KELOMPOK SOSIAL
1. Hakikat
kelompok
a. Pengertian
kelompok social
Sebagai makhluk social, manusia memiliki kesadaran
akan ketidakberdayaannya bila hanya seorang diri saja. Ia juga sadar untuk
senantiasa dan harus berinteraksi bila hanya seorang diri. Kelompok social
merupakan suatu gejala yang sanghat penting dalam kehidupsn manusia, karena sebagian besar kehidupan dan kegiatan manusia
sejak dilahirkan di dalamnya. Satu
hal yang mungkin luput disadari adalah bahwa sejak dilahirkan hingga saat ini,
kalian telah menjadi anggota dari berbagai macam kelompok social.Kalian dilahirkan
dan dibesarkan dalam suatu kelompok yang dinamakan keluarga. Kelahiran kalian
pun serta-merta menandai keanggotaan dalam kelompok lain, di antaranya umat
suatu agama, anggota suatu ras dan suku bangsa, warga desa atau kota tertentu,
hingga warga Negara Republik Indonesia.
Pada hakikatnya, manusia memang diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa sebgaia mahluk pribadi sekaligus mahluk social. Sebagai
mahluk social, manusia tidak mungkin hidup tanpa kelompok lain. Abu Ahmadi (2009:26) mengemukakan bahwa kelompok social
adalah factor utama yang akan memampukan manusia tumbuh dan berkembang
sebgaimana wajarnya. Emory S. Bogardus
(dalam Basrowi,2008:54)
menyebutkan betapa tukar- menukar pengalaman (social experiences) yang terjadi
dalam kehidupan berkelompok memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan
kepribadian manusia.
Kelompok-kelompok social dalam masyarakat terbentuk
karena adanya hasrat dalam diri manusia itu sendiri. Hasrat tersebut antara
lain, sebagai berikut;
a. Hasrat
Sosial, yaitu hasrat manusia untuk menhubungkan dirinya dengan indivdu atau kelompok lain.
b. Hasrat bergaul, yaitu hasrat untuk bergaul atau
bergabung dengan orang-orang maupun kelompok lain.
c. Hasrat
memberitahukan, yaitu hasrat manusia untuk menyampaikan persaannya kepada orang
lain.
d. Hasrat berjuang, yaitu hasrat manusia untuk
mengalahkan lawan atau berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
e. Hasrat meniru, yaitu hasrat manusia untuk meniru
suatu gejala, baik secara diam-diam maupun terang-terangan, baik untuk sebagian
ataupun keseluruhan.
f. Hasrat bersatu, yaitu hasrat manusia untuk
bersatu dengan lainnya agar tercipta kekuatan bersama, mengingat adanya
kenyataan bahwa manusia adalah mahluk yang lemah.
Mengenai
defenisi kelompok social, sejumlah ahli memberikan defenisi tentang kelompok
social. Defenisi kelompok sosail menurut beberapa ahli adalah sebgaia berikut:
a. Burhan
Bungin
Kelompok
social adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan yang
bersifat guyub atau pun formal (dalam Bungin, 2008:32).
b. M.E.
Shaw
Kelompok
social merupakan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi satu dengan yang
lain dan karenanya saling memengaruhi (dalam,Walgito,2008:55).
c. Mc
David dan Harari
Kelompok
social merupakan suatu system yang diorganisasikan pada dua orang atau yang lebih
terhubung satu dengan yang lainnya. Sistem tersebut menunjukkan fungsi yang
sama, memiliki sekumpulan standar (patokan) peran dalam berhubungan
antaranggotanya serta sejumlah norma yang mengatur fungsi anggota dan kelompok
(dalam Huraerah,2009:95).
d. Syahrial
Syarbaini
Kelompok
social adalah kesatuan yang terdiri atas kumpulan individu yang hidup bersama
dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensifdan teratur,
sehingga diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, serta norma-norma tertentu
yang berlaku (dalam Syarbaini,2009:61).
e. D.W.
Johnson dan F.P Johnson
Sebuah
kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to
face interaction), dimana masing-masing menyadari keanggotaanya dalam kelompok,
masing-masing menyadari kesalingtergantungan secara positif dalam mencapai
suatu tujuan bersama (dalam Sarwono,2009:43).
f. J.P
Chaplin
Kelompok
adalah sekelompok individu yang memiliki kesamaan dalam sejumlah karekteristik
tertentu atau memiliki tujuan yang sama. Antara orang-orang tersebut saling
berinteraksi, walaupun interaksi tidak perlu langsung dan tatap muka (dalam
Walgito,2008:21).
g. Muzafer
Sherif dan C.W. Sherif
Kelompok
adalah suatu unit social yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah
mengadakan interaksi yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara
individu-individu itu telah terdapat pembagian tugas maupun struktur dan norma
tertentu yang khas (dalam Ahmadi,2009:53).
h. Park
dan Burgess
Kelompok
social adalah sekumpulan oramg yang memiliki kegiatan yang konsisten (dalam
Ahmadi,2009:49).
Dari sejumlah defenisi di atas, dapat dirangkum
simpulan mengenai kelompok social, yakni sebagai berikut:
a. Terdiri
atas dua atau lebih individu.
b. Individu-individu
tersebut memiliki kesamaan.
c. Adanya
saling interaksi (langsung maupun tidak langsung dan saling mempengaruhi.
d. Terbentuknya
struktur (nilai,norma,dan peran) yang khas.
e. Ada
tujuan bersama yang hendak dicapai.
Sebagai tambahan Mc Dougall (dalam Sarwono,2009:87) menyatakan sejumlah hal mengenai
kelompok social, yaitu sebagai berikut.
a. Perilaku
dan struktur yang khas dari suatu kelompok tetap ada, walaupun anggotanya
berganti-ganti. Anggota kelompok dapat silih berganti dating dan pergi, namun
nilai, norma, serta pembagian tugas dalam kelompok akan bertahan sebagaimana
adanya.
b. Pengalaman-pengalaman
kelompok direkam dalam ingatan. Setiap anggota biasanya memiliki pengalaman
berkesan dalam kehidupan berkelompok atau berhubungan dengan kelompok lain.
Pengalama-pengalaman tersebut, disadari ataupun tidak, memiliki pengaruh
terhadap pembentukna dan perubahan
kepribadian.
c. Kelompok
mampu merespon secara keseluruhan terhadap rangsang yang tertuju kepada salah
satu bagiannya. Ini menunjukkan adanya solidaritas atau kekompakan antaranggota
kelompok.
d. Kelompok
menunjukkan adanya dorongan-dorongan. Suatu kelompok dapat mendorong
anggota-anggotanya untuk berperilaku postif ataupun negative. Sebagi contoh
Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS), dapat mendorong anggotanya menjadi warga masyarakat yang
berahlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka
mewujudkan masyarakat madani. Sebaliknya, geng motor bias mendorong anggotanya
melakukan tindak kenakalan atau penyimpangan. Itulah sebabnya, individu perlu
mempertimbangkan secara seksama sebelum memutuskan menjadi anggota suatu
kelompok.
e. Kelompok
menunjukkan emosi yang bervariasi. Dalam suatu kelompok, para naggota mungkin
saja memiliki emosi (perasaan) berbeda terhadap suatu abyek yang sama. Meski
demikian, perbedaan emosi tersebut umumnya dapat diatasi jika terdapat
kepentingan untuk mencapai tujuan kelompok.
f. Kelompok
menunjukkan adanya pertimbangan-pertimbangan kolektif (bersama). Ketika hendak
mengambil keputusan menyangkut kpentingan kelompok, lazimnya akan didahalui
oleh perundingan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima sebagian besar
anggota. Selain itu, individu yang menjadi anggota dari suatu kelompok social
pun biasanya selalu mempertimbangkan kelompoknya sebelum bersikap atau
berperilaku.
2.
Karakteristik Dan Manfaat Kelompok
Social
Menurut Abu Ahmadi (2009:67), suatu kumpulan individu hanya dapat
disebut sebagai kelomok sosial bila memiiki sejumlah karakteristik berikut.
a.
Setiap individu harus memiliki kesadaran
bahwa dirinya adalah anggota atau bagian dari kelopok yang bersangkutan.
b.
Terdapat hubungan timbal balik di antara
individu-individu yang tergabung dalam kelompok.
c.
Adanya faktor-faktor yang sama dan dapat
mempererat hubungan mereka yang tergabung dalam kelompok. Faktor-faktor tersebut antara lain, nasi
yang sama, kepentingan yang sama, dan
ujuan yang sama.
d.
Berstruktur, berkaidah, serta mempunyai
pola perilaku yang membedakannya dari kelompok lain.
e.
Bersistem dan berproses unuk mencapai
tujuan yang diketahui serta disepakati bersama.
Walaupun
struktur dalam kelompok adakalanya dirasakan membatasi, namun individu di mana
pun berada tetap bergabung menjadi anggota kelompok tertentu.hal tersebut
terjadi karena kelompok memberikan manfaat bagi individu. Menurut Burn (dalam
Sawono, 2012:15),
kelompok memiluki manfaat sebagai berikut.
a. Kelompok
memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan di miliki. Adanya kelompok
membuat individu tidak measa sendirian, sebab ada orang lain yang membutuhkan
serta menyayanginya.
b. Kelompok
adalah sumber identitas diri. individu yang tergabung dalam kelompok dapat
mendefinisikan dirinya, ia mengenali dirinya sebagai anggota suatu kelompok,
dan bertimgkah laku sesuai norma kelompok itu.
c. Kelompok
sebagai sumber informasi tentang dunia dan diri anggota kelompok, dapat memberi
informasi tentang beraga hal, termasuk membantu memahami diri dari perspektif
berbeda.
B. Teori-Teori Mengenai Pembentukan
Kelompok Sosial
Bagaimana
sebuah kelompok sosial dapat terbentuk? Terdapat beberapa teori yang
mengemukakan proses terbentuknya kelompok sosial. Teori tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Teori
Aktivitas-Interaksi-Sentimen
Teori yang dikemukakan oleh George C. Homans (dalam
Thoha, 2008:63)
ini mengemukakan bahwa kelompok terbentuk karena individu-individu melakukan
aktivitas bersama secara intensif sehingga memperluas wujud dan cakupan
interaksi di antara mereka. Pada akhirnya, akan muncul sentimen (emosi atau
perasaan) ketertarikan satu sama lain sebagai faktor pembentuk kelompok sosial.
Sebagai contoh, Aulia, Sastra, dan Reyhan sering
beraktivitas bersama sebagai pengurus inti OSIS SMA Harapan Ilmu.Lambat laun,
hubungan di antara mereka tidak lagi terbatas pada kepentingan organisasi,
melainkan juga menyangkut hal-hal bersifat pribadi, misalnya saling berbagi
cerita tentang masalah dalam keluarga atau saling mendukung dalam pencapaian
prestasi pribadi. Lambat laun, dipastikan akan muncul rasa ketertarikan yang
membentuk kelompok persahabatan.
2. Teori
Alasan Praktis
Teori alasan praktis (practicalities of group formation) dari H. Joseph Reitz (dalam
Huraerah, 2009) berasumsi baha individu bergabung dalam suatu kelompok untuk
memenuhi beragam kebutuhan praktis. Abraham H. Maslow (dalam Huraerah, 2009:103) mengidentifikasi beberapa
kebutuhan praktis tersebut, yaitu:
a. Kebutuhan-kebutuhan
fisik (udara, air, makanan, dan pakaian);
b. Kebutuhan
rasa aman;
c. Kebutuhan
untuk menyayangi dan disayangi;
d. Kebutuhan
terhadap penghargaan (dari dirinya sendiri dan orang lain); serta
e. Kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri (menggali segenap potensi) dan tumbuh.
3. Teori
Hubungan Pribadi
Teori yang dikemukakan oleh W.C. Schutz (dalam
Sarwono, 2009:75)
ini disebut juga sebagai teori FIRO-B (Fundamental
Interpersonal Relation Orientation Behavior).Inti teori FIRO-B ialah bahwa
manusia berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam hubungan antarpribadi,
yaitu sebagai berikut.
a. Kebutuhan
inklusi, yakni kebutuhan untuk terlibat dan tergabung dalam suatu kelompok.
b. Kebutuhan
kontrol, yaitu kebutuhan akan arahan, petunjuk, dan pedoman berprilaku dalam
kelompok.
c. Kebutuhan
afeksi, yakni kebutuhan akan kasih sayang serta perhatian dalam kelompok.
Sejalan dengan itu, W.C. Schutz membagi anggota
kelompok atas dua tipe, yaitu sebagai berikut.
a. Tipe
yang membutuhkan (wanted), yaitu
membutuhkan inklusi (ingin diajak dan ingin dilibatkan), membutuhkan kontrol (ingin mendapat arahan dan ingin dibimbing),
serta membutuhkan afeksi (ingin diperhatikan dan ingin disayangi).
b. Tipe
yang memberi (expressed), yakni
memberi inklusi (mengajak dan melibatkan orang lain), memberi kontrol
(mengarahkan, memimpin, dan membimbing), serta memberi afeksi (memperhatikan
dan menyayangi).
4. Teori
Identitas Sosial
Teori
yang dikemukakan oleh M. Billig (dalam Sarwono, 2009:41) ini menegaskan bahwa kelopok rbentuk
karena adanya sekumpulan orang-orang yang mnyadari atau mengetahui adanya satu identitas
sosial bersama. Adapun identitas sial dapat dimaknai sebagai proses yang
mengikatkan individu pada kelompoknya dan menyebabkan individu menyadari diri
sosial (sosial self) atau status yang
melekat padanya. Kesamaaan identitas lantas menjadi faktor pemersatu individu
hingga membentuk suatu kelompok sosial.Sebagai contoh, Sastra menyadari
identitasnya sebagai pelajar SMA Harapan Ilmu, sehingga memutuskan bergabung
dalam OSIS SMA Harapan Ilmu.
5. Teori
Identitas Kelompok
Teori
yang dikembangkan oleh D.L. Horowitz (dalam Sarwono, 2009:65) ini mengemukakan bahwa
individu-individu dapat mengelompok karena memiliki kesamaan identitas etnis
atau suku bangsa.Identitas etnis tersebut, misalnya, mewujud pada ciri fisik
(baik bawaan lahir maupun akibat perlakuan tertentu seperti dikhitan),
kebiasaan hidup, bahasa, atau ekspresi budaya.
6. Teori
kedekatan (Propinquity)
Teori
ini dikemukakanoleh Fred Luthans (dalam Thoha, 2008:87). Asumsi teori propinquity ialah bahwa seseorang berkelompok dengan orang lain
disebabkan adanya kedekatan ruang dan daerah (spatial and geographical proximity). Sebagai contoh, seorang
pelajar yang duduk berdekatan dengan seorang pelajar lain dikelas akan lebih
mudah membentuk kelompok, dibanding dengan pelajar yang berbeda kelas. Dalam
suatu kantor, pegawai-pegawai yang secara fisik terpisahkan satu sama lain.
7. Teori
keseimbangan
Teori
keseimbangan (a balance theory of group
formation) dari Theodore M. Newcomb (dalam Thoha, 2008:91) berasumsi bahwa seseorang tertarik
untuk berkelompok dengan orang lain atas dasar adanya kesamaan-kesamaan
tertentu, seperti kesamaan sikap dalam menanggapi suatu objek (tujuan) maupun
kesamaan agama, ideologi, gaya hidup, pekerjaan, status sosial, dan sebagainya.
8. Teori
pembentukan beralasan
Teori
ini dikembangkan oleh Dowin Cartwright dan Alvin Zander (dalam Santoso, 2010:46).Intinya ialah bahwa terdapat sejumlah
alasan atau dasar mengapa suatu kelompok bisa terbantuk.Alasan atau dasar
tersebut adalah sebagai berkut.
a. Delibetare formation
Kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan tertentu,
seperti mendukung pencapaian tujuan.Sebagai contoh, dibentuklah kelompok tani
yang bercirikan tolong menolong dan gotong-royong.
b. Spontaneous formation
Kelompok dibentuk secara spontan, tanpa adanya
perencanaan terlebih dahulu.Sebagai contoh, siswa-siswi yang mengelompok secara
sukarela untuk mengerjakan penugasan dari guru.
c. External designation
Pembentukan kelompok didasarkan atas hal-hal
tertentu yang dapat digunakan sebagai patokan. Sebagai contoh, orang-orang
dikelompokan berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, usia, pekerjaan/jabatan,
pendidikan, agama, minat, dan sebagainya.
9. Teori
perkembangan kelompok
Teori
ini dikembangkan oleh W.G. Bennis dan H.A. Sheppard (dalam Sarwono, 2009:75).Intinya adalah bahwa individu bergabung
dengan suatu kelompok untuk dipimpin atau mencari otoritas.Seseorang masuk
kedalam suatu kelompok dengan hanya memiliki sedikit sekali gambaran tentang
pemegang otoritas (pemimpin) dalam kelompok tersebut. Ketika ia telah menemukan
dan memahami mengenai pemegang otoritas (pemimpin), ia akan mengalami
kebimbangan antara ingin mengikuti otoritas atau melepaskan diri dari otoritas.
Tahap perkembangan kelompok dapat dibedakan menjadi
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
a. Tahap
otoritas
Tahap ini terdiri
atas beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
1) Ketergantungan
pada otoritas
Tahap ini merupakan tahap paling awal dari suatu
kelompok yang sedang terbentuk.Anggota kelompok masih mengharapkan dan
membutuhkan adanya arahan dari orang-orang tertentu yang dianggap sebagai
otoritas untuk membantunya menyesuaikan diri serta memulai partisipasi,
misalnya pimpinan dan anggota senior.
2) Pemberontakan
Jika orang yang dianggap sebagai otoritas dipandang
tidak mampu atau tidak sesuai dengan harapan anggota maka orang tersebut akan
diabaikan atau bahkan disingkirkan. Kemudian, akan dipilih otoritas baru atau
kelompok dibiarkan informal dulu untuk sementara waktu. Dalam tahap ini, sangat
mungkin terjadi konflik antaranggota.
3) Pencairan
Pada tahap ini ada dua kemungkinan.Pertama, adalah terpilihnya otoritas
baru, sehingga kelompok akan terus berlanjut,. Adapun kemungkinan kedua adalah tidak terpilihnya otoritas
baru, sehingga kelompok akan terpecah dan bubar.
b. Tahap
Pribadi
Tahap ini merupakan tahap
pemantapan saling ketergantungan antaranggota kelompok.Tahap ini terdiri atas
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
1) Tahap
harmoni
Pada tahap ini semua pihak merasa puas, semua
bahagia karena ada rasa saling percaya dan mampu saling memenuhi
harapan.Produktivitas kelompok pada tahap ini cukup tinggi.
2) Tahap
identitas pribadi
Pribadi-pribadi mulai merasa tertekan oleh
kelompok.Masing-masing pribadi menginginkan identitas pribadinya diberi peluang
untuk berkembang.Kelompok terbelah dua, antara yang ingin mempertahankan
situasi sebagai adanya (status-quo) dan berniat mencari aktivitas individual
walau masih tetap dalam kelompok.Sebagai contoh, tetap sebagai anggota
kelompok, namun tidak aktif mengikuti kegiatan.
3) Tahap
pencairan masalah pribadi
Setiap anggota kelompok telah mengetahui persis posisi
masing-masing, sudah dapat saling menerima dan berkomunikasi dengan baik.Setiap
anggota siberi peran sesuai dengan kemampuan serta sifatnya.Individu tidak
kehilangan identitas diri dan kebebasannya walau tetap terikat pada keanggotaan
kelompok.
C. Klasifikasi Kelompok Sosial
1.
Klasifikasi Menurut Para Ahli
Beberapa ahli sosial mengklasifikasikan kelompok
sosial atas beberapa tipe dan bentuk, yaitu sebagi berikut.
a. Emile
Durkheim (1858-1917)
Emile Durkheim, dalam bukunya yang
berjudul The Division of Labour in
Society (1968:154)
membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidaritas mekanis dan
kelompok yang didasarkan pada solidaritas organis.
1)
Kelompok
dengan Solidaritas Mekanis
Dalam masyarakat dengan solidaritas
mekanis, yang diutamakan adalah persamaan periaku dan sikap.Seluruh warga
masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, yaitu suatu kesadaran bersama yang
menckup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok, bersifat ekstrem serta
memaksa.
Pada umumnya, spesialisasi
(keahlian, pembagian kerja) individu tidak menonjol karena siapapundapat
melakukan semua hal, sehingga kedudukan masyarakat dipandang lebih penting
daripada kedudukan individu. Sebagai contoh, jika salah seorang anggota
meninggakan kelompok maka tidak akan terlalu dirasakan oleh anggota lainnya.
Peran anggota tadi akan dengan mudahnya digantikan oleh anggota lain secara
mekanis. Kelompok-kelompok dengan solidaritas mekanis umumnya ditemui
dimasyarakat yang masih segmental (sederhana), misalnya dikawasan pedesaan.
2)
Kelompok
dengan Solidaritas Organis
Masyarakat dengan solidaritas
organis telah mengenal pembagian kerja yang terperinci, sehingga dipersatukan
oleh rasa kesalingtergantungan (interdependency)
antarbagian.Pada masyarakat ini, ikatan utama yang mempersatukannnya bukan lagi
kesadaran kolektif, melainkan kesepakatan yang terjalin di antara berbagai
profesi.Hukum yang menonjol bukan hukum pidana, melainkan ikatan hukum perdata.
Kelompok-kelompok dengan organis
umumnya terdapat dalam masyarakat yang kompleks, misalnya di kawasan perkotaan.
b. Ferdinand
Tonnies (1855-1936)
Dalam bukunya yang berjudul
Gemeinschaft und Gesellschaft, Ferdinand Tonnies (dalam Sunarto, 2008:108) membuat perbedaan antara dua
jenis kelompok yang dinamakannya Gemeinschaft dan Gesellschaft. Bentuk kelompok sosial semacam ini oleh
Prof. Djojodigoeno, sosiolog dari Universitas Gajah Mada, diterjemahkan sebagai
kelompok paguyuban dan patembayan.
1)
Kelompok
Paguyuban
Paguyuban (gemeinschaft) adalah suatu bentuk kehidupan bersama dimana
anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni danbersifat lamiah
serta relatif abadi.Dasar hubungannya adalah rasa cinta dan kepedulian nyata.
Kelompok paguyuban sering dikaitkan dengan masyarakat desa atau masyarakat
komunal dengan ciri-ciri adanya ikatan kebersamaan (kolektif) yang dilandasi
oleh kuatnya kesetiakawanan sosial dan
kegotongroyongan.
Ferdinand Tonnies (dalam Sunarto,
2008:110)
mengemukakan tiga jenis gemeinschaft, yaitu sebagai berikut.
a)
Gemeinschaft
by blood, mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan. Sebagai
contoh, kelompok kekerabatan atau perhimpunan marga.
b)
Gemeinschaft
of place, pada dasarnya merupakan ikatan yang berlandaskan
kedekatan tempat tinggal serta tempat bekerja, sehingga mendorong individu
untuk berhubungan akrab dan saling tolong menolong satu dengan lainnya. Sebagai
contoh, Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).
c)
Gemeinschaft
of mind, mengacu pada hubungan persahabatan yangdisebabkan
leh persamaan keahlian, pekerjaan, serta pandangan yang mendorong
individu-individu untuk saling berhubungan secara teratur. Sebagai contoh,
kelompok sahabat, organsasi profesi, dan sebagainya.
2)
Kelompok
Patembayan
Kelompok
patembayan (gesellschaft) identik
dengan masyarakat kota. Kelompok patembayan sengaja dibentuk dan
diorganisasikan oleh sejumlah orang untuk memenuhi kepentingan
tertentu.sekumpulan orang memang hadir bersama tapi masing-masing tetap mandiri
dan mementingkan pamrih. Corak hubungan cenderung bersifat sementara dan semu,
misalnya terbatas di bidang ekonomi, profesi, dan politik.
c. R.C.
Ziller (1935-sekarang)
R.C.
Ziller (dalam Thoha, 2008:97)
menggolongkan kelompok sosial menjadi dua kelompok, yaitu kelompok terbuka dan tertutup.
a)
Kelompok
Terbuka
Kelompok
terbuka adalah suatu kelompok yang sangat peka dan tanggap terhadap berbagai
bentuk perubahan maupun pembaharuan. Kelompok terbuka juga lebih bebas menerima
serta melepaskan anggota-anggotanya, sehingga membuka kemungkinan bagi masuknya
anggota-anggota baru dengan ide-ide segar emi mendukung pencapaian tujuan
kelompok ataupun memecahkan masalah internal.
2)
Kelompok
tertutup
Kelompok tertutup
cenderung lebih sulit menerima perubahan dan lazimnya lebih mengutamakan
upaya-upaya untuk menjaga kestabilan kelompok. Pada kelompok tertutup,
penerimaan dan pelepasan anggota dibatasi sedemikian rupa sehingga sukar
mengharapkan ide-ide segar untuk kepentingan kelompok.
d. Robert
Bierstedt (1913-1998)
Robert
bierstedt (dalam Sunarto, 2008:130)
membedakan kelompok sosial, menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.
1)
Kelompok
Asosiasi (Associational Group)
Para anggota kelompok
asosiasi mempunyai kesadaran jenis, persamaaan kepentingan pribadi maupun
kepentingan bersama, ada kontak dan komunikasi, serta di antara para anggota
dijumpai adanya ikatan Organisasi formal.Contoh kelompok asosiasi adalah OSIS,
Pramuka, karang taruna, dan PMR.
2)
Kelompok
Sosial (social Group)
anggotanya mempunyai
kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lain, tetapi tidak terikat
dalam organisasi. Sebagai contoh, kelompok teman dan kerabat.
3)
Kelompok
Kemasyarakatan (Societal Group)
Kelompok kemasyarakatan
adalah kelompok yang hanya memiliki kesadaran akan persamaan diantara mereka
dan juga tidak ada organisasi. Sebagai contoh, pengelompokan penduduk menurut
jenis kelamin.
4)
Kelompok
Statistik (Statistical Group)
Kelompok ini tidak
memenuhi seluruh kriteria Bierstedt.Kelompok statistik tidak hanya ada dalam
arti analitis dan merupakan hasil ciptaan para ilmuan sosial. Sebagai contoh,
pengelompokan penduduk menurut usia dalam sensus penduduk.
e. Robert
K. Merton (1910-2003)
Robert
K. Merton (dalam Narwoko, 2010:61)
mengemukakan pembedaan kelompok sosial atas dan kelompok, yaitu sebagai
berikut.
1)
Kelompok
Keanggotan (Membership Group)
Kelompok keanggotaan
merupakan kelompok di mana seseorang secara fisik maupun administratif memeng menjadi
anggota, namun tidak dijadikan acuan dalam sikap, penilaian, dan tindakan.
2)
Kelompok
Acuan (Reference Group)
Kelompok acuan
merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang untuk membentuk
pribadi dan perilakunya. Nilai serta norma yang berlaku dalam Kelompok
dijadikan acuan untuk bersikap, menilai, dan bertindak.
Sebagai
contoh, seorang remaja yang dibesarkan oleh keluarganya di kawasan pedesaan
telah terbiasa bersikap dan berprilaku sesuai aturan keluarga yang bercirikan
kegotongroyongan. Dapat dikatakan, bahwa keluarganya telah menjadi kelompok
acuan bagi sang remaja. Ketika kemudian melanjutkan pendidikan di kota besar,
ia sama sekali tidak terpengaruh dangan gaya hidup individualis yang
berkembang. Masyarakat kota baginya hanya kelompok keanggotaan belaka.
f. Ronald
B. Adler (1940-2010)
Ronald
B. Adler berama koleganya, George Rodman (dalam Sarwono, 2009:53), membedakan kelompok sosial atas
beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.
1)
Kelompok
Belajar (Learning Group)
Kelompok belajar adalah
kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan diri para
anggotanya, juga berbagai informasi aktual mengenai berbagai hal.
2)
Kelompok
Pertumbuhan (Growth Group)
Kelompok pertumbuhan
memfokuskan perhatiannya pada permasalahan pribadi yang dihadapi para
anggotanya.Tujuan kelompok diarahkan pada usaha membantu para anggotanya dalam
mengidentifikasi tantangan dan mengarahkan perkembangan kepribadian.
3)
Kelompok
Pemecah Masalah (Problem Solving Group)
Kelompok ini bertujuan
membantu anggota kelompok memecahkan masalah yang dialami.Seringkali seseorang
tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.Itulah sebabnya, ia berpaling pada
kelompok untuk membantu memberi solusi yang tepat bagi permasalahannya.
g. Theodore
Caplow (1969-sekarang)
Theodore
Caplow (dalam Sarwono, 2009:117)
membedakan kelompok sosial atas beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.
1)
Kelompok
Kecil
Ciri kelompok kecil
adalah mudah saling bertemu antaranggota (frekuensi pertemuan tinggi),
pertemuan bersifat tatap muka, dan dimungkinkan adanya otoritas tanpa
perwakilan (pemimpin dalam kelompok dapat langsung mengatuar anggota-anggotanya
tanpa memerlukan wakil atau staf).Kelompok kecil terbagi atas dua jenis.
a)
Kelompok
primer
Tiap anggota
berinteraksi dengan tiap anggota lainnya dalam kelompok.Jumlah anggota 2-20
orang.Sebagai contoh, keluarga, sahabat, dan pasangan yang sedang menjalin
kasih.
b)
Kelompok
nonprimer
Interaksi antar anggota
tidak seintensif pada kelompok primer.Jumlah anggota 3-30 orang.Sebagai contoh,
teman-teman sekelas di sekolah, kelompok arisan, panitia kecil, dan kelompok
kerja.
2)
Kelompok Medium
Kelompok
ini anggotanya biasanya berkisar antara 50-1.000 orang, ukurannya terlalu besar
untuk hubungan intensif tatap muka antaranggota kelompok, namun cukup kecil
untuk memungkinkan seseorang berhubungan intensif dengan siapa pun dalam
kelompok itu.
Dengan
perkataan lain, dalam kelompok medium, orang tidak mungkin berhubungan intensif
dengan semua anggota lainnya, namun ia dapat mempunyai teman dekat atau bergaul
lebih akrab dengan beberapa orang dari kelompok itu yang dikehendaki atau
dipilihnya sendiri.
Kelompok
ini biasanya memerlukan pengorganisasian relatif formal.Kegiatan sehari-hari
dikelola atau diatur oleh sejumlah kecil anggota kelompok yang menduduki
jabatan pimpinan.keanggotaan pimpinan merupakan kecocokan yang saling
berhubungan erat. Tanpa
adanya hubungan erat antaranggota pimpinan maka kelompok medium tidak mungkin
berjalalan dengan baik, sebab mustahil untuk mengendalikannya seorang diri.
3)
Kelompok
Besar
Dengan
keanggotaannya yang berjumlah antara 1.000 hingga 10.000 orang, kelompok ini terlalu besar untuk saling
mengenal intensif antar anggota, tetapi tidak terlalu besar bagi
anggota-anggota tertentu untuk dikenal secara umum (dalam arti diketahui siapa
dia, kelebihannya, keahliannya,dan sebagainya). Dengan perkataan lain, ada
anggota-anggota tertentu ang dikenal oleh seluruh anggota kelompok, tetapi
mereka sendiri tidak mengenal siapa anggota lain dalam kelompok.
Salah
satu ciri terpenting kelompok besar ialah ilusi bahwa masing-masing anggota
mengenal setiap anggota lain dalam kelompok dan lingkungan sekitarnya dengan
baik, walaupun sebenarnya tidak demikian. Sebagai contoh, mahasiswa merasa saling mengenal karena sama-sama
mengenakan jaket almamaternya, seorang dokter pada sebuah rumah sakit besar
merasa kenal dengan dokter-dokter lainnya dirumah sakit itu karena memiliki
profesi yang sama.
Dua
tipe kelompok besar yang terorganisir adalah sebagai berikut.
a) Tipe
yang merupakan bagian dari kelompokyang sangat besar, misalnya kantor-kantor
pemerintah sebagai bagian dari organisasi pemerintah dan cabang-cabang dari
perusahaan multinasional.
b) Tipe
yang merupakan hasil pemekaran dari kelompok medium, misalnya organisasi
kepemudaan menjadi partai politik, akademi menjadi universitas, dan perusahaan
lokal menjadi perusahaan nasional.
4)
Kelompok
Sangat Besar
Jumlah
anggotanya berkisar antara 10.000 orang hingga tidak terbatas.Jumlah ini
terlalu besar untuk memungkinkan terjadinya kontak dengan seluruh anggota
kelompok. Akan tetapi, beberapa oranga dalam kelompok yang sangat besar ini
bisa jadi dikenal oleh seuruh anggota lainnya melalui publikasi media massa.
Jadi, berbeda dengan kelompok besar yang ciri komunikasinya adalah jaringan,
kelompok sangat besar lebih mengandalkan media massa. Melali media massa inilah
anggota-anggota tertentu (pimpinan, artis, pakar, pemuka agama, dan sebagainya)
dapat menjadi terkenal. Contoh kelompok sangat besar adalah negara, angkatan
bersenjata, perusahaan multinasional.
h. William
Graham Sumner (1840-1910)
William
Graham Sumner (dalam Sunarto, 2008:87)
mengungkapkan pembedaan antara kelompok kita (we-group) atau kelompok dalam (in-group)
dengan orang lain maupun kelompok lain (other-group)
ataupun kelompok luar (out-group).
Menurut
Sumner, di kalangan kelompok dalam dijumpai persahabatan, kerjasama,
keteraturan, dan kedamaian. Adapun hubungan antar kelompok dalam dengan
kelompok luar cenderng ditandai dengan kecurigaan, kebencian, permusuhan,
perang, dan sebagainya.
1.
Klasifikasi Berdasarkan Kriteria
i.
Berdasarkan kejelasan struktur, norma,
dan peran
Berdasarkan kriteria ini, kelompok
sosial dapat dibedakan atas kelompok sosial teratur dan kelompok sosial tidak
teratur.
1) Kelompok
sosial teratur
Kelompok sosial teratur
merupakan kelompok yang dapat dijelaskan struktur, norma, dan perannya.
Kelompok sosial teratur dapat dibedakan lagi atas sejumlah kriteria, yaitu
sebagai berikut.
b)
Berdasarkan
besar kecilnya jumlah anggota kelompok
(1) Kelompok
primer (primary group)
Kelompok primer
ditandai dengan adanya hubungan yang erat, di mana anggota-anggotanya saling
mengenal dan seringkali berkomunikasi secara langsung bertatapan (face to face). Selain itu, juga terdapat
ikatan psikologis serta kerja sama bersifat pribadi. Conto kelompok primer
adalah keluarga, kelompok persahabatan, dan kelompok kerja.Menurut Charles
Hoorton Cooley (dalam Narwoko, 2010), kondisi-kondisi fisik yang terdapat dalam
kelompok primer adalah sebagai berikut.
(a) Tidak
cukup hanya hubungan saling mengenal saja, tetapi yang terpenting adalah bahwa
anggota-anggotnya secara fisik harus saling berdekatan.
(b) Jumlah
anggotanya harus kecil, agar dapat saling mengenal dan berteman.
(c) Hubungan
antara anggota-anggotanya cenderung permanen.
Sifat- sifat hubungan
dalam kelompok primer, masih menurut Charles Hoorton Cooley, sebagai berikut.
(a) Sifat
utama hubungan primer ialah adanya kesamaan tujuan di antara para anggotanya,
yang berarti bahwa masing-masing individu mempunyai keinginan dan sikap yang
sama dalam usahanya mencapai tujuan, serta salah satu pihak harus rela
berkorban demi kepentingan pihak lainnya.
(b) Hubungan
primer ini harus secara sukarela, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan tidak
merasakan adanya penekanan-penekanan, melainkan memperoleh kebebasan.
(c) Hubungan
primer melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat digantikan oleh orang
lain. Bagi mereka yang mengadakan hubungan juga harus menyangkut segenap kepribadiannya, misalnya perasaan dan
sifat.
(2) Kelompok
sekunder (secondary group)
Pada kelompok sekunder, jumlah anggotanya banyak
sehingga tidak saling mengenal, hubungan relatif renggang di mana anggota nya
tidak perlu saling mengenal secara pribadi, dan sifatnya tidak
permanen.Hubungan cenderung pada hubungan formal, karena sedikit sekali terdapat
kontak di antara para anggotanya.Kontak baru dilakukan bila ada kepentingan dan
tujuan tertentu saja.
c)
Berdasarkan
derajat organisasinya
(1) Kelompok
formal (formal group)
Kelompok formal merupakan organisasi kelompok yang
mempunyai peraturan tegas dan sengaja dit oleh anggota-anggotanya. Sebagai
organisasi yang resmi maka dalam kelompok formal terdapat struktur organisasi yang hierarki diantara
anggoa-anggota kelompok bersangkutan.
(2) Kelompok
informal (informal group)
Kelomok informal merupakan organisasi kelompok yang
tidak resmi serta tidak memiliki struktur ataupun organisasi. Biasanya kelompok
ini dibentuk atas dasar pngalaman-pengalaman dan kepentingan-kepentingan yang
sama dari para anggotanya.
Oleh karena tidak mengenal aturan tertulis maka
loyalitas antaranggota sangat menonjol.Para anggota umumnya dapat saling
mengenal secara pribadi dan sering tatap muka. Jadi, dapat dikatakan bahwa
sifat maupun ciri kelompok informal nyaris sama dengan kelompok primer.
2)
Kelompok
sosial tidak teratur
Kelompok sosial tidak teratur
adalah kelompok yang tidak dapat dijelaskan secara struktur, norma, dan
perannya. Kelompok sosial tidak teratur (Narwoko, 2010:38) dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu sebagai berikut.
a) Kerumunan
(crowd)
Proses terbentuknya kerumunan (crowd) bersifat sementara karena terkait oleh kepentingan sesaat
dan tidak terorganisir. Adapun bentuk-bentuk kerumunan, antara lain sebagai
berikut.
(1) Kerumunan
yang berartikulasi dengan struktur sosial.
(a) Formal audiences
Bentuk kerumunan ini mempunyai pusat perhatian dan
tujuan-tujuan yang sama, tetapi sifatnya pasif. Sebagai contoh penonton bioskop
dan para pendengar khotbah keagamaan.
(b) Planned expressive groups
Kerumunan ini berfungsi menyalurkan
ketegangan-ketegangan yang dialami akibat rutinitas keseharian.Sebagai contoh,
kerumunan dansa dan peserta sebuah perjamuan.
(2) Kerumunan
yang bersifat sementara (casual crowds)
(a) Inconvenient aggregation
Inconvient
aggregation adalah kumpulan yang kurang
menyenangkan, karena bersifat bersaingan untuk berusaha menggunakan
fasilitas-failitasyang sama. Sebagai contoh, orang-orang yang mengantre di
loket penjualan tiket kereta api.
(b)
Panic Crowds
Panic crowds adalah
kerumunan orang-orang yang sedang berada dalam kedaan panic. Umumnya, pada panic crowdsyang diutamakan adalah usaha
menyelamatkan diri. Sebagai contoh, orang-orang yang berupaya meloloskan diri
dari dalam sebua gedung yang sedang dilalap api.
(c)
Spectator Crowds
Spectator Crowds merupakan
kerumuna dari orang-orang yang mau melihat kejadian tertenti. Kerumunan ini
sebenarnya hamper sama dengan formal
audience, hanya saja terjadinya tidak direncanakan pada umunya
kegiatan-kegiatan yang disaksikan bersifat tiba-tiba. Sebagai contoh, kerumunan
orang yang ingin melihat secara langsung
peristiwa kebakaran yang melalap habis sebuah gudang penyimpanan
tekstil.
3)
Kerumunan yang bertentangan dengan norma
hokum (lawless crowds).
(a) Acting
mobs
Acting
mobskerumanan
yang bertindak secara emosional, berusaha mencapai tujuan-tujunnya menggunakan
kekerasan atau pengerahan kekuatan fisik secara bertentangan dengan nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai contoh, aksi unjuk rasa yang
disertai perusakan terhadap fasilitas-fasilotas umum atau hak milik pribadi
warga.
(b) Immoral crowds
Immoral
crowds merupakan kerumunan-kerumunan yang bersifat immoral.
Sebagai contoh orang-orang yang mengadakan pesta minuman keras dan
menyalahgunakan narkoba/napza.
Menguti pendapat
Gustave Le Bon (dalam Sunarto, 2008:105),
kerumunan mempunyai ciri baru yang berbeda sama sekali dengan cirri individu
yang membentuknya. Menurut Le Bon, perasaan dan pikiran seluruh individu dalam
kumpulan orang tersebut berhaluan sama dan kesadaran perorangan lenyap.
Di dalam kerumunan
karena kebersamaannya dengan banyak orang lain maka individu yang semula dapat
mengendalikan nalurinya, kemudian memmperoleh perasaan kekuatan luar biasa
dengan mendorongnya intuk tunduk dengan dorongan naluri. Jiwa individu
seakan-akan telah telah terlebur dalam kerumunan, sehingga menjadi anonym
(tidak dikenal) maka rasa tanggung jawab yang semula mengendalikan individupun
lenyap. Di kala menjadi kerumunan , individu yang mungkin sebelunya dikenal
baik dapat serta merta berubah menjadi individu yang mampu melakukan hal yang
dalam kehidupan sehari-hari tidak akan pernah dilakukannya, seperti pemalakan,
kekerasan, atau penganiayaan.
Secara lebih
lengkap Gutrave Le Bon (dalam Walgito, 2008) menguraikan sifat-sifat kerumunan,
antara lain sebagai berikut.
(1)
Implusif
Ini
berarti bahwa kerumunan akan mudah memberikan respon terhadap rangsang atau
stimulus yang diterimanya. Karena sifat implusifnya ini, maka kerumunan
biasanya ingin bertindak cepattanpa melalui pertimbangan rasional, sebagai
reaksi stimulus yang diterimanya.
(2)
Mudah tersinggung
Karena
kerumunan itu kudah sekali tersinggung, maka untuk membangkitkan daya gerak
kerumunan dipermalukan rangsan dapat menyinggung perasaan massa bersangkutan.
(3)
Sugetibel
Ini
berarti bahwa kerumunan mudah menerima pengaruh dari luar
(4)
Adanya penguatan aktivitas
Dalam
hal ini, perbuatan seorang individu dapat merangsan atau menguatkan perbuatan
individu-individu lain yang tergabung dalam kerumunan.
a)
Publik (public)
Berbeda
denga kerumunan, public merupakan kelompok yang bukan kesatuan, karena
individu-individu tidak pernah saling bertemu.Interaksinya bersifat tidak
langsung, misalnya melalui perantara alat-alat media.
b)
Massa
Berbeda
dengan Crowds, massa merupakan
kumpulan orang banyak yang mempunyai kehendak atau pandangan yang sama, tetapi
tidak berkerumun pada suatu tempat tertentu dan biasanya mengikuti kejadian
atau peristiwa penting dengan alat komunikasi modern sebagai mana halanya
public. Massa cenderung lebih rasional dan logis dari pada public.
a.
Berdasarkan sifat dan proses sosialnya
Berdasarkan sifat dan proses
sosialnya, Burhan Bungin (2008:81)
membedakan kelompok sosial menjadi beberapa kelompoklagi, yaitu sebagai
berikut.
1)
Kelompok
formal-sekunder
Kelompok formal-sekunder adalah kelompok sosial yang
umumnya bersifat formal, sekunder, memiliki aturan dan struktur yang tegas
(menyangkut tujuan, pola hubungan, pedoman perilaku, perekrutan anggota,
pergantian kepemimpinan),serta dibentukberdasarkan tujuan-tujuan tertentu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Contoh dari kelompok formal-sekunder adalah OSIS,
Karang Taruna, Pramuka, partai politik, organisasi Kepemudaan, dan organisasi
profesi.
2)
Kelompok
formal-primer
Kelompok formal-primer memiliki aturan dan struktur
yang jelas, namung fungsi-fungsi struktur tersebut cenderung dilaksanakan
secara bergotong royong atau gutub.Terbentuknya berdasarkan tujuan yang abstrak
maupun kongkret.Hubungan antaranggotanaya bersifat sangat mendasar, penuh
dengan cinta dan kasih sayang, serta memungkinkan tumbuhnya rasa persaudaraan
yang bercorak emosional.Contoh dari kelompok formal-primer adalah keluarga
inti, kelompok kekerabatan, dan kelompok-kelompok primordial.
3)
Kelompok
Informal-sekunder
Kelompok informal-sekunder adalah kelompok sosial
yang umumnya informal dan keberadaannya bersifat sekunder.Kelompok ini relatif
kurang mengikat, tidak memiliki aturan ataupun struktur yang tegas, dapat saja
dibentuk berdasarkan kepentingan sesaat atau tujuan-tujuan pribadi.Contoh kelompok
informal-sekunder adalah kelompok persahabatan, klik, dan geng.
4)
Kelompok
informal-primer
Kelompok informal-primer terbentuk karena
pembentukan sifat-sifat diluar kelompok formal-primer, yang tidak dapat
diwadahi oleh kelompok tersebut.Sebagai contoh, dalam suatu kelompok etnis di
perantauan yang bercorak primordial, hubungan-hubungan antaranggota tidak lagi
terbatas dalam lingkup keorganisasian maupun pencapaian tujuan kelompok, tetapi
telah meluas membentuk hubungan-hubungan yang sangat pribadi dan mendalam.Anggota-anggotanya
berinteraksi secara intensif dalam kehidupan sehari-hari.
No comments:
Post a Comment