemajuan yang sangat pesat. Keberadaaan wirausaha merupakan faktor yang mendorong kemajuan ekonomi. Diperlukan sinergi antara pemerintah dan wirausahawan untuk menciptakan iklim bisnis yang mempu menopang perekonomian.
Kewirausahaan itu menerima resiko untuk memulai dan menjalankan bisnis. Hal-hal yang dibutuhkan untuk menjadi wirausaha dan pemilik bisnis baru sangatlah tidak mudah, meliputi pemerintahan dirinya untuk disiplin dalam pekerjaan yang dipilih serta bisa memelihara diri untuk bisa membuat dirinya dan konsumen percaya dengan usahanya. Hal penting lainnya yaitu mengorientasikan tindakan,dimana seorang wirausaha wajib bertindak didepan untuk mencapai tujuannya dan harus penuh semangat dan tolerandengan ketidakpastian untuk resiko yang telah di perhitungkan dan resiko yang sering dihadapakan adalah jauh dari keluarga.
Selain itu istilah bisnis (perusahaan) kecil bukan suatu definisi yang mudah diuraikan. Restoran, salon termasuk contoh bisnis berskala kecil. Mempertahankan bisnis lebih sulit daripada membuat bisnis yang baru. Sebab saat ini banyak bisnis baru yang bermunculan, seperti toko-toko kecil, swalayan, dan lain sebagainya yang memicu adanya persaingan bisnis yang sulit untuk dipertahankan apabila pelaku bisnis tidak mempunyai modal ilmu pengetahuan dan teknologi yang kini semakin berkembang dengan pesat. Peranan ilmu pengetahuan sangat penting tanpa ilmu pengetahuan tentang bisnis seseorang tidak akan tahu dan tidak akan bias merencanakan atau menyelaraskan kegiatan bisnis, ia pun tidak akan dapat membaca peluang bisnis yang ada. Karyawan yang tidak dibekali dengan ilmu pengetahuan (pendidikan) serta tidak memiliki keahlian khusus berpotensi tertinggal dalam kegiatan bisnis.
Oleh karen itu pada makalah ini akan dijelaskan mengenai perbedaan kewiraushaan dan bisnis kecil.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan bisnis kecil dan kewirausahaan?
2.      Bagaimanakah karakterisistik bisnis kecil dan kewirausahaan?
3.      Apa perbedaan karakterisistik bisnis kecil dan kewirausahaan?
4.      Bagaimanakah bentuk-bentuk usaha?
5.      Bagamainakah tingkatan/Level dari entrepeneur?
6.      Bagaimanakah membuat bisnis menjadi industri?
7.      Bagaiamnakah konsepsi dan indikator empirik kewirausahaan?

C.    Tujuan Penulisan
1.        Untuk mendeskripsiskan, mempelajari dan memahami yang dimaksud dengan bisnis kecil dan kewirausahaan.
2.      Untuk mendeskripsiskan, mempelajari dan memahami karakterisistik bisnis kecil dan kewirausahaan.
3.      Untuk mendeskripsiskan, mempelajari dan memahami perbedaan karakterisistik bisnis kecil dan kewirausahaan.
4.      Untuk mendeskripsiskan, mempelajari dan memahami bentuk-bentuk usaha
5.      Untuk mendeskripsiskan, mempelajari dan memahami tingkatan/Level dari entrepreneur.
6.      Untuk mendeskripsiskan, mempelajari dan memahami membuat bisnis menjadi industri.
7.      Untuk mendeskripsiskan, mempelajari dan memahami konsepsi dan indikator empirik kewirausahaan

D.    Manfaat Pembuatan Makalah
1.       Memberikan pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai yang dimaksud dengan bisnis kecil dan kewirausahaan.
2.      Memberikan pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai karakterisistik bisnis kecil dan kewirausahaan.
3.      Memberikan pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai perbedaan karakterisistik bisnis kecil dan kewirausahaan.
4.      Memberikan pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai bentuk-bentuk usaha.
5.       Memberikan pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai tingkatan/Level dari entrepreneur.
6.      Memberikan pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai membuat bisnis menjadi industri.
7.      Memberikan pengetahuan kepada mahasiwa maupun pembaca mengenai konsepsi dan indikator empirik kewirausahaan.

 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tinjauan Jurnal
Dalam jurnal “Small Bussines Activity Does Not Measure Entrepeneur” ini dijelaskan bahwa kegiatan bisnis kecil tidak terhitung sebagai wirausaha, karena dalam teori kewirausahaan yang dianut adalah teori Schumpeterian yang mana menurutnya sebagian besar wiraswasta bukan wirausaha, karena mereka tidak pernah membawa inovasi baru ke pasar dan tidak berencana untuk mengembangkan bisnis mereka. Menurut pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa kegiatan usaha kecil tidak terhitung kewirausahaan karena mereka yang tidak mendaftarkan usaha kecil dan kreatif mereka sehingga usaha kecil mereka tidak terhitung sebagai kewirausahaan. Oleh karena itu kita harus memahami betul apa itu kewirausahaan dan binis kecil.
B.     Pengertian Bisnis Kecil dan Kewirausahaan
1.      Pengertian Bisnis Kecil
Bisnis kecil adalah bisnis yang dimiliki dan dikelola secara mandiri yang tidak mendominasi pasar. Departemen Perdagangan Amerika Serikat menganggap suatu bisnis “kecil” apabila karyawannya kurang dari 500 orang. Sedangkan Small Business Administration (SBA) menganggap perusahaan dengan jumlah karyawan sebanyak 1500 orang adalah perusahaan “kecil”. Definisi SBA didasarkan pada dua faktor, yaitu jumlah karyawan dan penjualan tahunan total. Menurut undang-undang Republik Indonesia No 9 tahun 1995 tentang usaha kecil: “Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk kepemilikan tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar, milik warga negara indonesia, berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar”
M. Tohar mendefinisikan perusahaan kecil adalah “kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil, dan memenuhi kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang (Tohar, 2001:1)”. Sehingga bisa disimpulkan bahwa usaha kecil dan kegiatan ekonomi rakyat yang mandiri, jumlah pekerjanya kurang dari 50  hasil penjualan paling banyak Rp. 1 Milyar dalam setahun.
2.      Pengertian Kewirausahaan
Kata Kewirausahaan yang dalam bahasa inggris “Entrepreneurship” adalah suatu “proses mengidentifikasikan, mengembangkan, dan membawa visi ke depan, berupa ide inovatif, melihat peluang, dan cara mendapatkan yang lebih baik dalam melakuan sesuatu hal. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Sedangkan, pengertian wirausaha (entrepreneur) adalah seseorang yang tangguh melakukan sesuatu” (Suryana,2003). Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produk baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Wirausahawan adalah mereka yang menanggung resiko kepemilikan bisnis dengan pertumbuhan dan ekspansi sebagai tujuan utama.
Banyak pemilik bisnis kecil mencirikan dirinya sebagai wirausahawan, namun banyak dari mereka tidak bercita-cita memperluas bisnisnya seperti yang dilakukan wirausahawan sejati. “Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah kepada upaya cara kerja teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan keuntungan yang lebih besar” (Inpres no. 4 tahun 1995 (GNMMK)).


C.    Karakter Bisnis Kecil dan Kewiraushaan
1.      Karakteristik Bisnis Kecil
Menurut Sofiah et all (2011:210) menyatakan secara umum sektor bisnis  kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)      Sistem pembukuan yang relative sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar.
b)      Margin yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.
c)      Modal terbatas.
d)     Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan yang masih terbatas.
e)      Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan ditekannya biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.
f)       Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas.
g)      Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya.
Selain itu, menurut Pandji (2002:225) secara umum bisnis kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)      Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar.
2)      Margin usaha yang cenderung tipis, mengingat persaingan yang sangat tinggi.
3)      Modal terbatas
4)      Pengalaman manajerial dan mengelola perusahaan masih sangat terbatas
5)      Skala ekonomi yang terlalu kecil
6)      Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas.
7)      Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya.
Jika ditinjau secara khusus menurut Kuta (1994:20), gambaran bisnis kecil di Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut :
  1. Hampir setengah dari perusahaan kecil hanya mempergunakan kapasitas terpasang 60 persen atau kurang.
  2. Lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan usaha kecil-kecilan.
  3. Masalah utama yang dihadapu berbeda menurut pengembangan usaha.
  4. Pada umumnya sukar meningkatkan pangsa pasar bahkan cenderung mengalami penurunan usaha, hal ini terjadi karena kekurangan modal, pemasaran.
2.      Karakteristik Kewirausahaan
Banyak wirausahawan sukses mempunyai serangkaian karakteristik yang membedakan mereka dari pemilik bisnis kecil lainnya. Contohnya, sifat banyak akal dan kepedulian terhadap hubungan pelanggan yang baik, bahkan seringkali bersifat pribadi. Banyak wirausahawan sukses juga memiliki hasrat kuat untuk menjadi bos bagi diri sendiri.
Wirausahawan di masa lalu dicirikan sebagai “sang bos” (pria yang percaya diri dan yang membuat keputusan spontan dari belakang meja kerjanya). Sebaliknya, wirausahawan masa kini justru lebih dilihat sebagai pemimpin yang berpikiran terbuka, yang bergantung pada jaringan kerja, rencana bisnis, dan konsensus. Wirausahawan masa kini tidaklah selalu pria, wanita juga memiliki peluang yang sama. Wirausahawan di masa lalu dan masa kini juga mempunyai perspektif yang berbeda mengenai bagaimana mereka berhasil, perana otomatisasi dalam bisnis, dan pentingnya pengalaman versus pengetahuan bisnis.
Dalam kewirausahaan terdapat risiko. Menanggung risiko hampir selalu menjadi elemen inti kewirausahaan. Akan tetapi, menariknya, banyak wirausahawan sukses jarang melihat apa yang mereka lakukan itu berbahaya. Sementara yang lain melihat berbagai kemungkinan kegagalan dan menolak mempertaruhkan segalanya pada bisnis baru, sebagian wirausahawan justru bergairah mengenai gagasan mereka dan mereka merasa yakin mengenai rencana mereka yang dianggap sedikit beresiko atau tidak mungkin gagal.  Selain itu karakteristik kewirausahaan antara lain berani menghadapi resiko, selalu mencari peluang, memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kemampuan manajerial dan memiliki keterampilan personal.
D.    Perbedaan Bisnis Kecil Dengan Kewirausahaan
1.       Kewirausahaan
a)      Pelaku bisnis yang menerima resiko maupun peluang yang ada karena manciptakan dan mengoperasikan bisnis baru yang membedakan adalah visi, aspirasi dan strategi.
b)      Berpikir dan bertindak strategik, adaptif terhadap perubahan dalam berusaha mencari peluang keuntungan termasuk yang mengandung resiko agak besar dan dalam mengatasi masalah. 
c)      Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan perusahaan (dan pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan sistem pengendalian intern. 
d)     Dikelola bukan oleh pemilik
e)      Struktur organisasi kompleks
f)       Pemilik hanya mengenal sedikit karyawan
g)      Presentase kegagalan rendah
h)      Banyak ahli manajemen
i)        Modal jangka panjang relatif mudah didapatkan
2.      Bisnis kecil
a)      Tidak mempunyai rencana untuk pertumbuhan yang hebat dan hanya mencari pendapatan yang aman dan nyaman
b)      Umumnya dikelola pemilik.
c)      Struktur organisasi sederhana.
d)     Prosentase kegagalan perusahaan tinggi.
e)      Kekurangan manajer yang ahli.
f)       Modal jangka panjang sulit diperoleh.
E.     Bentuk-bentuk Usaha
Bentuk-bentuk usaha yang umum ditemukan
a. bisnis jasa
b. bisnis eceran
c. bisnis distribusi
d. agrobisnis atau pertanian
e. bisnis manufaktur.
Tohari, M (1999: 03-26)mengungkapkan bahwa fungsi dan peran usaha kecil sangat besar dalam kegiatan ekonomi masyarakat,fungsi dan peran itu meliputi :
1.      Menyediaan barang dan jasa Penyediaan barang jualan merupakan salah satu peran dan fungsi usaha kecil dalam kegiatan ekonomi.dalam penyediaan barang dan jasa ,yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah :
a.       berapa banyaknya persediaan barang jualan
b.      mendeteksi barang-barang jualan
c.       laporan mutasi barang jualan.
2.      Penyerapan tenaga kerja Tenaga kerja adalah sekelompok orang yang mampu bekerja,baik didalam maupun diluar hubungan kerja,guna menghasilkansuatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
3.      Pemerataan pendapatan Dengan adanya usaha kecil menjadika masyarakat mendapatkan akses untuk mendapatkan pekerjaan sehingga mereka memperoleh pendapatan.
4.      Nilai tambah bagi produk daerah. Setiap daerah tentu memiliki keunggulannya masing-masing,baik dari segi geografis maupun potensi SDMnya,yang dapat dikelola oleh pengusaha kecil secara profesional,maka kondisi ini akan memberikan nilai tambah bagi daerah tersebut.
5.      Peningkatan taraf hidup. Dengan adanya lapangan pekerjaan di berbagai sektor termasuk usaha kecil,diharapkan dapat menyerap tenaga kerja bangi masyarakat sehingga mereka dapat menambah penghasilan dan dapat memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.
Berikut ini beberapa bentuk dan jenis usaha kecil menurut jenis serta kegiatan yang di lakukannya :
a.       Ditinjau dari hakikat dan penggolonganya
1.      Industri kecil, misalnya :industri kerajinan rakyat, industri cor logam, konveksi, dan berbagai industri kecil lainnya.
2.      Perusahaan berskala kecil, misalnya : took kerajinan, penyalur, koprasi, toserba, restoran, jasa profesi, took bunga dan lainya
3.      Sektor informal, misalnya : agen barang bekas, warung,kios kaki lima, dan lainnya.
b.      Ditinjau dari bentuknya.
1.      Usaha perorangan
2.      Usaha persekutuan.
c.       Ditinjau dari jenis produk atau jasa yang dihasilkan
1.      Usaha perdagangan, meliputi keagenan, pengecer, ekspor atau impor, sektor informal, dan lainnya
2.      Usaha pertanian, meliputi pertanian pangan,perkebunanperikanan,dan peternakan.
3.      Usaha industri, meliputi industry logam/ kimia, pertambangan, makanan/ minuman,dan konveksi.
4.      Usaha jasa,meliputi konsultan, perencanaan, restoran, transportasi, dan konstruksi.
F.     Tingkatan/ Level dari Entrepreneur
1.      Level "zero"-unenmploye
Di dalam Rich Dad Poor Dad karangan Robert T. Kyosaki level ini tidak dibahas secara detail, tetapi orang-orang yang berada pada level ini juga merupakan entrepreneur yang memilih risiko yang paling minimal (zero stau risk free) serta manfaat yang juga zero, tetapi yang paling berisiko. Namun, di dunia ini semuanya berisiko. Hidup ini juga mempunyai risiko, yaitu kematian, jalan juga juga bisa tertabrak.
Usaha mereka yang terus-menerus seakan-akan buntu, dan mereka merangkak naik ke level 1 (employee), tetapi tidak kunjung bisa karena tidak ada selling point. Strategi dan kiat yang sering mereka lakukan (mungkin) hanya sekadar mencari kerja dan terus berusaha melamar saja, tetapi tidak ada strategi untuk berubah, dan ini tidaklah cukup, karena mereka tidak meliakukans dan mempunyai jiwa entrepreneurship atau "nol". Mereka memilih menjadi dirinya sendiri, tanpa mengetahui kepada siapa mereka harus bertanggung jawab. Skill entrepreneurship yang sangat diperlukan di level ini adalah “selling skill, yaitu kemampuan untuk menjual diri (sell yoursel).
Seharusnya mereka bertanggung jawab kepada dirinya sendiri (bosnya ialah diri sendiri), bahwa mereka harus berubah dan terus mencari jalan keluar untuk berubah dan mereka inilah yang kami sebut sebagai entrepreneurship level "zeto” atau zero skill.
2.      Level 1-employee (little risk)
Semua pekerja dari buruh hingga profesional pasti mempunyai seorang pimpinan (kepala) kepada siapa mereka harus mempertanggungjawabkan manfaat, risiko (tuntutan dari atasan tersebut untuk memberikan kontribusi atau manfaat akan mereka terima). Misalnya:
·         Buruh kepada mandor
·         Pekerja kepada atasan atau manajer
·         Direktur kepada komisaris .
·         Manajer kepada direktur
Bagaimana kalau pengusaha? Mereka juga harus bertanggung jawab kepada seseorang, yaitu diri mereka sendiri. Inilah yang disebut business owner atau komisaris dan pengusaha adalah juga direkturnya (Lihat transformasi kewirausahaan).
Seorang pekerja juga sama dengan seorang entrepreneur. Hanya di sisi ini, risiko yang besar ditanggung pemilik perusahaan, begitu juga seluruh kontribusi dihasilkannya. Seorang pekerja akan mendapatkan proseygntase dari kontribusinya. Sebaliknya, risiko yang menjadi akibat kesalahan pekerja ditanggung sepenuhnya oleh pemilik perusahaan. Namun, hal itu pasti tidak sampai menyebabkan kebangkrutan, karena sebelum itu terjadi, pekerja itu sudah di pecat terlebih dahulu (jadi bila anda menjadi pengusaha sampai mengalami kebangkrutan, itu berarti anada tertidur), karena ia tidak memberi sesuai target, dan perusahaan akan mencari yang lain sehingga kebangkrutan tidak terjadi.
Inilah yang disebut entrepleneurship level 1. Bila kita memperhatikan entrepleneur level 1 ini, yaitu employe, maka jika ia mempunyai visi jauh ke depan, pasti ia akan meningkatkan level entrepleneurnya ke level diatasnya, yaitu self employe atau yang disebut self bussines (mengapa saya menyebutnya self bussines? Karena dia menjadi “bos” untuk system organisasi yang kecil, bahkan yang mungkin tidak ada organisasinya).
3.      Level 2-self-business (self-employee)
Pada level ini, ciri-ciri entrepreneur sejati sudah mulai mu visi yang tidak ingin diatur, ia tidak mudah puas diri, dan Di dalam suatu organisasi perusahaan, seorang pekeri entrepreneur selalu mempunyai stfat ingin jadi bos bagi d diatur, sehingga ia bisa keluar dari sistem karena faktor y'a sendiri dsy ai karakter yang didukung oleh kesukaan akan sesuatu yang telah laan dan seorang pekerja atau pengusaha 3. muncul, yaitu ia mempunyai g mempunyai ndiri dan tidak mau ian dan pengalaman faktor keahlian.
Berbeda dengan employee, pada level ini self-business ingin men dirinya sendiri dan jadi bos bagi in berani menanggung risiko atas dirinya sendiri. Inilah yang t entrepreneur level 2 (spin out from the organization system)
4.      Level 3-businessman (business owner)
Pada dia ingin benar-benar menjadi bos dari sebuah tim atau sistem. Ia lebih komplet dan mendekati perfect organization leader dari suatu unit usaha. Inilah yang disebut entrepreneur level 3 level ini, bisnisman sedikit mempunyai jiwa challenging" yang kuat.
5.      Level 4-investor (truly speculative businessman)
Mereka yang berada pada level ini sedikit berbeda dengan bisnisman lainnya. Pada level ini, ada faktor kalkulasi yang spekulatif untuk menentukan bisnisnya, tetapi penuh dengan perhitungan (profesional) atau menjurus ke gambling (gambler) namun tidak ada organisasi yang dipertahankan atau dikelolanya secara langsung dalam waktu yang lama. Istilahnya membisniskan sebuah bisnis Seorang investor hampir mirip dengan seorang gambler, hanya berbeda pada alat yang digunakan dan apa yang dibeli olehnya. Level ini (investor) bisa dicapai secara langsung oleh level-level yang lain tanpa melalui level 1, 2, dan 3. Misalnya:
·         Level employee bisa langsung menjadi investor dengan cara membeli saham di bursa saham atau investasi tanah, emas, properti, dan lain-lain.
·         Level employee , self - business atau businessman bisa membeli perusahaan orang lain, saham perusahaan, menanamkan modal, atau membeli franchise tanpa melewati level-level sebelumnya secara langsung.
Inilah level terakhir dari entrepreneurship, yaitu investor. Tetapi, bila kita berbicara mengenai entrepreneurship, ada dua jalan untuk menjadi sukses, namun yang pasti kita telah mengetahui bahwa inilah salah satu jalan menuju sukses
G.    Bisnis yang Baik itu Dibangun Untuk Menjadi Sebuah Industri
( Berskala Industri )
Banyak pengusaha baik yang baru maupun yang sudah lama, seringkali tidak bertumpu pada visi bsinis yang baik yaitu mampu mewujudkan sebuah bisnis menjadi sebuah industri. Dalam hal ini, industri yang dimaksud adalah pasar, organisasi, merek, dan skala kualitasnya, baik produk, metode, sistem, manajemen maupun wawsannya yang bisa bersaing di pasar secara kontinu dan terus tumbuh, bukan bentuk perusahannya saja.
Hal di atas bisa kita ibaratkan sebagai berikut. Ada dua orang, sebut saja si Asa dan si Rana, yang ingin membangun sebuah rumah. Keduanya mempunyai tanah didekat pantai. Asa membangun ruma dengan mencari tanah yang empuk, mudah digali dan dicangkul. Dapat dilihat bahwa si Asa adalah orang yang spekulasinya kuat dan ingin mencari mudahnya saja. Si Rana itu adalah orang yang tidak terburu – buru. Ia melakukan riset terlebih dahulu. Ia melihat dan mencari mana tanah yang seberapa besar dan tinggi gelombang pasang di tempat itu, sehingga cukup lama ia memilih tempat yang baik.
Setelah sekian lama mencari tempat yang baik, si Asa lebih cepat mebangun dan menempati rumahnya dengan nyaman. Tidurnya pun juga nyenyak, rumahnya dibangun diatas tanah berpasir karena ingin segera mempunyai rumah. Si Asa selalu mengejek si Rana karena ia belum selesai juga membangun rumah impiannya. Namun, si Rana begitu tekun dan ulet untuk menggai tanah cadas sebagai fondasi rumahnya. Sekalipun si Rana iri melihat si Asa enak – enakan tidur dirumah barunya yang dibuat bagus, tetapi ia tetap teguh untuk membangun diatas tanah cadas, bukan di tanah berpasir. Setelah sekian lama bergelut dengan peluh,keringat, lelah, dan letih, si Rana dapat menyelesaikan rumah nan mungil, tetapi rapi dan tertara asri.
Si Asa tidak pernah mempredisikan hal itu, sedangkan si Rana justru telah memprediksi gelombang pasang itu, bahkan bukan pasang tahunan saja, melainkan lima sampai sepuluh tahunan. Untunglah si Asa masih bisa diselamatkan oleh si Rana karena rumah si Rana ternyata kokoh dan tegak berdiri. Lalu, si Asa meminta agar diperbolehkan menginap di rumah si Rana yang sekarang dijuluki si terencana dan si Asa tetap tidak mempunyai rumah.
Mari kita lihat, pekerjaan kecil, sederhana dan tidak dipandang sebelah mata, bila berorientasi visi bisnis industri dan mempunyai filosofi yang kuat akan menjadi dan kokoh hingga bisa ber – omzet miliaran rupiah. Itulah visi seorang enterpreneur yang cerdas. Kita menyebutkan beberapa contoh :
a.       Pekerjaan bersih – bersih yang biasa dikerjakan oleh pembantu rumah tangga bila di buat untuk skala industri bisa ber – omzet ratusan milian rupiah
b.      Air, yang biasa kita bawa dalam botol (zaman dahulu) ternyata bisa dibuat industri berskala miliaran rupiah, mungkin ratusan miliar rupiah, seperti yang dilakukan oleh perusahaan aqua, ades, vit, dan lain – lain. Kini andapun bisa.
Selain contoh – contoh diatas, masih banyak contoh lainnya seperti warung kelontong yang dibuat indutri menjadi hero, superindo, indomaret, carefour, giant, dan lain – lain . Namun, berhati – hatilah didalam memilih jenis bisnis yang anda ingin tekuni, karena masing – masing memiliki karakter yang khas, khusus, dan berbeda.
Yang dimaksud bisnis dibuat menjadi industri ialah bahwa kualitasnya haruslah berorientasi standar global atau diatas standar kompetisi pasar. Target pasarnya diciptakan untuk pasar yang berskala luas danbesar. Strategi operasionalnya harus bersifat kontinu, konsisten, dan berkomitmen kuata atau solid.produksi yang di buat dan dihasilkan bukanlah sembarang produk yang biasa ditawarkan melainkan sudah terkemas rapi, dengan warna yang tepat serta logo yang mencerminkan kesan kualtas yang sangat baik sebagai “corporate identy”, mudah diingat dan sebagainya.
Bisnis untuk skala industri adalah bisnis yang bisa dibuat dengan skala produksi yang besar atau jaringan yang luas, kebutuhan atau dibutuhkan oleh orang banyak, serta memiliki unsur inovasi dan kreativitas, baik strategi, konsep, maupun produk yang tentunya berskala organisasi.
Masih berhubungan dengan enterpreuneurship, bila kita berbicara yang sukses dan tidak, muncullah satu pertanyaan yang sering menggelayuti pikiran kita, yaitu “mengapa si dia bisa sukses baik di pekerjaan maupun menjadi pengusaha sedangkan yang lain tetap tidak berubah kondisi hidupnya sejak 10 tahun yang lalu hinga sekarang. Memang sulit untuk menjawab, tetapi mari kita melihat jawabannya. Akan tetapi ada satu aspek yang perlu kita ketahui tentang kewirausahaan, yaitu masalah ruang lingkupnya. Sekarang kita akan membahas ruang lingkup kewirausahaan.
1.      Ruang lingkup kewirausahaan
Ruang lingkup kewirauhaan telah dibahas secara singkat dibagian manfaat kewirausahaan. Jika diuraikan secara lebih detail, ruang lingkup kewirausahaan mencakup :
a)      Ruang lingkup internal
1)      Untuk kehidupan sehari – hari keluar dari kesulitan, untuk tetap bertahan hidup dan mengatasi keterbatasan.
2)      Untuk bekerja meraih kesuksesan dalam karir
3)      Untuk keluarga menjadi lokomotif ekonomi keluarga
b)     Ruang lingkup eksternal
1)      Dalam dunia usaha menjadi wirausahaan yang sukses
2)      Dalam dunia masyarakat menjadi contoh orang yang sukses dan menjadi teladan bagi lingkungan, RT, RW, dan juga membantu orang lain mendapatkna nafkah bagi keluarganya.
3)      Dalam kehidupan bernegara membantu program pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran yang tinggi dan membantu mengatasi pengetasan kemiskinan, serta menjadi lokomotif kemajuan ekonomi.
Sungguh suatu pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri, lingkungan, dan bangsa apabila kita melihat faktor – faktor yang membuat orang gagal untuk menjadi pengusaha (wirausahawan) dan bahkan enggang unt8uk menjadi pengusah.
H.    Konsepsi dan Indikator Empirik Kewirausahaan
Schumpeter menjelaskan bahwa kapitalisme merupakan proses “destruksi kreatif” dimana struktur ekonomi masyarakat berubah dari dalam oleh lahirnya produk, proses, dan pasar baru yang menggantikan struktur lama. Proses perubahan ekonomi memerlukan apa yang disebutnya “respon adaptif” dan “tanggapan kreatif.” Respon adaptif adalah jenis perhitungan mekanik yang dapat menghasilkan peningkatan ukuran ekonomi. Inisiatif para kreator yang membawa inovasi baru ke pasar sangat penting dalam rangka meningkatkan ukuran ekonomi relatif terhadap populasinya. Oleh karena itu Schumpeter telah melibatkan aspek kreativitas dalam menciptakan perubahan ekonomi kewirausahaan, dan telah mencatat bahwa “mekanisme perubahan ekonomi pada masyarakat kapitalis berporos pada aktivitas kewirausahaan”. Karakteristik penting dari definisi Schumpeter tentang kewirausahaan adalah bahwa hal tersebut merupakan suatu proses yang terdiri dari fungsi yang berbeda. Yang dimaksud dengan proses adalah membawa ide baru ke pasar, sedangkan yang dimaksud dengan fungsi adalah tindakan individu yang diambil untuk mencapai proses. Sementara dalam kenyataannya fungsi-fungsi tersebut sering tumpang tindih yang membawa implikasi pada rumusan konseptual yang berbeda.
Schumpeter telah mengidentifikasi lima jenis inovasi, atau suatu tanggapan kreatif yang membentuk fungsi kewirausahaan, yakni: 1) Pengenalan ide kualitas baru yang baik, yang saat ini tidak diketahui konsumen; 2) Pengenalan metode produksi atau proses operasi baru; 3) Membuka pasar baru yang belum ada sebelumnya, terlepas apakah pasar tersebut sudah ada sebelumnya di sejumlah wilayah lain; 4) Penemuan sumber bahan baku atau material baru atau input lainnya, terlepas dari apakah sumber tersebut sudah ada sebelumnya di wilayah lain; dan, 5) Mempengaruhi organisasi baru guna penciptaan posisi monopoli atau guna melepas posisi monopoli.
Dengan demikian, fungsi kewirausahaan adalah melakukan tindakan kreatif dan menggabungkan sumber daya dengan cara baru. Menurut Schumpeter, “setiap orang bisa dikatakan sebagai wirausahawan apabila mereka benar-benar membuat kombinasi baru, dan mereka akan kehilangan karakternya sebagai wirausahawan ketika mereka mulai menjalankan bisnisnya sebagaimana orang lain menjalankan bisnisnya”. Meskipun fungsi kewirausahaan kreatif berbeda dari penemu, dan dari fungsi pengembangan berbagai ide, namun Schumpeter berpendapat, bahwa penemu menghasilkan ide-ide baru, akan tetapi seorang wirausahawan mendapat manfaat dari penemuan orang untuk membawanya ke pasar.
 Dengan demikian, fungsi kewirausahaan, menurut Schumpeter, adalah mengkomersialisasikan berbagai penemuan. Fungsi lain dari proses kewirausahaan adalah pembiayaan, yang digambarkan oleh Schumpeter sebagai fungsi kapitalis. Dengan demikian, fungsi tersebut telah memperkenalkan unsur risiko ke dalam proses kewirausahaan. Dengan adanya pinjaman uang kepada para wirausahawan melalui pertukaran dan bunga, maka para kapitalis menanggung risiko dari proses kewirausahaan. Hal ini penting dicatat, bahwa Schumpeter tidak membatasi teorinya hanya terhadap mereka yang biasanya dianggap sebagai wirausahawan yang sering disebut dengan “pemimpin industri.”
Singkatnya, menurut Schumpeter, kewirausahaan adalah suatu proses dimana orang membawa suatu inovasi, baik berupa barang, jasa, proses, dan sebagainya kepada konsumen. Proses tersebut bersifat dinamik, dalam arti bahwa para wirausahawan yang membawa inovasi ke pasar merubah bisnis – baik produk atau proses – yang tidak lagi kompetitif, sekaligus menempatkan tekanan inovatif pada sejumlah organisasi bisnis yang masih eksis. Pada gilirannya, tindakan kewirausahaan yang membawa inovasi baru ke pasar dapat menyebabkan suatu perubahan ekonomi. Berbeda dengan tradisi Chicago yang diwakili oleh konsep Frank Knight, bahwa kewirausahaan bergantung pada pandangan beberapa orang yang memiliki karakteristik unik yang membuat mereka menjadi wirausahawan. Oleh karena itu definisi kewirausahaan dipengaruhi oleh tindakan yang diambil oleh orang-orang tersebut. Konsep Knight tentang kewirausahaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni: pertama, menetapkan sifat kewirausahaan, dan yang kedua, menentukan fungsi wirausahawan. Menurut Frank Knight, semua orang berbeda-beda dalam preferensi, pengetahuan, dan kemampuan mereka , yang secara bersama-sama menentukan apa yang akan mereka lakukan. Kejelian, kemampuan manajerial, kepercayaan, dan disposisi untuk mencapai sukses merupakan karakteristik unik dari para wirausahawan. Mereka yang memiliki kemampuan unggul dalam kewirausahaan akan membuat sebuah “kelas sosial spesial” para pelaku bisnis yang memiliki kegiatan langsung dalam ekonomi. Pandangan ini berbeda dengan Schumpeter, yang berpendapat bahwa potensi kewirausahaan berada dalam diri setiap orang.
Menurut Knight, aspek kunci dari kewirausahaan adalah bagaimana bertindak dalam menghadapi ketidakpastian. Para wirausahawan seyogyanya menggunakan keterampilan unik mereka untuk memberikan produk atau proses baru, meskipun hasil dari tindakan mereka belum pasti. Para manajer dan para pekerja dalam organisasi tidak menghadapi ketidakpastian seperti itu, karena pendapatan mereka sudah dinegosiasikan dan ditetapkan di muka. Sementara imbalan bagi para pemilik atau para wirausahawan agar menjadi sukses dalam menghadapi ketidakpastian dihasilkan oleh bisnis yang mereka ciptakan.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bisnis kecil adalah bisnis yang dimiliki dan dikelola secara mandiri yang tidak mendominasi pasar. Kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk kepemilikan tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar, milik warga negara indonesia, berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar”, sedangakan wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produk baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Wirausahawan adalah mereka yang menanggung resiko kepemilikan bisnis dengan pertumbuhan dan ekspansi sebagai tujuan utama.
Adapun Perbedaan Bisnis Kecil Dengan Kewirausahaan yaitu:  Kewirausahaan; Pelaku bisnis menerima resiko maupun peluang, Berpikir dan bertindak strategic, berusaha mengenal dan mengendalikan perusahaannya, dikelola bukan oleh pemilik, struktur organisasi kompleks, pemilik hanya mengenal sedikit karyawan, presentase kegagalan rendah, banyak ahli manajemen. Sedangkan Bisnis kecil yaitu; tidak mempunyai rencana untuk pertumbuhan yang hebat dan hanya mencari pendapatan yang aman dan nyaman, umumnya dikelola pemilik, struktur organisasi sederhana, prosentase kegagalan perusahaan tinggi, kekurangan manajer yang ahli, dan modal jangka panjang sulit diperoleh.
Adapun tingkatan level dari entrepenur yaitu: Level "zero"-unenmploye, Level 1-employee (little risk), Level 2-self-business (self-employee), Level 3-businessman (business owner), dan Level 4-investor (truly speculative businessman).
Menurut Schumpeter, “setiap orang bisa dikatakan sebagai wirausahawan apabila mereka benar-benar membuat kombinasi baru, dan mereka akan kehilangan karakternya sebagai wirausahawan ketika mereka mulai menjalankan bisnisnya sebagaimana orang lain menjalankan bisnisnya”. Menurutnya juga ada lima jenis inovasi, yang kreatif  yakni: ide kualitas baru yang baik, pengenalan metode produksi atau proses operasi baru, membuka pasar baru yang belum ada sebelumnya, penemuan sumber bahan baku atau material baru atau input lainnya, dan mempengaruhi organisasi baru guna penciptaan posisi monopoli atau guna melepas posisi monopoli.
B.     Saran-saran
Untuk memulai suatu usaha memang terkadang berawal dari membangun usaha kecil, tapi bagaimana kita bisa mengembangkan usaha kecil kita ini berkembang dan mampu kita pasarkan di pasaran yang lebih luas dan besar, dengan cara untuk tidak takut mengambil resiko, dan mampu berpikir inovatif dan kreatif, sebab kebutuhan pasar dan kebutuhan masyarakat pada masa ini dan pada masa yang akan datang akan lebih sangat kompleks, sehingga diperlukan inovasi-inovasi terbaru.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Alma Buchori. 2007. Kewirausahaan. Bandung: Afabeta
Damsar. 2002. Sosilogi Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo
Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan (Panduan Bagi Mahasiswa Untuk Mengenal,, Memahami dan Memasuki Dunia Bisnis). Jakarta: Penerbit Erlangga
Kasmir. 2013. Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali pers
Siagian Salim & Asfahani. 1997. Kewirausahaan Indonesia.  Jakarta: PT Kloang Klede Jaya.
http://alfross.blogspot.com/2018/01/makalah-bisnis-kecil-dan kewirausahaan.html
/diakses pada tanggal 07 Desember 2018
diakses pada tanggal 07 Desember 2018
https://sbm.binus.ac.id/2015/02/28/konsepsi-dan-indikator-empirik-kewirausahaan-bagian-4/ diakses pada tanggal 07 Desember 2018


No comments:

Post a Comment