Monday, July 1, 2019

Materi Sosiologi Kelas XI Kelompok Sosial



KELOMPOK SOSIAL
1.      Hakikat kelompok
a.       Pengertian kelompok social
Sebagai makhluk social, manusia memiliki kesadaran akan ketidakberdayaannya bila hanya seorang diri saja. Ia juga sadar untuk senantiasa dan harus berinteraksi bila hanya seorang diri. Kelompok social merupakan suatu gejala yang sanghat penting dalam kehidupsn manusia, karena sebagian besar kehidupan dan kegiatan manusia sejak dilahirkan di dalamnya. Satu hal yang mungkin luput disadari adalah bahwa sejak dilahirkan hingga saat ini, kalian telah menjadi anggota dari berbagai macam kelompok social.Kalian dilahirkan dan dibesarkan dalam suatu kelompok yang dinamakan keluarga. Kelahiran kalian pun serta-merta menandai keanggotaan dalam kelompok lain, di antaranya umat suatu agama, anggota suatu ras dan suku bangsa, warga desa atau kota tertentu, hingga warga Negara Republik Indonesia.
Pada hakikatnya, manusia memang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebgaia mahluk pribadi sekaligus mahluk social. Sebagai mahluk social, manusia tidak mungkin hidup tanpa kelompok lain. Abu Ahmadi (2009:26) mengemukakan bahwa kelompok social adalah factor utama yang akan memampukan manusia tumbuh dan berkembang sebgaimana wajarnya. Emory S. Bogardus  (dalam Basrowi,2008:54) menyebutkan betapa tukar- menukar pengalaman (social experiences) yang terjadi dalam kehidupan berkelompok memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian manusia.
Kelompok-kelompok social dalam masyarakat terbentuk karena adanya hasrat dalam diri manusia itu sendiri. Hasrat tersebut antara lain, sebagai berikut;
a.  Hasrat Sosial, yaitu hasrat manusia untuk menhubungkan dirinya dengan indivdu  atau kelompok lain.
b. Hasrat bergaul, yaitu hasrat untuk bergaul atau bergabung dengan orang-orang maupun kelompok lain.
c. Hasrat memberitahukan, yaitu hasrat manusia untuk menyampaikan persaannya kepada orang lain.
d. Hasrat berjuang, yaitu hasrat manusia untuk mengalahkan lawan atau berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
e. Hasrat meniru, yaitu hasrat manusia untuk meniru suatu gejala, baik secara diam-diam maupun terang-terangan, baik untuk sebagian ataupun keseluruhan.
f. Hasrat bersatu, yaitu hasrat manusia untuk bersatu dengan lainnya agar tercipta kekuatan bersama, mengingat adanya kenyataan bahwa manusia adalah mahluk yang lemah.
          Mengenai defenisi kelompok social, sejumlah ahli memberikan defenisi tentang kelompok social. Defenisi kelompok sosail menurut beberapa ahli adalah sebgaia berikut:
a.       Burhan Bungin
Kelompok social adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan yang bersifat guyub atau pun formal (dalam Bungin, 2008:32).
b.      M.E. Shaw
Kelompok social merupakan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dan karenanya saling memengaruhi (dalam,Walgito,2008:55).
c.       Mc David dan Harari
Kelompok social merupakan suatu system yang diorganisasikan pada dua orang atau yang lebih terhubung satu dengan yang lainnya. Sistem tersebut menunjukkan fungsi yang sama, memiliki sekumpulan standar (patokan) peran dalam berhubungan antaranggotanya serta sejumlah norma yang mengatur fungsi anggota dan kelompok (dalam Huraerah,2009:95).
d.      Syahrial Syarbaini
Kelompok social adalah kesatuan yang terdiri atas kumpulan individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensifdan teratur, sehingga diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku (dalam Syarbaini,2009:61).
e.       D.W. Johnson dan F.P Johnson
Sebuah kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to face interaction), dimana masing-masing menyadari keanggotaanya dalam kelompok, masing-masing menyadari kesalingtergantungan secara positif dalam mencapai suatu tujuan bersama (dalam Sarwono,2009:43).
f.       J.P Chaplin
Kelompok adalah sekelompok individu yang memiliki kesamaan dalam sejumlah karekteristik tertentu atau memiliki tujuan yang sama. Antara orang-orang tersebut saling berinteraksi, walaupun interaksi tidak perlu langsung dan tatap muka (dalam Walgito,2008:21).
g.      Muzafer Sherif dan C.W. Sherif
Kelompok adalah suatu unit social yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu-individu itu telah terdapat pembagian tugas maupun struktur dan norma tertentu yang khas (dalam Ahmadi,2009:53).
h.      Park dan Burgess
Kelompok social adalah sekumpulan oramg yang memiliki kegiatan yang konsisten (dalam Ahmadi,2009:49).
 Dari sejumlah defenisi di atas, dapat dirangkum simpulan mengenai kelompok social, yakni sebagai berikut:
a.       Terdiri atas dua atau lebih individu.
b.      Individu-individu tersebut memiliki kesamaan.
c.       Adanya saling interaksi (langsung maupun tidak langsung dan saling mempengaruhi.
d.      Terbentuknya struktur (nilai,norma,dan peran) yang khas.
e.       Ada tujuan bersama yang hendak dicapai.

Sebagai tambahan Mc Dougall (dalam Sarwono,2009:87) menyatakan sejumlah hal mengenai kelompok social, yaitu sebagai berikut.
a.       Perilaku dan struktur yang khas dari suatu kelompok tetap ada, walaupun anggotanya berganti-ganti. Anggota kelompok dapat silih berganti dating dan pergi, namun nilai, norma, serta pembagian tugas dalam kelompok akan bertahan sebagaimana adanya.
b.      Pengalaman-pengalaman kelompok direkam dalam ingatan. Setiap anggota biasanya memiliki pengalaman berkesan dalam kehidupan berkelompok atau berhubungan dengan kelompok lain. Pengalama-pengalaman tersebut, disadari ataupun tidak, memiliki pengaruh terhadap pembentukna  dan perubahan kepribadian.
c.       Kelompok mampu merespon secara keseluruhan terhadap rangsang yang tertuju kepada salah satu bagiannya. Ini menunjukkan adanya solidaritas atau kekompakan antaranggota kelompok.
d.      Kelompok menunjukkan adanya dorongan-dorongan. Suatu kelompok dapat mendorong anggota-anggotanya untuk berperilaku postif ataupun negative. Sebagi contoh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), dapat mendorong anggotanya menjadi warga masyarakat yang berahlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani. Sebaliknya, geng motor bias mendorong anggotanya melakukan tindak kenakalan atau penyimpangan. Itulah sebabnya, individu perlu mempertimbangkan secara seksama sebelum memutuskan menjadi anggota suatu kelompok.
e.       Kelompok menunjukkan emosi yang bervariasi. Dalam suatu kelompok, para naggota mungkin saja memiliki emosi (perasaan) berbeda terhadap suatu abyek yang sama. Meski demikian, perbedaan emosi tersebut umumnya dapat diatasi jika terdapat kepentingan untuk mencapai tujuan kelompok.
f.       Kelompok menunjukkan adanya pertimbangan-pertimbangan kolektif (bersama). Ketika hendak mengambil keputusan menyangkut kpentingan kelompok, lazimnya akan didahalui oleh perundingan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima sebagian besar anggota. Selain itu, individu yang menjadi anggota dari suatu kelompok social pun biasanya selalu mempertimbangkan kelompoknya sebelum bersikap atau berperilaku.

2.      Karakteristik Dan Manfaat Kelompok Social
Menurut Abu Ahmadi (2009:67), suatu kumpulan individu hanya dapat disebut sebagai kelomok sosial bila memiiki sejumlah karakteristik berikut.
a.         Setiap individu harus memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah anggota atau bagian dari kelopok yang bersangkutan.
b.         Terdapat hubungan timbal balik di antara individu-individu yang tergabung dalam kelompok.
c.         Adanya faktor-faktor yang sama dan dapat mempererat hubungan mereka yang tergabung dalam kelompok. Faktor-faktor tersebut antara lain, nasi yang sama, kepentingan yang sama,  dan ujuan yang sama.
d.        Berstruktur, berkaidah, serta mempunyai pola perilaku yang membedakannya dari kelompok lain.
e.         Bersistem dan berproses unuk mencapai tujuan yang diketahui serta disepakati bersama.

Walaupun struktur dalam kelompok adakalanya dirasakan membatasi, namun individu di mana pun berada tetap bergabung menjadi anggota kelompok tertentu.hal tersebut terjadi karena kelompok memberikan manfaat bagi individu. Menurut Burn (dalam Sawono, 2012:15), kelompok memiluki manfaat sebagai berikut.
a.       Kelompok memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan di miliki. Adanya kelompok membuat individu tidak measa sendirian, sebab ada orang lain yang membutuhkan serta menyayanginya.
b.      Kelompok adalah sumber identitas diri. individu yang tergabung dalam kelompok dapat mendefinisikan dirinya, ia mengenali dirinya sebagai anggota suatu kelompok, dan bertimgkah laku sesuai norma kelompok itu.
c.       Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan diri anggota kelompok, dapat memberi informasi tentang beraga hal, termasuk membantu memahami diri dari perspektif berbeda.

B. Teori-Teori Mengenai Pembentukan Kelompok Sosial
            Bagaimana sebuah kelompok sosial dapat terbentuk? Terdapat beberapa teori yang mengemukakan proses terbentuknya kelompok sosial. Teori tersebut adalah sebagai berikut.
 1.      Teori Aktivitas-Interaksi-Sentimen
Teori yang dikemukakan oleh George C. Homans (dalam Thoha, 2008:63) ini mengemukakan bahwa kelompok terbentuk karena individu-individu melakukan aktivitas bersama secara intensif sehingga memperluas wujud dan cakupan interaksi di antara mereka. Pada akhirnya, akan muncul sentimen (emosi atau perasaan) ketertarikan satu sama lain sebagai faktor pembentuk kelompok sosial.
Sebagai contoh, Aulia, Sastra, dan Reyhan sering beraktivitas bersama sebagai pengurus inti OSIS SMA Harapan Ilmu.Lambat laun, hubungan di antara mereka tidak lagi terbatas pada kepentingan organisasi, melainkan juga menyangkut hal-hal bersifat pribadi, misalnya saling berbagi cerita tentang masalah dalam keluarga atau saling mendukung dalam pencapaian prestasi pribadi. Lambat laun, dipastikan akan muncul rasa ketertarikan yang membentuk kelompok persahabatan.
2.      Teori Alasan Praktis
Teori alasan praktis (practicalities of group formation) dari H. Joseph Reitz (dalam Huraerah, 2009) berasumsi baha individu bergabung dalam suatu kelompok untuk memenuhi beragam kebutuhan praktis. Abraham H. Maslow (dalam Huraerah, 2009:103) mengidentifikasi beberapa kebutuhan praktis tersebut, yaitu:
a.       Kebutuhan-kebutuhan fisik (udara, air, makanan, dan pakaian);
b.      Kebutuhan rasa aman;
c.       Kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi;
d.      Kebutuhan terhadap penghargaan (dari dirinya sendiri dan orang lain); serta
e.       Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (menggali segenap potensi) dan tumbuh.
3.      Teori Hubungan Pribadi
Teori yang dikemukakan oleh W.C. Schutz (dalam Sarwono, 2009:75) ini disebut juga sebagai teori FIRO-B (Fundamental Interpersonal Relation Orientation Behavior).Inti teori FIRO-B ialah bahwa manusia berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam hubungan antarpribadi, yaitu sebagai berikut.
a.       Kebutuhan inklusi, yakni kebutuhan untuk terlibat dan tergabung dalam suatu kelompok.
b.      Kebutuhan kontrol, yaitu kebutuhan akan arahan, petunjuk, dan pedoman berprilaku dalam kelompok.
c.       Kebutuhan afeksi, yakni kebutuhan akan kasih sayang serta perhatian dalam kelompok.
Sejalan dengan itu, W.C. Schutz membagi anggota kelompok atas dua tipe, yaitu sebagai berikut.
a.       Tipe yang membutuhkan (wanted), yaitu membutuhkan inklusi (ingin diajak dan ingin dilibatkan), membutuhkan kontrol (ingin mendapat arahan dan ingin dibimbing), serta membutuhkan afeksi (ingin diperhatikan dan ingin disayangi).
b.      Tipe yang memberi (expressed), yakni memberi inklusi (mengajak dan melibatkan orang lain), memberi kontrol (mengarahkan, memimpin, dan membimbing), serta memberi afeksi (memperhatikan dan menyayangi).

4.      Teori Identitas Sosial
Teori yang dikemukakan oleh M. Billig (dalam Sarwono, 2009:41) ini menegaskan bahwa kelopok rbentuk karena adanya sekumpulan orang-orang yang mnyadari atau mengetahui adanya satu identitas sosial bersama. Adapun identitas sial dapat dimaknai sebagai proses yang mengikatkan individu pada kelompoknya dan menyebabkan individu menyadari diri sosial (sosial self) atau status yang melekat padanya. Kesamaaan identitas lantas menjadi faktor pemersatu individu hingga membentuk suatu kelompok sosial.Sebagai contoh, Sastra menyadari identitasnya sebagai pelajar SMA Harapan Ilmu, sehingga memutuskan bergabung dalam OSIS SMA Harapan Ilmu.
5.      Teori Identitas Kelompok
Teori yang dikembangkan oleh D.L. Horowitz (dalam Sarwono, 2009:65) ini mengemukakan bahwa individu-individu dapat mengelompok karena memiliki kesamaan identitas etnis atau suku bangsa.Identitas etnis tersebut, misalnya, mewujud pada ciri fisik (baik bawaan lahir maupun akibat perlakuan tertentu seperti dikhitan), kebiasaan hidup, bahasa, atau ekspresi budaya.
6.      Teori kedekatan (Propinquity)
Teori ini dikemukakanoleh Fred Luthans (dalam Thoha, 2008:87). Asumsi teori propinquity ialah bahwa seseorang berkelompok dengan orang lain disebabkan adanya kedekatan ruang dan daerah (spatial and geographical proximity). Sebagai contoh, seorang pelajar yang duduk berdekatan dengan seorang pelajar lain dikelas akan lebih mudah membentuk kelompok, dibanding dengan pelajar yang berbeda kelas. Dalam suatu kantor, pegawai-pegawai yang secara fisik terpisahkan satu sama lain.
7.      Teori keseimbangan
Teori keseimbangan (a balance theory of group formation) dari Theodore M. Newcomb (dalam Thoha, 2008:91) berasumsi bahwa seseorang tertarik untuk berkelompok dengan orang lain atas dasar adanya kesamaan-kesamaan tertentu, seperti kesamaan sikap dalam menanggapi suatu objek (tujuan) maupun kesamaan agama, ideologi, gaya hidup, pekerjaan, status sosial, dan sebagainya.
8.      Teori pembentukan beralasan
Teori ini dikembangkan oleh Dowin Cartwright dan Alvin Zander (dalam Santoso, 2010:46).Intinya ialah bahwa terdapat sejumlah alasan atau dasar mengapa suatu kelompok bisa terbantuk.Alasan atau dasar tersebut adalah sebagai berkut.
a.       Delibetare formation
Kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti mendukung pencapaian tujuan.Sebagai contoh, dibentuklah kelompok tani yang bercirikan tolong menolong dan gotong-royong.
b.      Spontaneous formation
Kelompok dibentuk secara spontan, tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu.Sebagai contoh, siswa-siswi yang mengelompok secara sukarela untuk mengerjakan penugasan dari guru.
c.       External designation
Pembentukan kelompok didasarkan atas hal-hal tertentu yang dapat digunakan sebagai patokan. Sebagai contoh, orang-orang dikelompokan berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, usia, pekerjaan/jabatan, pendidikan, agama, minat, dan sebagainya.
9.      Teori perkembangan kelompok
Teori ini dikembangkan oleh W.G. Bennis dan H.A. Sheppard (dalam Sarwono, 2009:75).Intinya adalah bahwa individu bergabung dengan suatu kelompok untuk dipimpin atau mencari otoritas.Seseorang masuk kedalam suatu kelompok dengan hanya memiliki sedikit sekali gambaran tentang pemegang otoritas (pemimpin) dalam kelompok tersebut. Ketika ia telah menemukan dan memahami mengenai pemegang otoritas (pemimpin), ia akan mengalami kebimbangan antara ingin mengikuti otoritas atau melepaskan diri dari otoritas.
            Tahap perkembangan kelompok dapat dibedakan menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
a.       Tahap otoritas
Tahap ini terdiri atas beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
1)      Ketergantungan pada otoritas
Tahap ini merupakan tahap paling awal dari suatu kelompok yang sedang terbentuk.Anggota kelompok masih mengharapkan dan membutuhkan adanya arahan dari orang-orang tertentu yang dianggap sebagai otoritas untuk membantunya menyesuaikan diri serta memulai partisipasi, misalnya pimpinan dan anggota senior.
2)      Pemberontakan
Jika orang yang dianggap sebagai otoritas dipandang tidak mampu atau tidak sesuai dengan harapan anggota maka orang tersebut akan diabaikan atau bahkan disingkirkan. Kemudian, akan dipilih otoritas baru atau kelompok dibiarkan informal dulu untuk sementara waktu. Dalam tahap ini, sangat mungkin terjadi konflik antaranggota.
3)      Pencairan
Pada tahap ini ada dua kemungkinan.Pertama, adalah terpilihnya otoritas baru, sehingga kelompok akan terus berlanjut,. Adapun kemungkinan kedua adalah tidak terpilihnya otoritas baru, sehingga kelompok akan terpecah dan bubar.
b.      Tahap Pribadi
Tahap ini merupakan tahap pemantapan saling ketergantungan antaranggota kelompok.Tahap ini terdiri atas beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
1)   Tahap harmoni
Pada tahap ini semua pihak merasa puas, semua bahagia karena ada rasa saling percaya dan mampu saling memenuhi harapan.Produktivitas kelompok pada tahap ini cukup tinggi.
2)   Tahap identitas pribadi
Pribadi-pribadi mulai merasa tertekan oleh kelompok.Masing-masing pribadi menginginkan identitas pribadinya diberi peluang untuk berkembang.Kelompok terbelah dua, antara yang ingin mempertahankan situasi sebagai adanya (status-quo) dan berniat mencari aktivitas individual walau masih tetap dalam kelompok.Sebagai contoh, tetap sebagai anggota kelompok, namun tidak aktif mengikuti kegiatan.
3)   Tahap pencairan masalah pribadi
Setiap anggota kelompok telah mengetahui persis posisi masing-masing, sudah dapat saling menerima dan berkomunikasi dengan baik.Setiap anggota siberi peran sesuai dengan kemampuan serta sifatnya.Individu tidak kehilangan identitas diri dan kebebasannya walau tetap terikat pada keanggotaan kelompok.
C. Klasifikasi Kelompok Sosial
1.      Klasifikasi Menurut Para Ahli
Beberapa ahli sosial mengklasifikasikan kelompok sosial atas beberapa tipe dan bentuk, yaitu sebagi berikut.
a.       Emile Durkheim (1858-1917)
Emile Durkheim, dalam bukunya yang berjudul The Division of Labour in Society (1968:154) membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanis dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organis.
1)      Kelompok dengan Solidaritas Mekanis
Dalam masyarakat dengan solidaritas mekanis, yang diutamakan adalah persamaan periaku dan sikap.Seluruh warga masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, yaitu suatu kesadaran bersama yang menckup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, bersifat ekstrem serta memaksa.
Pada umumnya, spesialisasi (keahlian, pembagian kerja) individu tidak menonjol karena siapapundapat melakukan semua hal, sehingga kedudukan masyarakat dipandang lebih penting daripada kedudukan individu. Sebagai contoh, jika salah seorang anggota meninggakan kelompok maka tidak akan terlalu dirasakan oleh anggota lainnya. Peran anggota tadi akan dengan mudahnya digantikan oleh anggota lain secara mekanis. Kelompok-kelompok dengan solidaritas mekanis umumnya ditemui dimasyarakat yang masih segmental (sederhana), misalnya dikawasan pedesaan.
2)      Kelompok dengan Solidaritas Organis
Masyarakat dengan solidaritas organis telah mengenal pembagian kerja yang terperinci, sehingga dipersatukan oleh rasa kesalingtergantungan (interdependency) antarbagian.Pada masyarakat ini, ikatan utama yang mempersatukannnya bukan lagi kesadaran kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin di antara berbagai profesi.Hukum yang menonjol bukan hukum pidana, melainkan ikatan hukum perdata.
Kelompok-kelompok dengan organis umumnya terdapat dalam masyarakat yang kompleks, misalnya di kawasan perkotaan.
b.      Ferdinand Tonnies (1855-1936)
Dalam bukunya yang berjudul Gemeinschaft und Gesellschaft, Ferdinand Tonnies (dalam Sunarto, 2008:108) membuat perbedaan antara dua jenis kelompok yang dinamakannya Gemeinschaft dan Gesellschaft. Bentuk kelompok sosial semacam ini oleh Prof. Djojodigoeno, sosiolog dari Universitas Gajah Mada, diterjemahkan sebagai kelompok paguyuban dan patembayan.
1)      Kelompok Paguyuban
Paguyuban (gemeinschaft) adalah suatu bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni danbersifat lamiah serta relatif abadi.Dasar hubungannya adalah rasa cinta dan kepedulian nyata. Kelompok paguyuban sering dikaitkan dengan masyarakat desa atau masyarakat komunal dengan ciri-ciri adanya ikatan kebersamaan (kolektif) yang dilandasi oleh kuatnya  kesetiakawanan sosial dan kegotongroyongan.
Ferdinand Tonnies (dalam Sunarto, 2008:110) mengemukakan tiga jenis gemeinschaft, yaitu sebagai berikut.
a)      Gemeinschaft by blood, mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan. Sebagai contoh, kelompok kekerabatan atau perhimpunan marga.
b)      Gemeinschaft of place, pada dasarnya merupakan ikatan yang berlandaskan kedekatan tempat tinggal serta tempat bekerja, sehingga mendorong individu untuk berhubungan akrab dan saling tolong menolong satu dengan lainnya. Sebagai contoh, Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).
c)      Gemeinschaft of mind, mengacu pada hubungan persahabatan yangdisebabkan leh persamaan keahlian, pekerjaan, serta pandangan yang mendorong individu-individu untuk saling berhubungan secara teratur. Sebagai contoh, kelompok sahabat, organsasi profesi, dan sebagainya.
2)      Kelompok Patembayan
Kelompok patembayan (gesellschaft) identik dengan masyarakat kota. Kelompok patembayan sengaja dibentuk dan diorganisasikan oleh sejumlah orang untuk memenuhi kepentingan tertentu.sekumpulan orang memang hadir bersama tapi masing-masing tetap mandiri dan mementingkan pamrih. Corak hubungan cenderung bersifat sementara dan semu, misalnya terbatas di bidang ekonomi, profesi, dan politik.
c.       R.C. Ziller (1935-sekarang)
R.C. Ziller (dalam Thoha, 2008:97) menggolongkan kelompok sosial menjadi dua kelompok, yaitu kelompok terbuka dan tertutup.
a)        Kelompok Terbuka
Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang sangat peka dan tanggap terhadap berbagai bentuk perubahan maupun pembaharuan. Kelompok terbuka juga lebih bebas menerima serta melepaskan anggota-anggotanya, sehingga membuka kemungkinan bagi masuknya anggota-anggota baru dengan ide-ide segar emi mendukung pencapaian tujuan kelompok ataupun memecahkan masalah internal.
2)        Kelompok tertutup
Kelompok tertutup cenderung lebih sulit menerima perubahan dan lazimnya lebih mengutamakan upaya-upaya untuk menjaga kestabilan kelompok. Pada kelompok tertutup, penerimaan dan pelepasan anggota dibatasi sedemikian rupa sehingga sukar mengharapkan ide-ide segar untuk kepentingan kelompok.

d.      Robert Bierstedt (1913-1998)
Robert bierstedt (dalam Sunarto, 2008:130) membedakan kelompok sosial, menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.
1)        Kelompok Asosiasi (Associational Group)
Para anggota kelompok asosiasi mempunyai kesadaran jenis, persamaaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama, ada kontak dan komunikasi, serta di antara para anggota dijumpai adanya ikatan Organisasi formal.Contoh kelompok asosiasi adalah OSIS, Pramuka, karang taruna, dan PMR.
2)        Kelompok Sosial (social Group)
anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lain, tetapi tidak terikat dalam organisasi. Sebagai contoh, kelompok teman dan kerabat.
3)        Kelompok Kemasyarakatan (Societal Group)
Kelompok kemasyarakatan adalah kelompok yang hanya memiliki kesadaran akan persamaan diantara mereka dan juga tidak ada organisasi. Sebagai contoh, pengelompokan penduduk menurut jenis kelamin.
4)        Kelompok Statistik (Statistical Group)
Kelompok ini tidak memenuhi seluruh kriteria Bierstedt.Kelompok statistik tidak hanya ada dalam arti analitis dan merupakan hasil ciptaan para ilmuan sosial. Sebagai contoh, pengelompokan penduduk menurut usia dalam sensus penduduk.
e.       Robert K. Merton (1910-2003)
Robert K. Merton (dalam Narwoko, 2010:61) mengemukakan pembedaan kelompok sosial atas dan kelompok, yaitu sebagai berikut.
1)        Kelompok Keanggotan (Membership Group)
Kelompok keanggotaan merupakan kelompok di mana seseorang secara fisik maupun administratif memeng menjadi anggota, namun tidak dijadikan acuan dalam sikap, penilaian, dan tindakan.
2)        Kelompok Acuan (Reference Group)
Kelompok acuan merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Nilai serta norma yang berlaku dalam Kelompok dijadikan acuan untuk bersikap, menilai, dan bertindak.
Sebagai contoh, seorang remaja yang dibesarkan oleh keluarganya di kawasan pedesaan telah terbiasa bersikap dan berprilaku sesuai aturan keluarga yang bercirikan kegotongroyongan. Dapat dikatakan, bahwa keluarganya telah menjadi kelompok acuan bagi sang remaja. Ketika kemudian melanjutkan pendidikan di kota besar, ia sama sekali tidak terpengaruh dangan gaya hidup individualis yang berkembang. Masyarakat kota baginya hanya kelompok keanggotaan belaka.
f.       Ronald B. Adler (1940-2010)
Ronald B. Adler berama koleganya, George Rodman (dalam Sarwono, 2009:53), membedakan kelompok sosial atas beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.
1)        Kelompok Belajar (Learning Group)
Kelompok belajar adalah kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan diri para anggotanya, juga berbagai informasi aktual mengenai berbagai hal.
2)        Kelompok Pertumbuhan (Growth Group)
Kelompok pertumbuhan memfokuskan perhatiannya pada permasalahan pribadi yang dihadapi para anggotanya.Tujuan kelompok diarahkan pada usaha membantu para anggotanya dalam mengidentifikasi tantangan dan mengarahkan perkembangan kepribadian.
3)        Kelompok Pemecah Masalah (Problem Solving Group)
Kelompok ini bertujuan membantu anggota kelompok memecahkan masalah yang dialami.Seringkali seseorang tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.Itulah sebabnya, ia berpaling pada kelompok untuk membantu memberi solusi yang tepat bagi permasalahannya.
 g.      Theodore Caplow (1969-sekarang)
Theodore Caplow (dalam Sarwono, 2009:117) membedakan kelompok sosial atas beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.
1)        Kelompok Kecil
Ciri kelompok kecil adalah mudah saling bertemu antaranggota (frekuensi pertemuan tinggi), pertemuan bersifat tatap muka, dan dimungkinkan adanya otoritas tanpa perwakilan (pemimpin dalam kelompok dapat langsung mengatuar anggota-anggotanya tanpa memerlukan wakil atau staf).Kelompok kecil terbagi atas dua jenis.
a)        Kelompok primer
Tiap anggota berinteraksi dengan tiap anggota lainnya dalam kelompok.Jumlah anggota 2-20 orang.Sebagai contoh, keluarga, sahabat, dan pasangan yang sedang menjalin kasih.
b)        Kelompok nonprimer
Interaksi antar anggota tidak seintensif pada kelompok primer.Jumlah anggota 3-30 orang.Sebagai contoh, teman-teman sekelas di sekolah, kelompok arisan, panitia kecil, dan kelompok kerja.
2)        Kelompok Medium
Kelompok ini anggotanya biasanya berkisar antara 50-1.000 orang, ukurannya terlalu besar untuk hubungan intensif tatap muka antaranggota kelompok, namun cukup kecil untuk memungkinkan seseorang berhubungan intensif dengan siapa pun dalam kelompok itu.
Dengan perkataan lain, dalam kelompok medium, orang tidak mungkin berhubungan intensif dengan semua anggota lainnya, namun ia dapat mempunyai teman dekat atau bergaul lebih akrab dengan beberapa orang dari kelompok itu yang dikehendaki atau dipilihnya sendiri.
Kelompok ini biasanya memerlukan pengorganisasian relatif formal.Kegiatan sehari-hari dikelola atau diatur oleh sejumlah kecil anggota kelompok yang menduduki jabatan pimpinan.keanggotaan pimpinan merupakan kecocokan yang saling berhubungan erat. Tanpa adanya hubungan erat antaranggota pimpinan maka kelompok medium tidak mungkin berjalalan dengan baik, sebab mustahil untuk mengendalikannya seorang diri.
3)        Kelompok Besar
Dengan keanggotaannya yang berjumlah antara 1.000 hingga 10.000 orang,  kelompok ini terlalu besar untuk saling mengenal intensif antar anggota, tetapi tidak terlalu besar bagi anggota-anggota tertentu untuk dikenal secara umum (dalam arti diketahui siapa dia, kelebihannya, keahliannya,dan sebagainya). Dengan perkataan lain, ada anggota-anggota tertentu ang dikenal oleh seluruh anggota kelompok, tetapi mereka sendiri tidak mengenal siapa anggota lain dalam kelompok.
Salah satu ciri terpenting kelompok besar ialah ilusi bahwa masing-masing anggota mengenal setiap anggota lain dalam kelompok dan lingkungan sekitarnya dengan baik, walaupun sebenarnya tidak demikian. Sebagai contoh,  mahasiswa merasa saling mengenal karena sama-sama mengenakan jaket almamaternya, seorang dokter pada sebuah rumah sakit besar merasa kenal dengan dokter-dokter lainnya dirumah sakit itu karena memiliki profesi yang sama.
Dua tipe kelompok besar yang terorganisir adalah sebagai berikut.
a)      Tipe yang merupakan bagian dari kelompokyang sangat besar, misalnya kantor-kantor pemerintah sebagai bagian dari organisasi pemerintah dan cabang-cabang dari perusahaan multinasional.
b)      Tipe yang merupakan hasil pemekaran dari kelompok medium, misalnya organisasi kepemudaan menjadi partai politik, akademi menjadi universitas, dan perusahaan lokal menjadi perusahaan nasional.
4)        Kelompok Sangat Besar
Jumlah anggotanya berkisar antara 10.000 orang hingga tidak terbatas.Jumlah ini terlalu besar untuk memungkinkan terjadinya kontak dengan seluruh anggota kelompok. Akan tetapi, beberapa oranga dalam kelompok yang sangat besar ini bisa jadi dikenal oleh seuruh anggota lainnya melalui publikasi media massa. Jadi, berbeda dengan kelompok besar yang ciri komunikasinya adalah jaringan, kelompok sangat besar lebih mengandalkan media massa. Melali media massa inilah anggota-anggota tertentu (pimpinan, artis, pakar, pemuka agama, dan sebagainya) dapat menjadi terkenal. Contoh kelompok sangat besar adalah negara, angkatan bersenjata, perusahaan multinasional.

h.      William Graham Sumner (1840-1910)
William Graham Sumner (dalam Sunarto, 2008:87) mengungkapkan pembedaan antara kelompok kita (we-group) atau kelompok dalam (in-group) dengan orang lain maupun kelompok lain (other-group) ataupun kelompok luar (out-group).
Menurut Sumner, di kalangan kelompok dalam dijumpai persahabatan, kerjasama, keteraturan, dan kedamaian. Adapun hubungan antar kelompok dalam dengan kelompok luar cenderng ditandai dengan kecurigaan, kebencian, permusuhan, perang, dan sebagainya.

1.      Klasifikasi Berdasarkan Kriteria
                    i.               Berdasarkan kejelasan struktur, norma, dan peran
Berdasarkan kriteria ini, kelompok sosial dapat dibedakan atas kelompok sosial teratur dan kelompok sosial tidak teratur.
1) Kelompok sosial teratur
Kelompok sosial teratur merupakan kelompok yang dapat dijelaskan struktur, norma, dan perannya. Kelompok sosial teratur dapat dibedakan lagi atas sejumlah kriteria, yaitu sebagai berikut.
b)   Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota kelompok
(1)     Kelompok primer (primary group)
Kelompok primer ditandai dengan adanya hubungan yang erat, di mana anggota-anggotanya saling mengenal dan seringkali berkomunikasi secara langsung bertatapan (face to face). Selain itu, juga terdapat ikatan psikologis serta kerja sama bersifat pribadi. Conto kelompok primer adalah keluarga, kelompok persahabatan, dan kelompok kerja.Menurut Charles Hoorton Cooley (dalam Narwoko, 2010), kondisi-kondisi fisik yang terdapat dalam kelompok primer adalah sebagai berikut.
(a)      Tidak cukup hanya hubungan saling mengenal saja, tetapi yang terpenting adalah bahwa anggota-anggotnya secara fisik harus saling berdekatan.
(b)     Jumlah anggotanya harus kecil, agar dapat saling mengenal dan berteman.
(c)      Hubungan antara anggota-anggotanya cenderung permanen.
Sifat- sifat hubungan dalam kelompok primer, masih menurut Charles Hoorton Cooley, sebagai berikut.
(a)    Sifat utama hubungan primer ialah adanya kesamaan tujuan di antara para anggotanya, yang berarti bahwa masing-masing individu mempunyai keinginan dan sikap yang sama dalam usahanya mencapai tujuan, serta salah satu pihak harus rela berkorban demi kepentingan pihak lainnya.
(b)   Hubungan primer ini harus secara sukarela, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan tidak merasakan adanya penekanan-penekanan, melainkan memperoleh kebebasan.
(c)    Hubungan primer melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Bagi mereka yang mengadakan hubungan juga harus menyangkut  segenap kepribadiannya, misalnya perasaan dan sifat.
(2)     Kelompok sekunder (secondary group)
Pada kelompok sekunder, jumlah anggotanya banyak sehingga tidak saling mengenal, hubungan relatif renggang di mana anggota nya tidak perlu saling mengenal secara pribadi, dan sifatnya tidak permanen.Hubungan cenderung pada hubungan formal, karena sedikit sekali terdapat kontak di antara para anggotanya.Kontak baru dilakukan bila ada kepentingan dan tujuan tertentu saja.
c)    Berdasarkan derajat organisasinya
(1)     Kelompok formal (formal group)
Kelompok formal merupakan organisasi kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja dit oleh anggota-anggotanya. Sebagai organisasi yang resmi maka dalam kelompok formal terdapat  struktur organisasi yang hierarki diantara anggoa-anggota kelompok bersangkutan.
(2)     Kelompok informal (informal group)
Kelomok informal merupakan organisasi kelompok yang tidak resmi serta tidak memiliki struktur ataupun organisasi. Biasanya kelompok ini dibentuk atas dasar pngalaman-pengalaman dan kepentingan-kepentingan yang sama dari para anggotanya.
Oleh karena tidak mengenal aturan tertulis maka loyalitas antaranggota sangat menonjol.Para anggota umumnya dapat saling mengenal secara pribadi dan sering tatap muka. Jadi, dapat dikatakan bahwa sifat maupun ciri kelompok informal nyaris sama dengan kelompok primer.
2)      Kelompok sosial tidak teratur
Kelompok sosial tidak teratur adalah kelompok yang tidak dapat dijelaskan secara struktur, norma, dan perannya. Kelompok sosial tidak teratur (Narwoko, 2010:38) dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
a)    Kerumunan (crowd)
Proses terbentuknya kerumunan (crowd) bersifat sementara karena terkait oleh kepentingan sesaat dan tidak terorganisir. Adapun bentuk-bentuk kerumunan, antara lain sebagai berikut.
(1)     Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial.
(a)      Formal audiences
Bentuk kerumunan ini mempunyai pusat perhatian dan tujuan-tujuan yang sama, tetapi sifatnya pasif. Sebagai contoh penonton bioskop dan para pendengar khotbah keagamaan.
(b)      Planned expressive groups
Kerumunan ini berfungsi menyalurkan ketegangan-ketegangan yang dialami akibat rutinitas keseharian.Sebagai contoh, kerumunan dansa dan peserta sebuah perjamuan.
(2)     Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowds)
(a)      Inconvenient aggregation
Inconvient aggregation adalah kumpulan yang kurang menyenangkan, karena bersifat bersaingan untuk berusaha menggunakan fasilitas-failitasyang sama. Sebagai contoh, orang-orang yang mengantre di loket penjualan tiket kereta api.
(b) Panic Crowds
Panic crowds adalah kerumunan orang-orang yang sedang berada dalam kedaan panic. Umumnya, pada panic crowdsyang diutamakan adalah usaha menyelamatkan diri. Sebagai contoh, orang-orang yang berupaya meloloskan diri dari dalam sebua gedung yang sedang dilalap api.
(c) Spectator Crowds
Spectator Crowds merupakan kerumuna dari orang-orang yang mau melihat kejadian tertenti. Kerumunan ini sebenarnya hamper sama dengan formal audience, hanya saja terjadinya tidak direncanakan pada umunya kegiatan-kegiatan yang disaksikan bersifat tiba-tiba. Sebagai contoh, kerumunan orang yang ingin melihat secara langsung  peristiwa kebakaran yang melalap habis sebuah gudang penyimpanan tekstil.
3)        Kerumunan yang bertentangan dengan norma hokum (lawless crowds).
(a)  Acting mobs
Acting mobskerumanan yang bertindak secara emosional, berusaha mencapai tujuan-tujunnya menggunakan kekerasan atau pengerahan kekuatan fisik secara bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai contoh, aksi unjuk rasa yang disertai perusakan terhadap fasilitas-fasilotas umum atau hak milik pribadi warga.
(b)     Immoral crowds
Immoral crowds merupakan kerumunan-kerumunan yang bersifat immoral. Sebagai contoh orang-orang yang mengadakan pesta minuman keras dan menyalahgunakan narkoba/napza.
        Menguti pendapat Gustave Le Bon (dalam Sunarto, 2008:105), kerumunan mempunyai ciri baru yang berbeda sama sekali dengan cirri individu yang membentuknya. Menurut Le Bon, perasaan dan pikiran seluruh individu dalam kumpulan orang tersebut berhaluan sama dan kesadaran perorangan lenyap.
        Di dalam kerumunan karena kebersamaannya dengan banyak orang lain maka individu yang semula dapat mengendalikan nalurinya, kemudian memmperoleh perasaan kekuatan luar biasa dengan mendorongnya intuk tunduk dengan dorongan naluri. Jiwa individu seakan-akan telah telah terlebur dalam kerumunan, sehingga menjadi anonym (tidak dikenal) maka rasa tanggung jawab yang semula mengendalikan individupun lenyap. Di kala menjadi kerumunan , individu yang mungkin sebelunya dikenal baik dapat serta merta berubah menjadi individu yang mampu melakukan hal yang dalam kehidupan sehari-hari tidak akan pernah dilakukannya, seperti pemalakan, kekerasan, atau penganiayaan.
               Secara lebih lengkap Gutrave Le Bon (dalam Walgito, 2008) menguraikan sifat-sifat kerumunan, antara lain sebagai berikut.
(1)   Implusif
            Ini berarti bahwa kerumunan akan mudah memberikan respon terhadap rangsang atau stimulus yang diterimanya. Karena sifat implusifnya ini, maka kerumunan biasanya ingin bertindak cepattanpa melalui pertimbangan rasional, sebagai reaksi stimulus yang diterimanya.
(2)   Mudah tersinggung
            Karena kerumunan itu kudah sekali tersinggung, maka untuk membangkitkan daya gerak kerumunan dipermalukan rangsan dapat menyinggung perasaan massa bersangkutan.
(3)   Sugetibel
            Ini berarti bahwa kerumunan mudah menerima pengaruh dari luar
(4)   Adanya penguatan aktivitas
                        Dalam hal ini, perbuatan seorang individu dapat merangsan atau menguatkan perbuatan individu-individu lain yang tergabung dalam kerumunan.
            a) Publik (public)
                        Berbeda denga kerumunan, public merupakan kelompok yang bukan kesatuan, karena individu-individu tidak pernah saling bertemu.Interaksinya bersifat tidak langsung, misalnya melalui perantara alat-alat media.
   b) Massa
                           Berbeda dengan Crowds, massa merupakan kumpulan orang banyak yang mempunyai kehendak atau pandangan yang sama, tetapi tidak berkerumun pada suatu tempat tertentu dan biasanya mengikuti kejadian atau peristiwa penting dengan alat komunikasi modern sebagai mana halanya public. Massa cenderung lebih rasional dan logis dari pada public.
a.         Berdasarkan sifat dan proses sosialnya
Berdasarkan sifat dan proses sosialnya, Burhan Bungin (2008:81) membedakan kelompok sosial menjadi beberapa kelompoklagi, yaitu sebagai berikut.
1)      Kelompok formal-sekunder
Kelompok formal-sekunder adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat formal, sekunder, memiliki aturan dan struktur yang tegas (menyangkut tujuan, pola hubungan, pedoman perilaku, perekrutan anggota, pergantian kepemimpinan),serta dibentukberdasarkan tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh dari kelompok formal-sekunder adalah OSIS, Karang Taruna, Pramuka, partai politik, organisasi Kepemudaan, dan organisasi profesi.
2)      Kelompok formal-primer
Kelompok formal-primer memiliki aturan dan struktur yang jelas, namung fungsi-fungsi struktur tersebut cenderung dilaksanakan secara bergotong royong atau gutub.Terbentuknya berdasarkan tujuan yang abstrak maupun kongkret.Hubungan antaranggotanaya bersifat sangat mendasar, penuh dengan cinta dan kasih sayang, serta memungkinkan tumbuhnya rasa persaudaraan yang bercorak emosional.Contoh dari kelompok formal-primer adalah keluarga inti, kelompok kekerabatan, dan kelompok-kelompok primordial.
3)      Kelompok Informal-sekunder
Kelompok informal-sekunder adalah kelompok sosial yang umumnya informal dan keberadaannya bersifat sekunder.Kelompok ini relatif kurang mengikat, tidak memiliki aturan ataupun struktur yang tegas, dapat saja dibentuk berdasarkan kepentingan sesaat atau tujuan-tujuan pribadi.Contoh kelompok informal-sekunder adalah kelompok persahabatan, klik, dan geng.
4)      Kelompok informal-primer
Kelompok informal-primer terbentuk karena pembentukan sifat-sifat diluar kelompok formal-primer, yang tidak dapat diwadahi oleh kelompok tersebut.Sebagai contoh, dalam suatu kelompok etnis di perantauan yang bercorak primordial, hubungan-hubungan antaranggota tidak lagi terbatas dalam lingkup keorganisasian maupun pencapaian tujuan kelompok, tetapi telah meluas membentuk hubungan-hubungan yang sangat pribadi dan mendalam.Anggota-anggotanya berinteraksi secara intensif dalam kehidupan sehari-hari.

No comments:

Post a Comment